Di apartemen ini, terdapat tiga kamar. Satu kamar utama yang kutempati bersama Hoseok. Satu kamar untuk Anna yang mulai ditempatinya sejak ulang tahun pertama. Satu lagi, Hoseok memberikannya padaku. Aku menjadikannya ruang kerja—kami menyebutnya begitu—walau saat di dalam aku pun tak benar-benar bekerja.
Saat aku mengetahui ada janin di dalam perutku, aku mengambil keputusan besar untuk berhenti bekerja. Sungguh, menjadi akuntan di perusahaan besar tak memberiku ketenangan yang cukup. Stress karena pekerjaan, jam kerja yang sering kali melebihi batas terutama saat tiba waktu pembuatan laporan. Bukan hal aneh jika aku pulang lewat tengah malam.
Dengan tekanan pekerjaan seperti itu, aku takut stressnya akan mempengaruhi janin dalam rahimku. Kandunganku saat itu berusia tiga bulan saat aku mengajukan pengunduran diri, tentu saja setelah mendiskusikannya dengan Hoseok.
Dua hari sebelum aku mengajukan pengunduran diri di kantor, aku berdiskusi dengan Hoseok. Setiap kata dalam pendapatnya tentang keputusanku saat itu membuatku semakin berpikir, bagaimana bisa ada seseorang sesempurna dia?
“Untuk urusan kandunganmu,” Hoseok menyentuh perutku yang masih kempes saat itu, “aku ikut saja semua keputusanmu. Sejak awal aku sudah bilang, kau mau punya anak atau tidak, aku akan selalu setuju. Kau yang akan mengandungnya selama sembilan bulan lebih, kau yang akan melalui sakitnya melahirkan, dan kau juga yang akan menyusuinya nanti. Tugasku, hanya mendukung. Jika keputusan ini memang demi kandunganmu, aku juga akan selalu setuju.”
Jawaban Hoseok menjadi penguat keraguan yang sempat menyambangiku tentang keputusan itu. Pagi kami membicarakan itu, saat di kantor aku menyelesaikan apa yang harus kuselesaikan dan mengatakan pada atasanku—Manajer Ji—tentang pengunduran diriku.
Meski menyebalkannya minta ampun dan sering mengomeliku, Manajer Ji sempat membujukku untuk bertahan. Katanya, kantor akan memberikan cuti melahirkan nanti dan jam kerjaku bisa dikurangi—lemburku tidak akan sebanyak biasanya. Tapi aku tetap pada keputusanku.
Jika aku menerima tawaran Manajer Ji—sebenarnya aku sedikit ragu apakah omongannya bisa dipercaya, karyawan lain pasti akan mengeluh iri dengan perlakuan istimewa yang kudapat hanya karena aku hamil. Bukan hanya karyawan laki-laki, tapi juga perempuan. Karena jika aku jadi mereka, aku pasti akan mengeluhkan hal yang sama.
Sehari setelah aku membicarakan ini dengan Manajer Ji, aku mengajukan surat pengunduran diri resmi. Direktur divisiku sempat mengeluh karena cukup mendadak, tapi karena pekerjaanku sudah kuselesaikan, maka mereka tak punya alasan untuk menahanku.
Apakah mengundurkan diri lantas membuatku tenang dan terhindar dari stress? Tidak. Aku yang terbiasa bekerja belasan jam malah jadi stress karena tidak melakukan apa pun di rumah. Malah jadinya aku menghubungi Hoseok cukup sering dan aku tahu itu mengganggu pekerjaannya. Apalagi kalau Hoseok lama membalas pesanku atau tidak mengangkat panggilanku, aku akan mengabaikannya saaat pulang.
Ruangan ini tersedia untukku sebagai solusi masalah itu. Hoseok yang mengusulkan. Katanya, aku bisa melakukan apa pun yang kusuka di sini selama tidak membuatku kelelahan, stress, apa pun itu.
Sebagian uang pesangonku kubelikan satu set komputer, rak buku, juga beberapa buku. Sejak dulu, aku suka membaca, juga menulis. Saat kuliah, aku tergabung dengan klub jurnalis kampus. Menjadi jurnalis lapangan selama dua semester demi liputan buletin kampus, lalu memutuskan berhenti karena terlalu melelahkan.
Selama masa senggangku saat hamil, aku mencoba mengingat-ingat kembali apa yang kudapat dari pengalaman menjadi jurnalis buletin kampus selama dua semester. Awalnya aku hanya iseng membuka blog dan menulis apa yang ingin kutulis, tapi kemudian mencoba mendaftar sebagai kontributor lepas salah satu laman berita online.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYMPHONY [SUDAH TERBIT]
FanfictionJung Hoseok merasa hidupnya semakin sempurna setelah berhasil membawa Jeon Doyeon ke altar dan mengucapkan janji suci bersama. Tidak hanya itu, Jeon Doyeon bahkan rela menanggalkan apa yang dimilikinya untuk membuat kehidupan pernikahan mereka semak...