Hati dan Pikiran

23 4 1
                                    

Lelah, hanya itu yang sekarang Runa rasakan setelah pulang sekolah. Hari ini adalah hari yang paling melelahkan tidak seperti biasanya, bertemu manusia seperti Kairaja benar benar membuat Runa menghela nafas berkali kali.

Aruna merebahkan dirinya diranjang Queen size yang tentu saja dibelikan papa mama nya. Mungkin ini cukup membuat beban ditubuhnya perlahan pudar.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar jelas ditelinga Aruna, ia sudah pasti tau siapa orang yang mengetuk

"Masuk Van!" Ucap Aruna sedikit berteriak

Pintu terbuka, benar saja yang mengetuk pintu kamarnya itu Vanya, karena tak Ada lagi orang yang berani mengetuk pintu tersebut selain Vanya, Bagas dan kedua orangtuanya

Setelah melihat keberadaan Vanya, Aruna membenarkan posisi duduknya

"Maaf Non, saya ganggu waktu istirahat Non Runa" Vanya membuka suara

Aruna menganggukan kepala

"Kenapa?" Tanya Aruna

"Non Runa udah makan?" Pertanyaan itu sebenarnya alasan Vanya masuk ke kamar Aruna

"Belom"

"Kalau gitu saya ambilin makan sama obat Non Runa" kata Vanya

Terlihat Aruna menganggukan sedikit kepalanya.

Setelah mendapat izin dari Aruna, Vanya pamit keluar untuk mengambilkan makan dan obat yang memang harus selalu Runa minum

Sembari menunggu Vanya yang tak kunjung datang, Aruna menyetel musik lalu menghubungkannya ke headset agar tak terlalu kesepian. Tiap bait liriknya Aruna alunkan dengan suara yang merdu

Kebiasaannya mendengarkan musik sedari kecil membuat gadis itu dapat menghapal lirik lagu hanya dengan tiga kali putaran mendengarnya.
Kebiasaannya bernyanyi juga membuat suara Aruna bagus dengan sendirinya.

Sedari kecil Aruna ingin bisa bermain alat musik, namun tentu saja karena kedua orangtuanya terlalu mengkhawatirkan kondisi Aruna, Aruna tak bisa mempelajari alat musik tersebut yang Runa tau hanya obat, jarum suntik, infusan dan tentu saja tabung oksigen yang selalu menemaninya dikala sakit

Ketukan pintu kembali terdengar ditelinga Aruna, tanpa menerka Aruna tau kalau itu Vanya yang sudah pasti datang membawa makanan dan obat

Aruna melepas headset ditelinganya kemudian mematikan musik yang sedari tadi menyala. Lalu beranjak dari kasur untuk membukakan pintu

Pintu terbuka, terlihat Vanya yang berdiri diantara dua asisten rumah tangga dirumah Aruna. Yang satu membawa obat serta minumnya. Yang satunya lagi membawa nampan berisi nasi serta lauk pauk

Meskipun Aruna mencintai kamar besarnya, namun ia tetap tak bisa bila makan didalam kamar, tak terbayang beberapa semut mungkin sudah berjalan jalan dilantai kamarnya

Akhirnya Aruna berjalan menuju ruangan yang memang Aruna sediakan untuk tempat makan dan menonton film, Dan bernyanyi untuk meringankan bebab tubuhnya

Ruangan yang Aruna sukai diurutan kedua setelah kamar,ruangan tersebut berisi meja makan kecil beserta dispenser , TV dengan ukuran 100 inch, alat karoke, serta beberapa alat musik dari mulai gitar, piano, biola yang tentu saja belum pernah Aruna mainkan sama sekali.

Adanya ruangan ini memudahkan Aruna agar tak memakan banyak tenaga untuk bolak balik turun tangga dari lantai satu menuju lantai tiga kamarnya.

Dua asisten rumah tangga Aruna menyimpan makan, minum dan obat yang dibutuhkan Aruna diatas meja tepat didepan Runa duduk.

ArunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang