Chapter 2

6.9K 420 74
                                    

Gadis itu merasakan pening menjalar di kepalanya, sedari pagi ia terus mual membuat tubuhnya lemas. Kim Jisoo berjalan tertatih menuju ranjang tidur nya, mengambil sebuah ponsel.

"Park Jihyo, izinkan aku hari ini. Aku sedang tidak enak badan."

"Kau baik-baik saja? Suaramu parau sekali."

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin beristirahat hari ini."

Setelah menelepon sahabatnya, Jisoo berbaring menutupi dirinya dengan selimut dan mencoba beristirahat.

Mual itu datang lagi ketika dia hampir terlelap, berlari sekuat tenaga menuju wastafel. Sedari kemarin gadis itu memang tak bernafsu makan, ia memandang wajahnya di cermin, sangat pucat.

Satu hal yang gadis itu baru sadari, ini sudah hampir dua bulan gadis itu belum datang bulan. Ia bergegas menyuruh bibi Jung untuk membeli testpack dengan syarat tidak boleh ada yang tahu kecuali dirinya.

Gadis itu mengigit kuku jemarinya, gugup dengan hasil tes yang ia tunggu. Pikirannya benar-benar kacau. Selang lima menit kemudian, Kim Jisoo menutup matanya tak berani melihatnya.

"Ah, bagaimana ini. Aku butuh Jungkook," lirih nya dengan kegelisahan.

Ia memberanikan diri, apapun hasilnya ia harus menerima. Membuka perlahan matanya, dan tubuhnya merosot. Sudah lemah kini lebih lemah lagi melihat hasilnya yang ternyata positif.

Otaknya seolah blank, tak tahu harus bagaimana. Hanya menatap kosong lantai yang dingin dengan testpack yang masih di tangannya. Harus bagaimana ia setelah ini? Ia tak tahu bagaimana reaksi Jungkook setelah mengetahui hal ini, yang pasti ia sangat takut.

Jisoo masih mengurung dirinya di kamar, enggan menemui seseorang. Ibunya terus memanggil mengingat kan untuk makan, namun ia tak mau. Pada akhirnya Jungkook datang membuat hati ibu Jisoo lega.

"Jungkook, tolong suruh Jisoo makan. Dari tadi ia tak mau keluar, bahkan membuka pintu. Padahal dia sedang sakit."

Jungkook semakin khawatir dengan keadaan kekasihnya. Ia membawa nampan yang berisi bubur, dan segelas air membawanya ke kamar Jisoo.

"Ji, buka pintunya. Ini aku Jungkook."

Seseorang yang ia tunggu datang, Jisoo bergegas membuka pintu kamar nya menyuruh kekasihnya masuk dan ia memeluknya.

"Hey, tunggu dulu. Aku sedang memegang ini."

Jungkook menyandar kan Jisoo di kepala ranjang, sambil menyuapi makanan untuknya.

"Bagaimana? Apa masih pusing?" Tanya nya yang kini memberi Jisoo segelas air putih.

Jisoo menaruh gelasnya di meja, lalu menatap manik Jungkook.

"Jung, aku hamil,"

Jungkook terkejut, kemudian ia terdiam saat gadisnya menyodorkan testpack dengan dua garis merah disana.

"Ji, ini beneran?"

Jisoo hanya mengangguk.

Ia tak tahu bagaimana perasaannya. Jungkook memang sayang dengan kekasihnya, tapi jika untuk mempunyai buah hati, jujur saja lelaki itu masih belum siap. Di tambah lagi dirinya yang masih belum lulus kuliah dan belum punya pekerjaan tetap. Dan masih banyak lagi hal yang ingin ia gapai di usia nya yang masih 22 tahun itu.

"Jung, kau kenapa?" tanya gadisnya yang kini melihat Jungkook dengan wajah yang sulit sekali di artikan.

Lelaki itu menghela nafas, menatap Jisoo.

"Ji, maaf. Aku memang menyayangimu, tapi kurasa ini terlalu jauh untuk kita."

Deg!

Bukan itu yang Jisoo harapkan, bagaimanapun ini kesalahan mereka, dan tak bisa Jisoo menanggung semuanya sendiri.

Nothing Like Us (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang