BARIS SATU [PERFECTION] - CH. 01: Christmas

480 95 45
                                    

Saat aku mengangkat tubuh gadis kecil ini agar dia bisa memasang ornamen bintang di puncak pohon Natal, aku menyadari seberapa cepat gadis ini tumbuh. Bulan lalu adalah terakhir aku menimbang berat badannya dan rasanya tidak seberat ini. Sepertinya aku harus menimbang lagi sekarang.

“Yeayyy....”

Aku ikut tersenyum begitu saja melihat kegembiraan Anna—nama gadis kecil kesayanganku ini—atas pohon Natal pertamanya. Sejak awal bulan, Anna sudah meminta untuk mendekorasi pohon Natal sendiri, setelah tahun lalu ikut mendekorasi saudara sepupunya di rumah Nenek.

Tubuh Anna yang setinggi pahaku kuturunkan, dan aku berjongkok di depannya. Senyumnya tak surut sedikit pun. Seolah ingin membuat bulan di luar merasa rendah diri karena senyumnya jauh lebih cerah.

“Kau suka?” tanyaku, tidak perlu. Dari wajahnya sudah jelas Anna sangat menyukai pohon Natal dan dekorasi yang ikut ditanganinya.

Anna mengangguk antusias. “Suka sekali. Ayah membeli pohon terbaik dan kita mendekorasinya dengan sangat cantik.”

Lagi, aku dibuat tersenyum.
Anna tidak tahu seberapa sulit ayahnya mendapatkan pohon Natal itu minggu lalu. Sempat lupa, dan saat ingat, persediaan pohon Natal di berbagai toko sudah habis terjual. Sekalinya ada, hasil retur dan itu buruk sekali bentuknya karena tak terurus di gudang penyimpanan.

Alhasil, aku juga ikut turun tangan untuk mencarikan pohon Natal karena kami sama-sama tidak mau mengecewakan Anna. Aku sampai merepotan Yoongi dan Jungkook karena tidak ada pilihan lain, tapi mereka juga tak banyak membantu. Entah mereka sungguh mencari atau tidak, tapi mereka selalu bilang tidak ada setiap kali kutanya.

Dua hari yang lalu, saat aku kembali dari sekolah Anna, tahu-tahu pohon Natal sudah ada di ruang keluarga. Pucuk pohon cemara asli, yang takkan didapat di toko mana pun.

“Aku minta Jihoon Hyung merelakan satu pucuk pohon cemara di dekat villanya untuk Anna.”

Ada untungnya memiliki Anna yang menjadi gadis kesayangan keluarga. Di keluargaku, baru aku yang berkeluarga. Tapi dari keluarga suamiku, kakaknya sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki. Kebahagiaan keluarga suamiku semakin lengkap setelah aku melahirkan Anna tiga tahun silam.

“Ibu, kapan Ayah pulang?” tanya Anna.

Aku menilik arloji yang masih kukenakan dan sekarang sudah jam delapan malam. Pada malam Natal seperti ini, biasanya jalanan akan sangat macet. Tapi jika terjebak macet, ayah Anna biasanya akan memberi kabar.

“Mungkin sebentar lagi. Kau mau menunggu di kamar? Nanti Ibu akan panggil kalau Ayah sudah pulang.”

Anna mengangguk. Tapi sebelum dia kembali ke kamar, aku mengajaknya untuk berfoto di depan pohon Natal yang baru selesai kami hias. Aku membuka aplikasi kamera di ponsel, lalu meletakkannya di atas rak yang ada di sisi lain ruangan. Timer kuatur lima detik, dan aku bergegas kembali pada Anna.

Kami berhadapan, dengan aku berjongkok di depannya. Kami mempertemukan bibir, dan menunggu sampai terdengar suara kamera memotret.

Foto ini akan kukirim pada suamiku yang terlambat, dan aku yakin dia akan menyesal telah melewatkan malam Natal bersama kami.

***

Sebelum aku dan Anna mulai mendekorasi pohon Natal, sebenarnya ayahnya sudah mengirim pesan bahwa dia pasti akan melewatkan malam Natal kali ini. Sepuluh menit sebelum jam kerjanya berakhir, ada panggilan dari kepolisian yang memberitahukan bahwa telah ditemukan jasad mengapung di Sungai Han dan harus diautopsi.

Jika pekerjaan mendesak itu harus dilakukan di saat-saat penting seperti ini, aku terkadang menyesal telah memberikan restuku untuknya menjadi dokter bedah forensik. Tahu begitu, dulu aku akan membujuknya untuk setidaknya jadi dokter bedah umum.

SYMPHONY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang