⩩✦↷O3。┊A DIFFICULT CHOICE

23 11 25
                                    

Ini sudah hari ketiga sejak aku mengatakan mengenai beasiswa kepada Bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini sudah hari ketiga sejak aku mengatakan mengenai beasiswa kepada Bunda. Beliau benar-benar belum menjawabnya. Bahkan memberikan kepastian pun sepertinya enggan. Aku bingung sekali, apa yang salah dengan beasiswa itu?

Sempat aku menanyakan kepada Bunda mengenai alasannya tetap bungkam, namun beliau sama sekali enggan buka suara. Aku pun seketika berpikir, apakah ada suatu ketakutan di benak Bunda mengenai berita yang kubawa? Atau ada alasan pun rencana lain yang membuat Bunda enggan memberikan izin untukku bersekolah di kota?

"B-Bunda, boleh aku bicara?"

Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya lagi sebelum aku berangkat ke sekolah. Kali ini Bunda hanya mengernyitkan dahinya dan langsung menginstruksiku untuk segera berangkat ke sekolah.

"Sudah sana berangkat, nanti kamu terlambat, Nak. Bicaranya nanti saja."

Aku mengalah. Sepertinya ada sesuatu yang ditutupi oleh Bunda. Aku pun hanya mengangguk dan menyalami tangan Bunda sebelum berangkat ke sekolah.

Ini adalah hari terakhir aku sekolah. Kemarin aku mendapatkan kabar dari Bu Dea jika ia salah tangkap. Ternyata itu beasiswa pendidikan, tidak termasuk sudah diterima atau belumnya di universitas. Bu Dea mengatakan jika aku harus pergi ke kota untuk menjalani tes masuk universitasnya. Kalau Bunda saja belum memberikan kepastian, bagaimana aku bisa pergi?

"Lae!"

Tiba-tiba sosok yang sudah begitu familiar di benakku membuat diriku terkejut. Aku pun tersentak namun seketika dapat kembali menetralkan perasaanku. Sementara itu, sang empu yang baru saja mengejutkanku hanya menampilkan wajah tak berdosanya.

"Maaf kalau membuatmu terkejut. Oh ya, aku mau ikut denganmu ke sekolahmu."

Mendengar penuturan Deo, aku langsung membulatkan mataku sempurna. Apa yang akan ia lakukan di sekolahku?

"Aku hanya ingin melihat-lihat saja, Lae. Aku juga ingin tahu bagaimana pendidikan di sini. Oh ya, tentang beasiswa itu bagaimana? Nanti kamu menggembala juga kan?"

Aku memijat pelipisku tatkala mendengar rentetan pertanyaan dari Deo. Pria itu makin lama sudah seperti wartawan saja.

"Satu-satu kalau tanya, Deo. Aku ini bukan orang yang mudah mencerna pertanyaan."

Kali ini ia berjalan di depanku. Lebih tepatnya, ia berjalan mundur. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan konyolnya itu.

"Mengenai beasiswanya, kamu jadi ambil beasiswa itu dan ikut tes bulan depan, kan?"

Mendengar pertanyaan dari Deo, aku hanya mengangguk tanda mengiyakan.

"Sepulang sekolah kamu menggembala, kan?"

Lagi-lagi aku mengangguk. Kini tatapan netra Deo menunjukkan kekesalan. Bahkan ia sampai memanyunkan bibirnya layaknya bayi yang sedang merajuk.

"Ngangguk mulu bisanya."

You and My Dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang