3

28.9K 451 12
                                    

Setelah kekacauan tadi pagi berakhir dengan Tiara yang mencak-mencak dan Gempita yang di bawa pergi oleh Damian, seluruh pelayan dan bodyguard di mansion Damian di kumpulkan. Pria dengan jas biru dongker dan rambut yang tertata rapih itu menampakan wajah dinginnya. Wajah Damian mungkin terkesan datar, tapi mereka tau tuannya sedang meredam amarah yang bergejolak akibat kejadian tadi pagi.

Seorang perempuan muda dengan baju pelayan nya berdiri dengan kaki gemetar ketika sepasang mata menatapnya tanpa henti. Itu bukan tatapan pria suka dengan wanita. Melainkan tatapan yang siap ingin menghabisi musuhnya.

"Maju ke depan," titah Damian tertuju pada pelayan itu. Perempuan itu melangkah dengan takut.

"Tau apa kesalahan mu?" tanya Damian dingin.

"M-maafkan saya tuan. Saya salah t-tuan."

Damian menaikkan dagu perempuan bernama Juli itu, memberikan tatapan tajam yang siap mengoyak dirinya.

"Setiap kesalahan tentu ada hukumannya. Belahan jiwa ku sampai menangis akibat kesalahan mu."

"Lepaskan baju mu."

Kaki Juli rasanya lemas, dia menggeleng kuat dengan air mata di pelupuk.

"T-tuan saya mohon... Ampuni saya tuan," mohon Juli.

"Rick," Damian mengkode salah satu anak buah kepercayaannya.

Kemudian Rick maju di bantu oleh dua bodyguard yang menahan tubuh Juli. Rick membuka paksa seluruh pakaian Juli tanpa sisa, tak peduli dengan Juli yang sudah meronta-ronta ingin di lepaskan.

"Pakai dia! Jangan ada yang berani melemparkan pandangan kalian jika tidak ingin leher kalian ku patahkan," perintah Damian.

Juli menggeleng kencang.

"Tidak! Tuan, maafkan saya! Saya mohon," Juli meronta dengan tubuh bugilnya. Kedua orang yang menahan Juli memaksa Juli menungging hingga memperlihatkan belahan pantatnya.

"Rado!"

"Siap tuan," Pria bernama Rado dengan tubuh besar dan wajah yang terdapat luka memanjang di pipinya itu maju. Melepaskan ikat pinggangnya lalu menahan pinggang Juli yang masih meronta-ronta. Juli menendang tubuh Rado, agar pria itu tidak memasukinya.

Rado menggeram, dia sudah bergairah akibat tubuh Juli yang menurutnya sangat seksi. Tangan besarnya menarik kasar rambut pendek Juli.

"Kalian berdua, tahan kaki wanita ini," perintah Rado pada kedua bodyguard lainnya.

"Lepas! Sialan lepaskan aku! Bajingan!" Juli berteriak kencang sambil menangis meraung-raung.

Rado memposisikan kejantanan nya di belahan vagina Juli, dia mendorong paksa kejantanan nya itu memasuki belahan vagina Juli membuat Juli tersentak. Suara geraman Rado menjadi saksi kalau tubuh Juli sudah di masuki. Pinggul Rado mulai bergerak kasar maju mundur, tangannya mengoyak bagian depan Juli dengan sesekali memelintir klitoris Juli.

"Ahhh aahhh... Radoohhh," Juli mendesah keenakan. Rasa malunya dia kubur dalam-dalam karena kenikmatan yang dia dapat. Lalu dua orang yang menahan tubuh Juli melepaskannya, salah satu nya memasuki kejantanan nya ke dalam mulut Juli. Satu nya lagi mengarahkan tangan Juli untuk meremas kejantanan nya.

"Mmhhh mmmhh," desah Juli tertahan oleh kejantanan pria di depannya.

Tamparan demi tamparan Juli dapatkan di bokong nya, Rado meraba kasar tubuh Juli. Meremas payudara, pinggul juga bokong Juli. Juli mendesah keenakan, melupakan kalau dia sedang di setubuhi di depan banyak orang.

"Bawa keempat perempuan itu ke ruang merah. Aku harus menemui istri ku," titah Damian pada Rendy.

***

PROTECTIVE BASTARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang