Chapter 8: Bunkasai

109 4 3
                                    

Shinoda Yuka: 21 Desember. rambut panjang warna krem gitu, poni panjang satu di tengah dan rambur dikepang setengah sebelah kiri (modelnya IA). lebih pendek dikit dari 3 kembar. sepupu jauh Miyazawa, orangtuanya sahabat dekat orangtua miyazawa. maunya sih bikin dia cuek dan datar, juga innocent gitu. tapi enggak sedatar Kaito, dia masih suka senyum dan tertawa kalau sama tementemennya sendiri. tapi bisa tegas juga sih kadang kalo udah marah.

Miyazawa Kaito: 4 Maret. rambut panjang dikit poni rapih, warna hitam, pake kacamata. anak pertama. cuek, dingin, datar, melebihi Yuka. tapi bisa baik banget dan bisa berekspresi kalau soal keluarganya dan adik-adiknya. pinter, juara kelas, juga anggota osis. baik sebenernya, cuma ya gitu nggak keliatan karena datar banget. macem kuudere deh.

Miyazawa Haruki: 4 Maret. rambut panjang berantakan warna hitam, poni panjang. tinggi sama kayak Kaito. anak kedua. pemarah, pemalu, tapi sebenernya baik. Bukannya cuek, tapi dia emang agak telmi sih. Suka ribut sama Shoui tapi hormat banget sama Kaito. anak band, main bass tapi juga bisa main gitar. tsundere gitu deh

Miyazawa Shoui: 4 Maret. rambut hitam, poni pendek, rambut lebih pendek dan berantakan. lebih tinggi dikit dari kedua kakaknya. anak ketiga. ceria, bawel, kayak anak-anak. tapi bisa serius juga, loh. dekat dan ramah sama semua orang, hormat banget sama Kaito. kalau udah marah bisa serem (soalnya seharihari gak pernah marah). anak basket.

****

".....Izumi?"

Yamada Izumi, kini tersadar dari lamunannya begitu mendengar suara perempuan memanggil namanya. Oh iya, sekarang kita lagi membungkus bento.... Ujar perempuan itu dalam hati, murung. "Kau kenapa? Daritadi kau seperti nggak ada disini."

"Eh... Nggak apa-apa kok, Yuka." Izumi tersenyum pahit, lalu kembali membungkus bento yang telah ia buat, setengah hati.

"Nggak apa-apa apanya? Ayolah, pasti ada apa-apa. Kau sudah murung bahkan sejak kau kembali ke sini, sebagus apapun aktingmu aku tetap bisa melihatnya." Ucap Yuka, sekilas membuat Izumi tercengang.

"Em, eh baiklah..." Gumam Izumi. "Yuka... Aku rasa, Touma- eh Ishikawa-senpai sudah punya... Pacar...?"

"Hah?" Reaksi Yuka, sedikit berteriak. "Kau tau darimana?"

"Em... Barusan aku melihatnya, aku yakin sekali itu dia. Dia sedang menggandeng gadis dari sekolah lain, mesra sekali..." Izumi mulai makin murung. "Dia... Cantik. Aku yakin juga dia lebih dewasa dari kita. Tubuhnya bagus. Dibandingkan dengan aku..." Tanpa Izumi sadari, dia mulai menitikkan air mata.

"W-whoa, Izumi, jangan menangissss!" Percuma saja bilang begitu, batin Yuka. Justru ini saatnyalah untuk menangis. Akhirnya Yuka hanya bisa mengelus pundak Izumi pelan, membiarkan air mata mulai menetes makin deras dari mata perempuan itu.

"Aku kira... Hanya aku. Maksudku, kami selalu berdua bahkan sejak SD. Aku kira dia tidak dekat dengan gadis lain selain aku. Aku kira akulah karakter utama dari kisah ini...." Izumi mulai terisak, membuat Yuka perlahan terlihat murung juga. Cinta, selain bisa membuat orang senyam-senyum sendiri, bisa juga membuat orang terisak sedih. Makin membingungkan.

"Sudahlah Izumi.... Pertama, belum pasti itu adalah Ishikawa-senpai, atau belum pasti itu adalah pacarnya. Kedua, kau sudah membuat bento ini, tunggi apa lagi?" Kalimat Yuka yang tiba-tiba membuat Izumi membangkitkan kepalanya.

"Yuka, menurutmu.... Haruskah aku memberikan bento ini?" Tanyanya, isaknya mulai menghilang.

Yuka tersenyum, jarang sekali sebenarnya perempuan ini tersenyum. "Setidaknya, dia harus tau bagaimana perasaanmu sebenarnya terhadapnya. Selebihnya, terserah kamu dan dia, Izumi." Setidaknya itulah yang Yuka pelajari dari novel romantis yang dia baca di toko buku keluarga Izumi. "Laki-laki lagipula masih banyak sekali. Kau dan Ishikawa-senpai sudah berteman sejak dulu, hal itu tidak mungkin hilang begitu saja."

Izumi kembali terisak, lalu memeluk Yuka erat. "Yuka, aku benar-benar menyukainya..." Bisiknya pahit.

***

"Kaito berangkat pagi untuk mengurusi event, Shoui berangkat bersama teman-teman basketnya, jadi intinya.... Kita berdua saja?"

Haruki meneguk segelas susu yang hampir saja tersangkut di tenggorokkannya. Ya, hari ini pun mereka kembali berdua saja. "Heeh, kau gak masalah, kan?"

"Hm? Masalah kenapa?" Tanya Yuka tidak mengerti.

"Kau bukannya suka dengan Kaito?" Tanya Haruki ragu-ragu. "Dan kau harus berangkat bareng dengan orang yang tidak kau sukai."

Hah? Aku suka dengan Kaito? Batin Yuka. Ah enggak, kok. Aku suka semuanya. Aku memang suka Kaito, tapi aku juga suka Haruki, Shoui, Izumi, semuanya. Eh..... Aku suka semuanya?

"Em, gak apa-apa, kok..." Entah kenapa, Yuka tidak bisa menyangkal ucapan Shoui tadi. "Em, yaudah yuk kita berangkat."

"Em, Shinoda!"

Suara Haruki, memanggil namanya. Rasanya sudah berapa lama dia tidak mendengar Haruki memanggil namanya, atau bahkan meneriaki namanya.

"M?"

"Eh, nanti... Aku akan tampil..." Haruki menggaruk belakang lehernya. "Kau akan nonton, kan?"

Yuka tersenyum lebar. Hanya itu, ternyata? "Tentu saja aku akan nonton dengan senang hati!"

***

"I-Ishikawa-senpai..." Panggil Izumi takut. "A-ada Ishikawa-senpai nya?"

"Oh, Ishikawa? Tunggu sebentar, ya?" Balas seorang teman sekelas Touma lalu kembali lagi masuk ke kelas yang sedang ramai. Kelas Ishikawa Touma sedang mengadakan cafe, jadi jelas saja hari ini ramai. Sementara di kelasnya Izumi tidak mengerjakan apa-apa untuk toko manisan tradisional kelasnya karena sudah mendekorasi dan membuat kostum kemarin.

"Oh, Izumi?"

Ishikawa Touma sedang mengenakan setelan hitam putih, dengan rambut yang tertata, membuatnya semakin berkilau dan berdebar sesaat. "Eh, kelasmu bikin host cafe, ya?"

"Iya haha, aneh ya?" Gak, malah keren! "Sebenarnya aku sedang shift, tetapi aku akan menyempatkan ketemu denganmu sebentar. Adaapa?"

D-dia menyempatkan diri untuk bertemu.... Denganku? Aduh, malah ngefly lagi aku. "Emm, ini, aku mau---"

"Toumaa, kau bicara sama siapa, sih?"

Izumi terpana.

Kini di belakang Ishikawa Touma berdiri seorang gadis berambut panjang nan manis, persis seperti yang kemarin ia lihat. Gadis itu kini sedang merangkul tangan Touma, dengan lengannya yang kurus. Badannya bagus, kakinya ramping, tubuhnya tinggi, wajahnya cantik. Apalagi yang kurang dari dia? "Oh, jangan-jangan dia Izumi?"

Hah?

"Iya, yang sering kuceritakan..." Touma menceritakan tentang aku? "Izumi, kenalkan, ini pacarku, Akari."

Pacar... rasanya hati izumi tersayat begitu mendengar kata-kata itu.

"Halo, Izumi-chan. Aku Kurimiya Akari, salam kenal!"

Sikapnya juga baik.

Rasanya aku tidak berhak untuk cemburu, atau menganggapnya sebagai rival.

"Ha-halo... Oh iya Touma. Ibu membukan bento untukmu, ini." Seru Izumi setengah berteriak, lalu berjalan mundur. "Em, aku masih ada pekerjaan nih. Aku duluan, ya!"

"E, Izumi?"

Karena, aku sudah kalah bahkan sebelum berperang.



Flat No.312 [DISCONTINUE]Where stories live. Discover now