Tag(s): #peraya #oneshot #fanfiction #angst #romance #drama #bl #bxb #boyslove #lgbtq #singkit #singtoprachaya #kristperawat #thaiblDetak waktu yang setia menemani kini bergulir dengan cepat. Tiga tahun tak bertemu. Rindu menyeruak hingga ke tulang. Singto tidak sabar untuk menginjakkan kakinya di kota kelahirannya. Berharap temu dengan orang yang selalu mengganggu pikirannya.
Dia ... Apa kabar, ya?
Pesawatnya baru saja mendarat. Singto sampai di bandara kota kelahirannya. Hal yang pertama kali ia lakukan ketika turun dari pesawat adalah menghirup udara yang menghangat. Singto jadi tak sabar. Bersama kopernya, ia segera mencari taksi untuk ia tumpangi sampai rumah.
Aku datang Kit.
Mungkin tak membutuhkan waktu lama untuk Singto tiba di rumahnya. Ia disambut sang Ayah yang sudah menyiapkan banyak menu makanan di meja.
"Ayah masak segini banyaknya?!" pekiknya takjub.
"Tentu saja, anak kesayangan Ayah datang dari jauh. Jadi Ayah harus menyambutnya dengan makanan enak, bukan?" Singto terkekeh mendengar penuturan Ayahnya. "Ayo, makan dulu!"
Singto duduk dengan ekor mata yang berbinar melihat makanan yang tampak lezat itu. Ayah senantiasa mengambilkan nasi juga lauknya untuk Singto.
"Kau harus makan banyak!" kata Ayah.
"Ayah, juga!" Singto tak ingin kalah. Ia mengambilkan Ayahnya nasi dan lauk juga. Ayah pun terkekeh melihat putranya begitu antusias. Lalu mereka pun makan dengan hikmat.
"Oh, ya ... apa kau sudah bilang pada Kit kalau kau kembali?" tanya Ayah.
Sontak, Singto menghentikan tangannya yang sibuk dengan sumpit. Kunyahannya melambat.
Memang, Ayah Singto dan Krist cukup akrab. Tentu saja. Kit adalah teman pertama Singto ketika kakinya menginjak kota Bangkok delapan tahun lalu.
"Tidak. Sepertinya dia sedang sibuk. Tapi aku akan mengatakannya nanti.""Ya sudah kalau begitu. Lama Ayah tidak melihatnya. Dia juga sudah tidak pernah kesini lagi. Apalagi sejak kau memutuskan ke Osaka."
Singto hanya membalasnya dengan senyuman getir. Bahkan Ayahnya menanyakan Krist. Ah, membuatnya semakin merindukan pria itu.
***
Entah kenapa, Singto ingin berjalan-jalan menikmati kota Bangkok yang baru saja terguyur hujan. Petrichor yang terhirup sangat menyejukkan. Ia tersenyum begitu menikmati tiap langkahnya kali ini.
Bangkok sedikit berubah, banyak cafe yang tak ia ketahui bermunculan sekarang. Meskipun begitu, Singto enggan untuk mencicipi salah satu hidangan pada cafe tersebut. Pilihannya tetap sama seperti masa sekolahnya dulu.
Sebuah cafe yang tak jauh dari gedung sekolahnya. Tempat penuh kenangan sejak berdirinya cafe tersebut. Dulu, Krist sangat sering mengajaknya dan Nammon untuk menghabiskan waktu di sana. Menghabiskan segelas milkshake dengan hiasan roll wafer di atasnya. Singto masih ingat, Krist sangat menyukai minuman itu.
Lonceng di atas pintu berbunyi ketika Singto mendorong papan pintu tersebut. Ciri khas dari cafe ini agar pegawai mengetahui datangnya pelanggan. Sejurus tatapannya, Singto melihat wajah tidak asing tengah mengelap gelas-gelas bersih di balik meja bar.
"Hey, kau ... Thanat bukan, anak IPA lima?"
Pria yang disebutkan namanya pun menoleh. Sontak matanya membulat kala melihat Singto ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SONGFIC - Tak Seindah Cinta Yang Semestinya (Ady/Naff)
Fanfiction#2ndPerayaRangersBday #4thPerayaAnniversary KUMPULAN ONE-SHOT