Jam menunjukkan pukul 4 lewat 50 menit saat ini. Umumnya manusia normal akan segera berdiri dan menunaikan kewajibannya setelah mendengar adzan subuh. namun tidak dengan araiya, tidak ada sedikit pun terbersit niatan dari dalam dirinya untuk segera beranjak dari kasur yang sekarang sedang beralih profesi menjadi tempat duduk.
"Araiya, araiya sayang, bangun nak, solat dulu yuk, keburu siang nanti"
Suara ibu yang membangunkannya ia dengar samar-samar dibalik pintu. Tapi araiya justru tidak berniat menjawabnya.
Krekk
Pintu terbuka dari luar menampakkan araiya yang masih tertidur dalam posisi duduk di kasurnya."Ara, bangun"
"Iya ma, ini udah bangun dari tadi"
"Bangun apanya, orang kamu masih mejem"
"Iya ma, ini udah buka mata, ara mau ambil wudhu, sana mama keluar dulu." ara mendorong pelan tubuh ibunya.
"Yaudah, mama mau masak dulu"
"Oke ma"
_______
Setelah mandi dan bersiap untuk ke kampus araiya bergegas turun dari kamarnya yang berada di lantai 2 dan berjalan menuju meja makan.
"Loh ma, papa mana? " ucap ara heran karena tidak melihat keberadaan papanya.
"Oh, tadi udah pergi ke kantor, ada meeting pagi katanya" mama araiya menjawab sembari meletakkan nasi goreng ke atas piring ara.
"Eh ma, tadi mama ada denger suara mobilnya Jeno nggak? "
"Ada, Jeno udah pergi dari tadi ra"
"Hah, beneran ma?" ara buru-buru mengambil ponselnya, berniat menelepon Jeno.
Saat telpon tersambung ara dengan cepat bertanya.
"Haloo, Jen, lo dimana? dikampus? kok nggak bilang bilang lo udah pegi" Cerocos ara cepat.
" Astaghfirullah ra, assalamualaikum dulu ra, jangan langsung nyerocos"
"Eh iya, Assalamu'alaikum Hehe, maaf Jen, jdi lo skrng dimana? "
"waalaikumsalam masih dirumah, barusan manasin mobil, kenapa ra? "
"kata mama lo udah pergi ke kampus"
"Hahaha, lo diboongin pasti"
Ara segera melihat mamanya yang sedang menahan tawa.
"Mamaaaa, boongin ara, dosa tau nggak ma"
"Hahaha, iya maafin mama"
"udah ah, ara berangkat dulu sama Jeno, assalamu'alaikum ma" ucap ara sambil mencium tangan mamanya.
Ara berlari keluar rumah menghampiri Jeno sang tetangga sekaligus sahabatnya yang baru saja masuk mobil.
"Assalamu'alaikum prince Jeno" ara mengetuk jendela mobil Jeno.
"Waalaikumsalam, buruan masuk ra, nanti telat, dosen hari ini killer loh"
"Lo tau darimana?" ara yang baru saja duduk bertanya karena penasaran.
"Kak Rani yang ngasih tau"
"ohooo, baru 3 hari masuk kuliah, udah dapet gebetan aja nih fucekboy."
"Berisik banget ra, orang dia yang ngedeketin duluan"
"Halah, lo nya juga mau mau aja kan? "
"ya iya sih"
_______
Setelah sampai dikampus Jeno segera memarkirkan mobilnya di parkiran mahasiswa.
"Jen, gua tunggu lu ya" ucap ara sambil menutup pintu mobil.
"iya, gue ambil tas di kursi belakang dulu, Ayo ra"
Jeno dan ara melangkahkan kakinya ke arah gedung fakultas dan melihat jaemin yang baru saja datang di depan mereka.
"Jaem, jaemin, tungguin woee" ara berteriak kencang
"Eh Jeno, kenapa lo bawa pembantu lo ke kampus Jen"
" Iya nih jaem, katanya mau ikut liat kampus
"Sembarangan banget ya kalian"
Baru saja ara ingin memukul Jeno dan Jaemin menggunakan tas, fokus mereka teralihkan karena ada seorang pria yang memanggil Jeno.
"Hei Jen, Jeno Khiar Al-Fahrezi" teriaknya
Mereka bertiga sontak menoleh bersamaan.
"Ehh my brooo" Jeno langsung memeluk dan berjabat tangan dengan pria yang memanggilnya tadi.
"Gue takut salah panggil tadi Jen, ternyata beneran lo"
"Hahaha iya Chan gue ganyangka lo ambil jurusan ini, gaheran sih tapi gue, btw ini kenalin temen gue, yang ini jaemin, nah yang cewek ini pembantu gue" Jeno mengenalkan ara dan jaemin pada pria yang ia panggil Chan.
Pria itu langsung menerima jabatan tangan Jaemin.
"Haechan" ucapnya
"Gue jaemin, tapi lo boleh manggil gue ganteng"
"Hahahaha iya" Haechan melihat ke arah araiya, kemudian menyatukan kedua telapak tangannya didada. "Haechan" ucapnya sekali lagi
"Gue araiya" ara melakukan hal yang sama kepada haechan, ia juga menyatukan kedua tangannya.
Setelah perkenalan singkat itu, mereka ber-4 langsung menuju ke kelas.
___________
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Kita dan Tuhan
Fiksi PenggemarJangan menyalahkan Tuhan dalam pertemuan kita. Kita yang salah, karena memutuskan untuk menaruh perasaan pada masing-masing dari kita. Pada akhirnya, kita tidak bisa meninggalkan Tuhan kita masing masing. Dan perpisahan adalah sebenar - benarnya...