1

32K 509 4
                                    

Gempita mengikuti langkah Damian dari belakang dengan rasa takut yang menyelimuti nya. Mereka baru saja pulang dari gereja sehabis melaksanakan pernikahan mereka yang isi nya hanya ada pendeta dan pengawal Damian. Pria itu langsung membawa Gempita ke rumah nya yang tidak bisa di sebut rumah. Karena ini sangat besar. Mungkin 10 kali lipat besar nya dari rumah Gempita.

Tangan kekar dan kokoh itu memeluk pinggang Gempita yang mana membuat gadis itu tersentak.

"Relax. Jangan berjalan di belakang ku, tempat mu ada di samping ku," bisik nya.

Gempita hanya mengangguk pasrah. Mereka sampai di sebuah tempat yang mana Gempita melihat ada 4 perempuan cantik yang sedang duduk di ruang makan dengan makanan yang sudah tersedia di meja makan. 

"Selamat sore semua," sapa Damian.

"Hai Damian," balas seorang gadis berlekuk tubuh sangat kurus namun tinggi itu. "Siapa dia?" tanya Elena.

"Perkenalkan," bisik Damian pada Gempita.

"Em... Hai semua, salam kenal Gempita," ujar Gempita gugup.

"Duduk," perintah Damian. Gempita duduk di sebelah kanan Damian dengan ragu.

"Gempita," panggil Damian. Gempita mendongak takut.

"Y-ya?" 

"Perkenalkan, yang tadi Elena. Di samping kiri mu Tiara, sebelah nya lagi Yura dan Laura."

"O-oh, salam kenal," ucap nya gugup.

"Santai saja, Gempita," ujar Elena. Gadis dengan potongan sebahu itu terkekeh. Satu kata yang mendeskripsi kan nya. Manis. 

"Apa dia yang baru?" tanya Laura. Gempita mengerutkan kening nya bingung. Baru apa nya?

Damian menggeleng. "Bukan."

"Lalu?" Gantian Yura.

"Dia istri ku," balas Damian tenang membuat keempat gadis itu tersedak. 

"Jangan dulu bertanya. Istri ku belum mengetahui apa-apa," kata Damian.

"Ayo kita ke kamar," ujar Damian pada Gempita.

Sebelum beranjak dari sana, Gempita mengangguk sopan pada keempat perempuan itu. Gempita menunduk ketika tangan nya di tarik oleh tangan kekar dan juga bertato milik Damian. Pria itu menggenggam tangan nya. Gempita hanya bisa diam, tidak berani melawan. Mereka memasuki sebuah kamar yang membuat Gempita terkesima. Bau aroma musk memasuki indra penciuman Gempita. Mewah dan luas. Itu yang di pikiran Gempita.

"Mandi, setelah itu keluar dan makan malam. Mulai sekarang ini adalah kamar kita," ujar Damian.

Gempita meneguk ludah nya. "Em... Ka-kamar kita?" tanya nya ragu.

"Tentu. Di dalam lemari sana sudah ada pakaian mu, lengkap dengan dalaman."

Damian mendekat, mengusap rambut panjang milik gadis itu. Rambut nya yang halus dan harum itu membuat Damian menghirup nya dalam-dalam. Menikmati aroma nya.

"Tu-tuan..." 

"Ya?" Damian mengamati wajah Gempita yang nampak takut.

"Gempita b-bukan lancang. Tapi... Gempita mau mandi."

"Aku akan menunggu di luar. Jangan lama-lama."

Damian mengerti, pria itu menepuk puncak kepala Gempita sebelum pergi dari kamar.

***

Gempita sudah selesai mandi. Gadis itu memakai kaos putih yang sedikit besar dengan celana panjang. Mata Gempita berkaca-kaca begitu mengingat kejadian tadi siang yang membuat hati Gempita remuk. Ayah dan ibu nya menjadikan Gempita sebagai pelunas hutang mereka. Gempita menghapus air mata nya, perlahan berjalan keluar karena perut nya yang sudah meronta ingin diisi.

"Saya baru saja ingin memanggil nona. Mari nona sudah ditunggu tuan Damian di ruang makan," ujar Rendy.

Gempita mengikuti Rendy dari belakang. Damian menoleh begitu mendengar suara langkah kaki. Pria itu berdiri, mempersilahkan nya duduk di sebelah kursi nya. Ada begitu banyak hidangan makanan yang Gempita tidak tahu nama nya. Gadis itu melirik keempat perempuan yang sudah memulai makan nya begitu pula dengan Damian.

Gadis itu makan dengan kurang nyaman karena merasa ada yang menatap nya sinis. 

"Mau kemana?" tanya Damian ketika melihat Gempita berdiri.

"Gempita mau ke toilet, tuan," jawab Gempita takut.

"Apa kau tahu letak nya?" Gempita menggeleng.

"Biar aku saja yang mengantar nya," sahut Tiara ikut berdiri. 

Begitu selesai dari kamar mandi, Gempita terkejut melihat Tiara yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Apa kau tahu siapa kau disini?" tanya Tiara sinis.

"Kau memang istri Damian. Tapi, jangan harap kau dapat diperlakukan layak nya seorang istri. Kita semua sama disini. Hanya pemuas nafsu seorang Damian."

Mata Gempita membulat.

"Pe-pemuas nafsu?"

"Ups! Kau tidak tahu? Aku dan ketiga perempuan tadi yang kau lihat adalah pemuas nafsu Damian. Apa kau tidak tahu jika Damian memiliki kelainan seks? Damian sangat suka bermain kasar, kau tahu itu?" Tiara tersenyum remeh begitu melihat Gempita terdiam.

"Bersiaplah malam ini kau akan dibantai oleh Damian. Ayo kita kembali, sebelum Damian mencurigai mu."

Gempita berjalan di belakang Tiara dengan tubuh bergetar ketakutan. Pantas ada yang aneh. Pakaian keempat perempuan itu sangat seksi dan terbuka. Belahan dada yang rendah, dan juga rok mereka yang hanya menutupi setengah dari paha mereka. Mata bulat Gempita memperhatikan pengawal Damian yang berdiri berjejer. 

Ketika Gempita ingin melangkah jauh, Damian menggapai nya. Pria itu menatap datar Gempita.

"Mau kemana kau?"

"Gempita m-mau ke kamar, tuan."

"Bersama ku. Kalian habiskanlah makanan nya," ucap Damian. Pria itu menarik Gempita ke kamar nya. Pintu kamar di kunci oleh Damian membuat Gempita gelisah.

"Gempita m-mau tidur, tuan," ucap Gempita. Gadis itu ingin berbaring dan memasang selimut nya namun Damian menahan nya. Astaga, tubuh Gempita bergetar ketika perkataan Tiara memenuhi otak nya. Gempita takut malam ini Damian akan melakukan nya. Walaupun sudah sah tapi rasa nya Gempita...

"T-tuan..."

"Apa kau takut pada ku?" Damian menatap dagu gempita agar gadis itu mau menatap nya.

"Tuan... Jangan apa-apa kan Gempita... Hiks Gempita mohon," isak gadis itu.

Damian menaikkan sebelah alis nya. Ia mengangkat dagu Gempita agar bisa bertatapan dengan nya.

"Jadilah gadis yang penurut jika tidak ingin ku apa-apakan. Mengerti?" Gempita menggangguk takut.

Pria berusia 32 tahun itu mengubah posisi nya menjadi Gempita yang berada di pangkuannya. Tangan kekar itu menahan tubuh Gempita. Tubuh gadis itu tersentak. Ditambah lagi ibu jari Damian mengelus pipi chubby milik Gempita. Kemudian beralih mengelus bibir milik gadis itu.

"T-tuan?"

"Just call me, Damian. Aku tidak suka di bantah."

"I-iya Damian."

Damian tersenyum. Perlahan tapi pasti bibir tebal milik Damian menempel di bibir Gempita. Hanya menempel tapi membuat sekujur tubuh Gempita meremang. Ingin menolak tapi Gempita tidak memiliki keberanian. Pipi Gempita memerah begitu Damian mengecup bibir nya.

"Good girl."

***

Udah lama gak nulis jadi nya gaje :(

PROTECTIVE BASTARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang