Ruangan auditorium saat ini ramai, karena OSPEK yang menjadi kegiatan wajib setiap tahunnya sedang diadakan, di ruangan ini dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa baru atau lama yang sebagian masih fokus mendengarkan panitia ospek, dan sebagian lagi asyik dengan kegiatannya sendiri. Salah satunya adalah 3 orang pria dan 1 wanita di barisan paling belakang yang dari tadi tidak habis-habis beradu mulut.
"Yaallah, gue beneran mau ke wc ini, gatahan lagi, demi apapun." Satu-satunya perempuan berjilbab diantara 3 pria nampak tidak malu mengatakan hal itu ke teman lelakinya.
"Yaampun raiy, tinggal ke wc, apa susahnya sih." Pria yang berwajah kecil menimpali perkataan wanita yang ia panggil raiy.
"Yaelah, kalau bisa mah dari tadi gue ke wc nya njun, gue takut sama kakak panitianya"
"Gue setuju sih sama ara, lu liat aja njun, dari tadi kakaknya gaberenti-berenti ngomong, kalau ada yang keluar barisan, otomatis ditanya pasti mau kemana" Jaemin mencoba berbicara ke arah renjun yang berada dibelakangnya, ia sesekali menoleh kebelakang karena takut ketahuan kakakk panitia mengobrol.
"Bener tuh jaem, kakaknya ngomong kek gaada hari esok aja" Jeno yang dari tadi hanya menyimak ikut bicara sambil tersenyum.
"Kalian mah ah, kasih solusi, gue butuh solusi"
"Ya gimana ra, kita juga gatau, atau mau gue temenin aja ke wc nya? "
"Lu gila ya renjun, caranya gimana, mau bilang apa kita? "
"Bilang aja lo sakit, butuh obat, gue temenin"
"Jangan guys, bohong itu soda"
" Lucu banget lu jaemin, bisa bisanya becanda di situasi gini,boleh gue geplak aja nggak ra, perwakilan buat lu"
"Jangan lah jen, gue cuma mau cairin suasana"
"Batu gunung tuh lo cairin jaem bisa kaga, esmosi bet gue"
"Udah ah berisik, ga dapet susilo nih gue, biasanya khania yang banyak ide"
"Eh iya, khania kemana yah, kok ga keliatan batang telinganya" Renjun mencoba mencari dimana letak teman wanita satunya itu.
"Di depan noh dia, telat tadi dia, jadi ditaruh di barisan paling depan, sama kakak panitia" Jaemin mengarahkan dagunya ke depan.
"Gilak, itu cewek, ga berubah berubah dari jaman SMA, telat mulu" Ucap Jeno pura-pura kaget
"Gitu-gitu juga lo pernah suka jen"
"Oh dulu itu, khilaf"
"Halah, bucin juga lo waktu itu"
"Bacot banget, bisa diem gak masnya" Jeno mengarahkan jari tengah tepat di depan wajah renjun.
Ara yang sudah tidak sanggup menahan rasa ingin buang air kecil beranjak sedikit dari barisannya berniat meninggalkan ruangan, namun ia langsung berhenti ketika mendengar panitia menyudahi acara hari ini.
"Udah hampir selesai tu ra, ke wc aja lu setelah ini selesai"
"Iya njun, kalian langsung ke parkiran kan? Jan lupa bawa tas gue ya"
"Iya ra iya, udah sono pegi"
"Oke jaem, thanks, gue cabut dulu, byeee, kalian tunggu gue oke? Bentar kok".
20 menit, waktu yang dibutuhkan khania dan yang lainnya, menunggu ara selesai dari kegiatannya di wc.
" ara, lagi buang air, atau bangun rumah yah, lama banget " renjun yang sudah tidak tahan menunggu ara membuka obrolan.
"iya nih dia ngapain yah, apa gua samperin aja kali yah"
"samperin aja lah khan, mau nunggu smpe berapa lama lagi kita?"
"oke sip, gue samperin dulu yah"
"iyah, cepetan khan, jangan smpe lu juga ikutan lama "
Baru saja khania hendak menyusul, ara yang sudah ditunggu, akhirnya tiba dibalik tembok parkiran.
" Hai my brothers and sister, udah lama nungguin nya, hehe"
"Watados banget yah ra, dateng pake cengengesan lu, kita udah hampir berjamur nungguin lu"
"ya maaf njun, antri tdi, banyak juga orang yang sama kayak gua, lebih milih nahan daripada izin ke kakaknya"
"yaudah lah, ayo pulang"
"Siap prince Jeno"
Akhirnya mereka pulang kerumah masing-masing dengan Jeno sebagai supir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita dan Tuhan
FanfictionJangan menyalahkan Tuhan dalam pertemuan kita. Kita yang salah, karena memutuskan untuk menaruh perasaan pada masing-masing dari kita. Pada akhirnya, kita tidak bisa meninggalkan Tuhan kita masing masing. Dan perpisahan adalah sebenar - benarnya...