Telat beberapa hari dari komitmen sendiri. Btw selamat menikmati ..
***
"Seharusnya kamu tidak perlu datang ke sini. Untuk apa? Aku curiga dulu kamu merengek ke Dokter Rio supaya aku mau menjagamu!"
Andra menatap tajam kepada wanita yang saat ini duduk di tepi ranjangnya. Wajahnya menunduk, sejak beberapa saat yang lalu enggan membuka mulut. Hal yang membuat Andra semakin tersulut emosi. Dia tidak bisa berpikir apa yang akan disampaikan kepada keluarganya setelah ini, tadi saat Papanya akan mulai interogasi dia hanya mengiyakan kalau wanita ini istrinya. Lalu, atas alasan kasihan karena perjalanan panjang dia meminta kepada Papanya untuk menunda segala hal yang akan ditanyakan. Istirahat, itu alasan yang paling ampuh saat Papanya akan protes. Namun, bukan istirahat wanita itu kini justru sibuk menerima kemarahan Andra.
Wanita itu masih diam membisu, tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia berpikir, memangnya apa yang akan dilakukan oleh orang lain jika berada pada posisinya? Saat dia menghubungi lelakinya setelah dua hari menghilang dan justru wanita lain yang mengangkat teleponnya. Dia memang tidak berhak untuk cemburu, karena faktanya dialah yang membuat laki-laki ini untuk mengikatnya. Awalnya dia gamang, sampai akhirnya sisi egonya terusik. Apa yang sudah menjadi miliknya tidak boleh ada yang mengusiknya sedikitpun, itulah kenapa akhirnya dia memilih menyusul ke tempat ini. Bermodalkan fotokopi KTP yang sempat Abangnya berikan tepat sebelum hari keberangkatan Abang ke luar kota.
Dia memilih diam daripada menuntut jawab atas pertanyaan yang sudah berkecamuk di dalam kepala. Dia merasa tidak berhak walaupum dalam hati dia sudah meneriakkan dengan lantang kalimat tanya itu.
Siapa sebenarnya wanita yang mengangkat telepon waktu itu? Sepele, tetapi setelah dia sendiri berulang kali menghubungi tanpa balasan inilah yang terjadi. Rasa penasaran dan khawatir berubah menjadi emosi. Dia tidak rela, itu saja.
"Raaa! Jawab aku!" Andra berkata dengan nada sedikit tinggi.
Wanita di hadapannya masih diam, memilih menunduk daripada menatap matanya. Hal yang membuat dia mengacak rambut dengan frustasi. Kenapa wanita suka sekali diam, tidak Kiara juga wanita ini. Padahal sebelumnya dia adalah wanita yang tidak bisa diam.
"Abang, nggak na-"
"Jangan pernah panggil Abang!"
Wanita ini semakin frustasi. Tadi diam disuruh menjawab, tetapi saat dia baru membuka mulut sudah di sela. Dia ingin menangis tetapi tahu kalau Andra akan semakin tidak suka dengan kehadirannya, dia memilih kembali diam. Ya Tuhan, tidak bolehkah dia hanya memeluk lelakinya dan beristirahat? Dia lelah setelah perjalanan panjang dan juga butuh asupan makan. Ini semua karena doktrin dari orangtua dan abangnya untuk tidak sembarangan membeli makanan, termasuk di kereta.
"Aku lapar!" kata ajaib yang sukses keluar dari mulut. Kali ini tidak membuat Andra berujar tajam melainkan melongo menatapnya.
"Apa?"
"Lapar. Dari kemarin malam aku belum makan," jawabnya kemudian. Dia lebih memilih mengalihkan pembicaraan daripada melukai hatinya sendiri lebih dalam.
"Bodoh!" Andra bergumam sambil keluar kamar, menyisakan pintu yang terbuka sedikit.
"Memangnya apa yang kamu harapkan, Ra? Kalau bilang lapar lalu dia akan membawakan makanan begitu? Mimpi saja sana!" kata wanita itu kepada dirinya sendiri.
Andra pergi ke dapur berniat mengambil makanan, tetapi sayangnya lauk sisa sarapan sudah habis tidak tersisa. Matanya menyipit ketika Adiknnya berjalan ke dapur untuk membuang sampah
"Nia!"
"Ya."
"Buatin lauk dong, Dek. Lauk apa aja deh, telur juga nggak papa," pintanya memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
D.I.A - Ketika Cinta
RomanceDITERBITKAN ♥♡♥ Sebelumnya terima kasih kepada teman-teman semua atas dukungannya untuk cerita DIA. Sebagian naskah ini sudah dihapus karena telah diterbitkan oleh Penerbit Wahyu Qolbu. Apabila ingin tetap membaca dalam versi buku bisa mencari di Gr...