Aku tidak habis pikir dengan Deo. Pria itu seperti tak gentar untuk tetap menyakinkan Bunda agar aku bisa bersekolah di kota. Dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku ingin mengatakan kepada Deo jika alasan Bunda tidak mengizinkanku adalah karena pilihan konyol itu. Namun aku tidak bisa mengatakannya secara langsung kepada Deo karena itu akan memperkeruh suasana.
"Sepertinya Bibi benar-benar keukeh dengan pendiriannya, Lae. Kalau begitu, aku akan mencari cara lain agar kamu bisa melanjutkan pendidikan di kota," ucap Deo tatkala Bunda telah beranjak untuk pergi ke dapur.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku pelan lantaran aku tidak ingin membawa Deo dalam permasalahanku sampai jauh. Bagaimanapun caranya, aku harus menjauhi Deo karena itu adalah pilihan yang telah Bunda berikan kepadaku.
"Kenapa, Lae? Coba kamu jujur. Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?"
Lagi-lagi aku menggelengkan kepalaku. Namun bukan Deo namanya jika ia tidak keukeh untuk tetap mencari tahu hingga tanda tanya besar di benaknya terjawabkan.
"Jujur adalah tindakan yang paling benar untuk dilakukan meskipun menyakitkan. Karena jika kamu terus-menerus berbohong dan menutupi ini semua, aku yakin jika tidak lama lagi ini akan menjadi beban untukmu."
Penuturan Deo barusan membuatku berpikir macam-macam. Ia ada benarnya. Jika aku tidak jujur, maka Deo juga tidak akan pernah mengerti denganku.
"T-tapi aku nggak bisa bilang sekarang, Deo. Beri aku waktu untuk berpikir-"
"Kamu masih berpikir dua kali untuk mengejar impian kamu? Kesempatan nggak datang dua kali, lantas kamu masih berpikir lagi? Bisa jadi besok sudah terlambat, Lae. Bisa jadi semua impian kamu nggak akan pernah tercapai hanya karena kamu berpikir dua kali demi sebuah penjelasan yang aku butuhkan."
Setelah mengatakan hal tersebut, Deo beranjak dari duduknya. Aku pun refleks mengikutinya dan mencegahnya sebelum pergi.
"D-Deo."
"Jika kamu percaya kepadaku, maka jelaskan. Jika tidak, aku akan pergi sekarang," ucap Deo dengan nada yang mulai terdengar dingin.
Semenjak mengenal Deo tempo hari, aku belum pernah sekalipun mendengar nada bicaranya yang begitu dingin kepadaku. Apa ia benar-benar marah dan kecewa padaku? Bahkan sebelum aku menjawab pun ia sudah kembali berujar, "Aku permisi, Lae."
Sementara itu, aku masih saja bungkam dan hanya bisa terdiam. Kepergian Deo yang menerobos hujan membuat hatiku seakan tersayat-sayat. Walaupun baru beberapa hari mengenalnya, ia sudah begitu banyak membantuku. Bahkan ia juga yang sudah memberikan beberapa pelajaran yang tidak aku dapatkan dari buku sekolah.
Tiba-tiba, Bunda keluar dari dapur dan menghampiriku. Tatapannya menyiratkan sebuah kesedihan, pun kemarahan. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Bunda. Namun yang jelas, pasti ada yang disembunyikan oleh beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and My Dreams
Подростковая литература‼️PINDAH KE KARYAKARSA‼️ Laksita Embun Pranadipta tidak pernah menyangka jika ia akan dipertemukan dengan sosok Arkan Deo Mahardika--mahasiswa dari kota--yang menyelamatkannya dari sebuah tragedi gila. Lae dijual oleh bundanya kepada sang juragan ka...