Pernikahan Yoongi dan Hyunjung diselenggarakan di salah satu ballroom hotel yang tak jauh dari tempat tinggal Yoongi. Bukan hotel bintang lima, tentu saja. Mungkin saja Yoongi sanggup untuk mengadakan resepsi pernikahan di sana, tapi Hyunjung takkan bersedia. Jika bukan karena gedung pernikahan terdekat sudah disewa oleh orang lain, Hyunjung takkan mau menyelenggarakan pernikahannya di hotel.
"Anna, beri salam pada Paman Yoongi dan Bibi Hyunjung."
Karena Anna sudah cukup besar untuk diajak, dan atas permintaan Yoongi juga, maka aku dan Hoseok pun mengajak putri kesayangan kami untuk ikut serta. Aku sampai membelikan gaun berwarna lilac selutut kemarin, karena Anna belum punya gaun yang khusus untuk dikenakan dalam pesta pernikahan.
Anna membungkuk dan memberi salam. "Selamat atas pernikahannya, Paman Yoongi. Bibi Hyunjung yang cantik sekali, selamat juga, ya."
Kami tertawa melihat betapa menggemaskannya Anna dalam memuji Hyunjung. Meski memang harus diakui bahwa Hyunjung sangat cantik dalam balutan gaun pernikahannya hari ini.
"Terima kasih. Anna juga cantik sekali." Hyunjung balas memuji.
"Putriku tidak mungkin tidak cantik." Hoseok malah menyombongkan diri.
"Iya, iya. Nanti kami akan buat yang tidak kalah cantiknya," seloroh Yoongi tidak mau kalah.
Kemudian pasangan pengantin itu pamit untuk menyapa tamu lainnya. Selain keluarga dan teman dekat semasa sekolah, tamu undangan didominasi oleh rekan di kantor. Karena mereka masih bekerja di tempat yang sama, mengatur daftar undangannya sepertinya tidak terlalu sulit.
Aku jadi bertemu dengan beberapa mantan rekan kerjaku, termasuk Manajer Ji yang kini naik jabatan menjadi Direktur Departemen Keuangan. Sepertinya, yang menderita karenanya di kantor semakin bertambah jumlahnya.
"Jeon Doyeon!"
Seseorang memanggilku dari arah belakang. Lebih tepatnya, meneriakkan namaku. Sampai-sampai tamu undangan lain ikut menoleh. Itu Lee Junghwan, mantan rekan kerjaku yang dulu meja kerjanya bersebelahan denganku.
"Aku mencarimu ke mana-mana," katanya. Ia pun menyapa Hoseok, juga Anna yang kini menggenggam erat tangan ayahnya.
"Kau mencariku ke mana? Tempat ini tidak punya labirin sampai kau harus kesulitan mencariku."
Junghwan meringis. Senyumnya lebar sekali, menampilkan deretan giginya yang besar-besar, namun rapi dan putih bersih.
"Aku baru datang, sebenarnya. Ada karyawan baru yang juga diundang tapi malah nyasar karena lupa jalanan Seoul. Aku jadi harus mencarinya dulu."
"Lupa? Habis mengasingkan diri ke planet mana, memangnya?"
"Mantan diplomat di luar negeri. Baru kembali bulan lalu dan sekarang dia menempati bekas mejamu dulu."
"Yang sebelumnya ke mana? Kenapa sudah ada karyawan baru lagi?"
"Mentalnya terlalu lemah untuk berada di bawah kepemimpinan direktur kebanggaan kita."
"Sayang, kau mengobrol dengan temanmu dulu. Anna ingin es krim lagi."
Aku ingin melarang, sebab tadi Anna sudah habis dua porsi es krim. Sepertinya Anna memanfaatkan waktu selagi aku mengobrol dengan Junghwan, dan Hoseok akan selalu mengabulkan permintaannya. Tapi akhirnya aku tetap membiarkan mereka pergi.
"Doyeon, bagaimana kau bisa menikah dengan lelaki seperti Jung Hoseok dan memiliki putri secantik Anna? Eh, nama putrimu Anna, 'kan?"
"Iya, namanya Anna. Dan bagaimana juga aku harus menjawab pertanyaanmu? Mana kutahu jika akhirnya akan menikah dengannya? Tapi mungkin jika harus diberi jawaban, semua ini berkat Yoongi?" Aku mengendikkan bahu. "Jika bukan karena kencan buta yang dirancang olehnya, aku tidak akan bertemu Hoseok."
KAMU SEDANG MEMBACA
SYMPHONY [SUDAH TERBIT]
FanfictionJung Hoseok merasa hidupnya semakin sempurna setelah berhasil membawa Jeon Doyeon ke altar dan mengucapkan janji suci bersama. Tidak hanya itu, Jeon Doyeon bahkan rela menanggalkan apa yang dimilikinya untuk membuat kehidupan pernikahan mereka semak...