🌕

3 0 0
                                    

Malam ini aku sibuk. Sebenarnya tidak juga. Lebih tepatnya menyibukkan diri karena perintah dari Sihun. Anak itu pulang ke rumahnya pukul delapan malam, itu pun karena aku usir. Sebelumnya dia berniat menginap disini dan mengawasiku karena dia meninggalkan buku catatan semua pelajaran hari ini untuk aku tulis di buku ku.

Kau sudah kelas tiga, sebentar lagi lulus. Kau mau masuk ke universitas impianmu, bukan? Ayo belajar!! Begitu katanya, kalimat yang sama yang selalu dia katakan saat aku malas belajar dan menyepelekan sekolah. Anak itu tidak tahu saja, bahwa bukan tanpa alasan aku acuh pada sekolah, aku bahkan tak tahu apakah aku sanggup bertahan lagi sampai sejauh ini. Aku merasa enggan memiliki masa depan. Tapi entah kenapa sejak 'dia', Junghwan, hadir di hadapanku, aku merasa menolak untuk berhenti disini, aku ingin hidup lebih lama lagi untuk bertemu dengannya dan saudaranya juga, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan.

Sedikit ku renggangkan tubuhku karena pegal dan melihat ke arah jam yang menempel di pojok ruang tengah apartemenku, sudah tiga jam aku memindah tulisan Sihun ke buku catatan milikku, sekarang sudah jam sebelas malam dan aku sangat mengantuk, apalagi besok aku harus sekolah. Tak ada alasan lagi untuk bolos, terlebih aku harus membawa buku catatan Sihun untuk dikembalikan, jika tidak dia akan dihukum oleh guru Park, guru sastra di sekolah kami. Aku tak mau Sihun dihukum karena aku, anak itu sangat pintar dan aku tak mau merusak citranya karena sikap masa bodohku yang kelewatan ini.

Jadi aku mulai menenggelamkan wajahku pada lekukan lenganku yang ku lipat diatas meja tengah, mulai memejamkan kedua mataku dalam diam.








"Hei, kau tidak boleh tidur disini, nanti badanmu sakit."

Belum lama sejak aku menutup mataku, tapi kedua telingaku segera mannangkap suara seorang lelaki. Sihun? Tapi bagaimana dia bisa masuk? Aku tak memberitahukan password apartemenku pada siapapun. Dan suaranya juga berbeda. Apa aku bermimpi?

Namun aku mulai membuka mataku perlahan saat kurasakan ada orang yang menyentuh punggungku, lalu aku mengangkat wajahku dari lipatan tanganku dan menghadap ke sisi yang berlawanan. Disitu aku melihat mereka.

Langsung saja aku membulatkan mataku terkejut dan mundur dengan cepat sehingga punggungku menabrak sofa dengan keras. Lalu mereka berdua juga dengan reflek menghampiriku serempak, berkata secara bersamaan dengan raut wajah khawatir.

"Kau tidak apa-apa?!!"

Aku masih berusaha memahami situasinya dengan mengerjapkan mataku berkali-kali, tapi memang ini nyata, bukan mimpiku belaka.

"S-siapa kalian? Bagaimana bisa masuk kesini?" Mereka berdua saling beradu pandang satu sama lain, sementara aku menatap wajah mereka satu demi satu, benar-benar mirip dengan yang ibu gambar saat itu.

"Bukankah kau tahu kami?" Salah satu diantaranya menanyakan hal itu padaku, alih-alih menjawab pertanyaanku malah dia juga bertanya padaku.

"I-iya... tapi aku tahu kalian ada di sebuah buku!! Seongjun dan Junghwan." Ucapku sembari menunjuk mereka satu per satu.  "Kalian adalah gambar yang dibuat oleh ibuku, tidak nyata. Tapi sekarang..." aku melihat mereka dengan teliti, sungguh, sangat mirip seperti manusia, tak ada yang aneh dan sangat sama dengan yang ibu gambarkan. Lalu tiba-tiba Junghwan meraih kedua telapak tanganku dan menggenggamnya.

"Kami nyata. Ada di hadapanmu saat ini." Aku menatap genggaman tangannya, sangat hangat dan lembut, bahkan kedua tanganku seakan tak terlihat, menghilang dibalik genggaman kedua telapaknya yang besar. Namun dengan segera aku menyadarkan diriku kembali dan menghempaskan genggamannya.

"Kalau begitu ikut aku." Aku mulai berdiri dan menatap mereka, karena sebelumnya aku masih duduk di atas karpet ruang tengah. Lalu saat mereka juga ikut berdiri dari posisi berlutut sebelumnya, kini aku yang harus mendongakkan kepala demi melihat wajah mereka. Seberapa tingginya mereka? Mungkin sama seperti Sihun. Lalu aku memimpin berjalan di depan dan diikuti oleh kedua lelaki jangkung itu yang mengekor di belakangku. Aku ingin ini semua menjadi jelas malam ini juga.

Fantasia [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang