Namaku Prachaya Ruangroj, tapi biasanya teman-temanku memanggilku Singto. Ya. Panggil saja aku Singto. Ini tentang kebodohanku yang tak bisa menuruti permintaan sederhana dari orang yang paling aku sayangi. Semua bermula dari sini, dari chat sederhana, juga permintaan sederhana darinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak banyak hal yang kami bicarakan, sampai di suatu titik ia meminta satu hal yang tak pernah ia minta sebelumnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dan setelah itu ia tak membalas pesanku.
Dia menghilang. Entah kemana perginya. Aku sudah mencoba menghubungi ponselnya namun, hanya suara operator yang ku dengar.
Waktu berlalu begitu cepat, hari berganti minggu. Minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Satu tahun setelah hari itu, semuanya terasa hampa. Semuanya terasa kosong.
Saat ini aku duduk termenung di dalam kamarku. Termenung. Ya, hanya termenung menyesali kebodohanku yang tak bisa menuruti permintaan sederhana darinya. Seseorang yang selalu mengisi penuh hatiku, dulu hingga sekarang.
Ting
Ponselku berbunyi, ada pesan masuk dari sahabat karibku.
New Sing, apa hari inikamusibuk?
Tidak. Ada apa?
Bisabertemusebentar? Ada yang ingin aku sampaikan.
Boleh. Tempat biasa. Jam 3. Okay?
Okay.
Setelah itu aku meletakkan kembali ponselku. Melanjutkan renunganku tentangnya yang memilih pergi tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sefatal itu kah salahku? Bukan, bukan aku tak ingin orang tahu tentang kami. Bukan juga aku malu mengakuinya. Hanya saja, aku takut. Aku takut orang-orang yang tak menyukainya menjadikan ini alasan untuk menyerangnya. Membuatnya jatuh sekali lagi. Aku hanya ingin menjaganya. Belum sempat aku menjelaskan semuanya ia sudah memilih untuk pergi. Pergi tanpa mau mendengar penjelasan dariku.
