Andra menghentikan langkah ketika sudah membuka pintu, di atas kasurnya tidak ada lagi Rara yang menangis. Wanita itu kini sedang sibuk menuangkan air putih ke tisu dan mengusap wajah sembabnya.
"Kamu sengaja mau bikin kasurku basah karena air itu ya?" tegur Andra yang membuat Rara langsung mendongak karena kaget, tanpa sadar tangannya yang memegang botol minuman masih dalam keadaan menuang sehingga teguran yang dikatakan Andra menjadi kenyataan.
"Yahhh...Yahh... Basahhhh... Abang sih ngagetin aja, jadi basah beneran kan!" ujar Rara tanpa dosa.
"Kakak Ra, Kakak. Jangan panggil Abang."
Rara mendengus mendengar kalimat Andra, baginya panggilan Abang itu lebih menarik dibandingkan Kakak. Kebiasaan karena dia tumbuh besar di ibukota sehingga panggilan Abang lebih akrab di telinga. Sementara Andra jangan ditanya, lelaki itu tidak suka dipanggil Abang karena hanya akan membuatnya ingat kepada mantan wanitanya, siapa lagi kalau bukan Kiara.
Tangan Rara sudah beralih dari meletakkan botol minuman ke nakas dan mengambil selimut untuk dia letakkan di bagian kasur yang basah. Hal yang sukses membuat Andra tidak mengerti.
"Bodoh! Kalau begitu bukan hanya kasur yang basah tetapi sekarang selimutnya juga."
"Ah Rara bodoh" Rutuk wanita itu dalam hati.
Dia meringis menatap lelaki yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya, membuat Andra kembali mengerutkan kening. Wanita ini begitu cepat moodnya berubah, sifatnya kembali ke awal, yaitu tengil!
"Abang, eh Kakak nggagetin aja sih!"
"Lagian kamu ngapain itu nuang air di kasur?" tanya Andra menyelidik.
Rara memutar bola matanya dengan kesal, kenapa laki-laki ini begitu berlebihan mengatakan dia menuangkan air di kasur. Hei, dia hanya menuangkan air sedikit pada tisu untuk membersihkan wajah. Bukannya menuangkan air ke kasur.
"Aku bersihin muka, kotor."
"Nggak mandi? Jorok!"
"Mau mandi tapi nggak tahu kamar mandi di mana. Terus aku lupa nggak bawa baju ganti, SAMA SEKALI."
Andra berdecak medengar jawaban Rara, jawabannya memang tidak salah saat dia mengatakan tidak tahu kamar mandi karena dia memang belum menunjukkannya tetapi yang jadi masalah adalah wanita ini tidak membawa baju ganti, perlu digarisbawahi sama sekali dan itu berarti dia juga tidak membawa pakaian dalam, bukan?
"Ayo ikut, apa kata orang kalau istri Dokter jorok begini!" Andra berjalan menuju daun pintu dan mengambil handuknya yang tersampir di sana. Dia melemparkan handuk itu ke wajah Rara yang sedang menatapnya takjub.
"Sejak kapan Abang, Ah Kakak maksudnya bilang Istri. Manis banget!" ujar Rara dengan tangan mengambil handuk yang menutupi wajahnya.
"RARA!"
Ah, hilang sudah bayangan suami yang perhatian di benak Rara. Andra mungkin hanya keceplosan menyebutnya istri, buktinya sekarang dia sudah kembali menjadi Andra yang galak dan tidak sabaran. Tanpa menunggu dua kali instruksi dia langsung berdiri dan mengikuti langkah Andra. Sejujurnya dia memang sudah ingin mandi dari tadi, tetapi melihat tidak ada kamar mandi di kamar Andra membuatnya mengurungkan niat. Rara memperhatikan Andra yang berjalan menuju sudut ruangan dan membuka sebuah kamar mandi.
"Masuk!"
Seperti anak kecil yang disuruh oleh Ayahnya, Rara langsung menuruti perintah Andra tanpa bantahan. Dia baru saja akan menutup pintu karena teringat sesuatu.
"Kak," panggilnya yang membuat langkah Andra terhenti.
"Kenapa lagi?" jawab Andra jengkel. Well, kebiasaan dia tinggal di rumah sendiri dan jauh dari keluarga ternyata mengubah kepribadiannya menjadi manusia kaku dan cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
D.I.A - Ketika Cinta
RomanceDITERBITKAN ♥♡♥ Sebelumnya terima kasih kepada teman-teman semua atas dukungannya untuk cerita DIA. Sebagian naskah ini sudah dihapus karena telah diterbitkan oleh Penerbit Wahyu Qolbu. Apabila ingin tetap membaca dalam versi buku bisa mencari di Gr...