Chapter 9: Keionbu

166 4 0
                                    

"Stroberi daifuku-nya delapan." Seru Kaito kepada orang-orang di bagian dapur, lalu menyerahkan kertas itu kepada orang terdekat dengannya, Shoui yang juga bagian dapur. "Sisanya baca sendiri. Saking banyaknya aku jadi malas baca."

"Whaduh, banyak amat!" Seru Shoui dan yang lainnya, kemudian tertawa.

"Jangan ketawa doang, ayo lanjut kerja!" Seru Kaito denvan tatapan dinginnya, membuat seluruh ruangan membeku dan segera mengerjakan tugasnya masing-masing.

"Em.. Anu, Kaito, aku sudah boleh break, kan?" Tanya Yuka, was-was takut dimarahi oleh Kaito yang kelihatannya sedang sensi itu.

"Oh, iya, silahkan, Shinoda. Terimakasih atas kerja kerasnya." Salam Kaito, kemudian tersadar sesuatu. "Oh iya, maaf ya aku gak bisa menemanimu keliling, aku masih banyak kerjaan."

Eh tunggu sebentar, tadi katanya dia mau menemaniku keliling? Ini kok rasanya kayak----kayak orang pacaran?

"Eh, gak apa-apa kok, Kaito! Justru aku yang merasa gaenak.... Karena kerjaan pasti masih banyak." Yuka seketika jadi merasa tidak enak karena harus break (disaat orang lain merasa sangat teramat enak mendapatkan break).

"Lah, ini memang jadwalmu." Balas Kaito. "Lagipula kemarin kau sudah membantu dekorasi dan kostum, jadi kau pasti sudah cukup lelah saja. Anggap saja, sekarang aku sedang mengerjakan bagianmu, jadi kau gak perlu merasa gak enak."

Aduh, kenapa aku jadi berdebar lagi, ya? Batin Yuka ketika berjalan keluar kelas dengan wajah merona. Akhirnya Yuka memutuskan untuk ke toilet sebentar lalu menenangkan diri.

"----eh, Izumi?"

Izumi menoleh, dengan mata sembabnya.

Tanpa disengaja, Yuka kembali mendapati sahabat dekatnya itu, kembali sedang menangis. "A-ada apa?!" Tanya Yuka panik.

"Y-Yuka...." Isak Izumi. "A-aku ini pengecut, ya? Aku gak berani mengatakan perasaanku sesungguhnya. Aku cuma berani mengaguminha dari jauh, tapi aku cemburu. Aku bilang aku akan tetap menyatakannya, tapi nyatanya aku kabur sebelum berperang. Aku takut, Yuka!!" Dia kembali memeluk sahabatnya itu sambil terus menangis.

"Sudah-sudah...." Tenang Yuka. "Tapi, bagaimanapun Izumi, kau harus tetap menyatakannya, hari ini juga. Kau mau membiarkan perasaanmu jadi sejarah?"

"N-nggak...." Ujar Izumi, sambil membasuh matanya. "....Aku ingin mengatakan...padanya..."

"Nah. Sekarang aku serahkan kepadamu, pokoknya aku akan serahkan kepadamu sepenuhnya!" Yuka segera menarik tangan Izumi keluar toilet, berjalan cepat di antara kerumunan koridor menuju kelas seseorang, dan tanpa sengaja mereka malah bertubrukan dengan orang yang Yuka cari itu.

Brugh!

"Aaduh... Eh, kau...." Ujar seseorang, yang suaranya sangat familiar di telinga Izumi. "Kau sepupunya Miyazawa, kan?"

Touma.

"Ishikawa-senpai, maaf ini lancang...." Seru Yuka spontan, dengan wajah polosnya. "Tetapi temanku disini, Yamada Izumi, ingin bicara!"

"E-eh, Yuka!? A-apaan, sih?!" Pekik Izumi panik, lalu sekilas melirik ke arah sahabat kecilnya itu. Perempuan manis bernama Akari tadi... tidak ada di sampingnya.

"Yaudah, tugasku sudah selesai, aku mau nonton band Haruki dulu, ya!!" Seru Yuka, kemudian melesat pergi. A-apaan sih tuh anak!

"Emm, Izumi...." Ujar Ishikawa Touma masih dalam keadaan bingung, menggaruk belakang lehernya. "Aku sedang break, jadi, mau gak kalau kita cari cemilan sebentar?"

"Eh..... bagaimana dengan-- pacarmu?" Tanya Izumi, gugup.

"Dia sedang bersama temannya," Touma mengembangkan senyumnya. "Lagipula, kita udah lama banget nggak ngobrol panjang. Mau memulainya?"

***

"Sehabis ini, kita akan lihat penampilan dari Light Music Club!" Pekik dari penonton, terutama suara penonton perempuan memenuhi aula. Yuka yang hanya seorang diri berdiri di tengah kerumunan, berusaha mencari siapapun teman sekelasnya untuk bergabung.

"Eh, Shinoda-san!" Seru seorang perempuan yang berada jauh di depannya, yang seingat Yuka bernama Koshiba Nao. "Sini-sini, bareng aja!"

"Ah, Halo...." Yuka berjalan menuju ke arah mereka, ke tempat yang dekat dengan panggung. Karena di kelas ia jarang berbicara, semua jadi canggung. "Biarkan aku bergabung, ya."

"Gak apa-apa, kok!" Seru mereka ceria, kemudian kembali fokus dengan penampilan dari klub musik ringan.

"Eh, Haruki keren banget, ya!" Samar-samar Yuka dapat mendengar gumaman dari teman sekelasnya tadi, sambil melihat mereka mengembangkan senyum. Sudah biasa bagi Yuka mendengar semua orang di sekolah ini memanggil mereka dengan nama kecil, karena ada tiga orang di sekolah ini yang memiliki marga Miyazawa. Tetapi, sudah lama rasanya Yuka melihat perempuan-perempuan mengagumi Haruki, sejak kejadian di McD dulu. Memang keren sih, Haruki, batin Yuka.

Yuka kemudian menutup matanya, mencoba menikmati lagu, dan suara merdu yang dikeluarkan oleh Haruki, sepupu jauhnya.

"Eh, ini lagu apa, ya?"

Yuka otomatis membuka matanya bingung, menoleh ke sumber suara, terlihat sekali bahwa semuanya terlihat bingung. Padahal, rasanya, Yuka penah mendengar lagu ini.

"Sekarang, kami ingin membawakan lagu baru yang baru saja dari band indie yang baru saja debut. Memang belum terkenal, tapi kami harap kalian bisa menikmatinya!" Seru Haruki. Aneh sekali, ketika di panggung, Haruki dapat berbicara dengan sangat lancar dan sempurna.

Haruki kemudian mulai memetik gitarnya, manis. Yuka kembali menenggelamkan diri di penampilan mereka. Yuka ingat lagu ini. Lagu ini, adalah lagu yang dimainkan oleh Haruki, saat mereka sedang menunggu hujan. Lagu yang lembut, tenang, namun sempurna. Tanpa sadar kemudian Yuka mulai mengalunkan suaranya mengikuti suara Haruki yang sedang menyanyi.

"Eh, Yuka, kau tahu lagu ini?"

Teman-teman sekelasnya memperhatikan Yuka yang sedang bernyanyi, sementara Yuka mengarahkan pandangannya lurus ke arah panggung, dimana Haruki kini juga sedang bernyanyi, mengarahkan pandangannya kepada Yuka juga.

Ruangan itu penuh dengan orang, tetapi rasanya mereka hanya bernyanyi berdua saja.

***

"Yaaah, kayaknya telat aku..." Gumam Shoui, sambil menyusuri koridor yang sudah sepi menuju aula. Biarpun mereka sering ribut, tetapi bagaimanapun juga Haruki adalah kakaknya, dan sudah pasti Shoui ingin mendukung kakaknya itu.

"Eh, Shoui!" Seru Yamada Izumi berlari menuju Shoui, kemudian berjalan di sebelah cowok itu. "Kau mau ke aula juga?"

"Iya--eh" Shoui terdiam sebentar melihat mata milik sahabat Yuka itu sembab. "Kau... habis menangis? Kenapa, Izumi-chan?"

"Em, aku baru saja ditolak, hahaha." Izumi tertawa pahit, membuat Shoui tersentak sebentar dan menumbuhkan rasa ingin tahu di dirinya yang kemudian dia kubur dalam-dalam karena tawa pahit dari perempuan tadi menunjukkan bahwa dia tidak boleh bertanya macam-macam. "Eh, itu aulanya."

Mereka memasuki aula yang besar, berjalan mmenuju panggung dan mata mereka berdua terpana di panggung. "Wah, ini lagu apa? Bagus, aku belum pernah mendengar lagu ini sebelumnya." Gumam Izumi. "Eh, Itu Yuka."

"Eh, mana?" Tanya Shoui antusias, kemudian menujukan matanya kepada kakaknya di panggung. "Wah, makin jago aja, dia."

Mata Shoui seketika terhenti begitu melihat gadis yang beberapa waktu lalu membuatnya berdebar.

Gadis itu kini sedang beradu pandang sambil bernyanyi kepada seseorang yang sedang berada di panggung, mereka bernyanyi bersama.

Shoui terpaku.

"Benar katamu," Kini giliran Shoui yang tersenyum pahit. "Penampilan mereka bagus."


Flat No.312 [DISCONTINUE]Where stories live. Discover now