Assalamu'alaikum. Buat teman-teman yang menikmati membaca gratis di wattpad, tolong jadilah pembaca yang baik dan pintar. Tulisan di sini dipublish bukan untuk dijiplak, terlebih diganti menjadi cerbung dengan nama idola “kalian”. See, banyak penulis yang memilih menghapus tulisannya itu semua karena ulah “kalian”. Buat apa dapat pujian dari reader kalau itu bukan karya kalian sendiri. Terima kasih untuk tidak menjiplak ^^
Sejujurnya saya tidak yakin dengan alur cerita ini, tetapi berhubung cerita sudah saya publish jadi harus saya selesaikan. Maaf jika alurnya kurang memuaskan. Btw selamat membaca, maaf typo masih berkeliaran.
Part 5
Andra menghela nafas dan berjalan menuju ponselnya yang sudah terbagi menjadi dua bagian. Dia menatapnya miris, sudah dipastikan ini tidak akan bisa menyala. Bayangkan saja, ponsel mana yang akan bertahan dengan gagahnya setelah membentur tembok dengan kencang, terlebih lagi ponselnya tidak memakai baju sebagai pengaman. Dia membiarkan Rara untuk menenangkan diri dan memilih mengambil ponsel lamanya yang ada di nakas, beruntung dia bukanlah lelaki gila gadget sehingga kartu simnya masih model lama dan bisa dipindahkan.
Ponselnya baru saja menyala saat sebuah panggilan masuk dari nomor baru. Andra mengerutkan kening karena merasa tidak mengenal nomor tersebut. Bodoh! Pantas saja nomor baru karena contactnya ada di ponsel lama.
“Hallo.”
“Assalamu’alaikum, Ndra.”
Andra berpikir sejenak hingga akhirnya dia mengenal suara di ujung telepon. Suara itu adalah milik Dokter Rio. Matanya melihat ke arah Rara yang masih sibuk menangis, lalu dia berjalan keluar untuk melanjutkan pembicaraan dengan seniornya. Dia tahu pasti yang akan menjadi bahan pembicaraan adalah Rara, karena itu dia memilih pergi menjauh.
“Wa’alaikumsalam. Kenapa, Dok?”
“Syukurlah ponsel ini masih bisa dihubungi. Biasanya kalau Rara marah suka membanting apa yang ada di jangkauannya.”
Andra baru mengetahui hal ini, bisa habis apa yang dia miliki kalau hobi Rara mengerikan seperti saat ini.
“Dia memang baru saja menghancurkan ponsel saya.”
“Hahahaha, dia memang tidak pernah berubah.”
Andra sukses melongo tolol mendengar pernyataan dari seniornya sekaligus Kakak Rara. Rio sama sekali tidak prihatin dan justru tertawa dan berkata seolah-olah hal yang dilakukan oleh Rara adalah hal yang wajar. Ya Tuhan, sepertinya dia bisa gila jika terus berhadapan dengan Kakak beradik ini.
“Ndra,” suara di ujung telepon terdengar menggantung.
“Ya.”
“Rara itu labil. Baru saja dia marah sama saya dan itu berarti dia bisa berhari-hari mendiamkan saya. Kamu tolong jaga dia, ya? Lusa saya sudah pulang, nanti biar saya bicara sama dia.”
“Masalah labil sudah di depan mata.” Batin Andra
Setelah panggilan dari Rio terputus, Andra menatap ponselnya miris. Dia baru saja mendapatkan ceramah gratis soal Rara, seakan-akan Rara adalah satu jenis penyakit dan Rio menceritakan detail gejala dan cara penanggulangannya. Benar-benar.
Saat ini Andra menyesali satu hal dari keputusan yang sudah diambil, yaitu mengambil tanggung jawab atas Rara sebagai balas budi.
Flashback
“Abang!”
Sebuah panggilan sederhana namun sukses membuat langkah Andra berhenti. Dia sangat hafal dengan panggilan ini, panggilan ini adalah milik wanitanya.Namun, detik berikutnya dia merutuki dirinya sendiri, mana mungkin Kiara ada di kota yang sama dengannya. Lalu, jika bukan Kiara siapa yang memanggilnya dengan panggilan ini mengingat dia berada di kota Jogja dan jarang sekali orang menggunakan sapaan Abang.
KAMU SEDANG MEMBACA
D.I.A - Ketika Cinta
RomanceDITERBITKAN ♥♡♥ Sebelumnya terima kasih kepada teman-teman semua atas dukungannya untuk cerita DIA. Sebagian naskah ini sudah dihapus karena telah diterbitkan oleh Penerbit Wahyu Qolbu. Apabila ingin tetap membaca dalam versi buku bisa mencari di Gr...