17

1.5K 207 11
                                    

Happy reading

Cuaca sangat dingin akibat hujan. Suasana yang cocok untuk bermalas-malasan di rumah. Menonton televisi, ditemani susu hangat dan cemilan. Ditambah lagi hari ini adalah hari sabtu. Bebas tanpa perlu memikirkan pr. Mungkin suasana yang menyenangkan sekaligus menenangkan.

Tapi tidak bagi seorang wanita paruh baya yang sedang menatap jalanan di luar sana, dengan sendu di balik jendela rumah sederhananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi tidak bagi seorang wanita paruh baya yang sedang menatap jalanan di luar sana, dengan sendu di balik jendela rumah sederhananya. Setiap kali hujan, ia akan teringat dengan sahabatnya. Sahabatnya sejak ia kecil. Dulu setiap hujan mereka akan mandi hujan bersama. Setelah itu masuk ke rumah, memakai sweater hangat dan meminum coklat panas sambil menonton film kartun yang hits pada masanya.

Tapi ada suatu kejadian yang ia sesalkan sampai sekarang. Kejadian tersebut sudah lama, tapi sampai sekarang ia belum bisa memaafkan dirinya sendiri. Hubungan mereka merenggang hanya karena masalah status sosial. Sahabatnya tersebut sudah membujuknya untuk berbaikan. Tapi ia sangat tersinggung, sampai-sampai ia dengan mudahnya memutuskan hubungan yang sudah mereka jalin selama bertahun-tahun. Egonya terlalu tinggi, hingga mengalahkan hati nuraninya.

Dan sekarang.....
Ia hanya bisa menyesal, sudah terlambat. Terlambat jika ia ingin memperbaiki hubungan mereka. Mungkin orang-orang bilang 'tidak ada kata terlambat, kamu pasti bisa'.

Tapi ia benar-benar sudah terlambat. Ia dan sahabatnya belum berbaikan, dan sahabatnya tersebut sudah pergi.
Meninggalkannya. Selamanya.

Orang yang sudah tiada harus kita ikhlaskan, hidup harus terus berlanjut. Tapi ia merasa dirinya terkurung pada masa lalu tersebut. Ia ingin keluar, tapi tak menemukan jalan keluarnya. Bagaimana ia bisa memperbaiki hubungan dengan orang yang sudah tiada? Ia benar-benar tidak bisa menemukan jalan keluarnya.

Ia menghapus air matanya yang mengalir membentuk sebuah sungai di pipinya. Ia sangat ingin mengunjungi makam sahabatnya. Mencurahkan isi hatinya, walaupun sahabatnya tersebut tidak bisa menjawabnya. Mungkin saja ia bisa mendengarnya. Tapi ia merasa malu dan tidak pantas, bahkan hanya sebatas mengatakan 'Aku rindu' padanya. Iya dialah Kim Jisoo yang berubah menjadi Jang Jisoo.

Walaupun ia menghapus air matanya, matanya terus mengeluarkan air, membuat kedua pipinya basah lagi dan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walaupun ia menghapus air matanya, matanya terus mengeluarkan air, membuat kedua pipinya basah lagi dan lagi. Mata dan hidungnya ikut memerah.

Tok tok tok

Egoistic : The rest of the ConscienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang