Chapter 1

1.1K 135 10
                                    

Kerja antara jam 6 pagi hingga jam 5 sore menurut y/n adalah sebuah waktu yang sangat ideal untuk seorang barista cafe seperti dirinya.

Sudah sekitar 2 bulan y/n bekerja di Cafe ini. Cafe yang terbilang cukup populer di kalangan remaja dan pekerjaan kantoran. Hal ini karena letak cafe yang terbilang berada di pusat kota. Walau begitu cafe ini menawarkan nuansa hijau dan tenang yang membuat para pengunjung seperti berada di pedesaan yang tentunya suasana ini sangat jarang ada di tengah-tengah perkotaan. Terasa cukup menyenangkan bukan?

Namun, Secara teknis y/n memilih berkerja di tempat ini karena lokasinya yang cukup dekat dengan apartemen miliknya yang Hanya berjarak satu stasiun dan bisa ditempuh hanya dalam beberapa menit saja.

Pekerjaan menjadi sangat membosankan sejak y/n pertama kali memulai sebagai barista bermata cerah hampir dua bulan lalu sehingga y/n mulai membuat beberapa permainan di luar hari kerja. Favoritnya? Menebak jenis minuman apa yang akan dipesan orang hanya berdasarkan apa yang mereka kenakan. Bagaimana mereka menampilkan diri. Dan sebagian besar, 9 dari 10, y/n benar. Kebanyakan tipe orang berbusana bisnis yang akan masuk akan memesan kopi hitam atau sesuatu yang hanya memiliki asupan kafein yang tinggi. Remaja sesekali akan memesan sesuatu yang manis dan mengklaim hanya memiliki "fiksasi untuk kafein" ( kopi beku campuran y/n dengan 10 pompa sirup tebu dan gerimis ekstra karamel bukanlah kafein, menurut y/n)

"Haah~"

Mendengus pelan, y/n menggelengkan kepala, memutuskan untuk bersandar di konter sampai seseorang masuk. Biasanya seperti ini. Setelah terburu-buru, segera jeda dalam bisnis. Tidak ada yang masuk, tapi biasanya seperti itu. Namun, jangan mengatakan apa pun di sepanjang baris kalimat seperti kata "Sunyi" atau apapun itu yang dapat melegakan hati. Tampaknya itu adalah kata-kata ajaib yang membawa sial bagi segalanya.

Kring.. Kring..

"Selamat datang. Meja untuk berapa orang?" Sambut Pelayan di dekat pintu masuk menyambut seorang pria yang baru saja masuk.

" Meja untuk dua orang. Apakah masih ada?" Balas pria tersebut.

Sang pelayan lalu mengangguk dan memandu pria tersebut ke salah satu meja di dekat jendela.

Sekarang untuk game favoritnya. Pertama adalah analisis. Rambut putih yang dibiarkan acak-acakan. Setelan jas hitam yang terlihat sangat pas. Kemeja putih Ditambah dengan dasi berwarna biru Dongker. Benar-benar tipe seorang pengusaha yang sepertinya akan memesan kopi hitam. Namun, sebelum menentukan hal yang belum pasti. y/n lebih memilih untuk memperhatikan wajah pria tersebut. Betapa terkejutnya y/n dengan wajah pria itu yang terlihat cukup ke kekanakan. Senyum lima jari, gaya jalan yang sok-sokan. Membuat y/n mengambil kesimpulan akhir bahwa pria ini pasti akan memesan sesuatu seperti cappuccino atau sejenisnya.

Setelah pria itu duduk dan mulai memesan kopi kepada pelayan. y/n juga sudah bersiap-siap untuk membuat pesanan dari pria tersebut. Tak lama kemudian sang pelayan menuju ke arah y/n namun tidak memberikan daftar pesanan dari pria yang baru datang itu. Melainkan hanya mengambil segelas air putih dan membawanya ke sang pria.

.

Sudah hampir 15 menit pria itu duduk dan tidak memesan apapun lagi selain air putih tadi. Hal ini membuat y/n dan beberapa staf mulai merasa geram apalagi dengan kehadiran pria ini benar-benar memikat banyak pengunjung wanita untuk datang dan sekedar melihat tanpa memesan sesuatu yang berarti.

"Kyaa~ lihat pria itu. Apakah dia artis?" Bisik salah satu pengunjung pada temannya.

" Entahlah. Sepertinya bukan. Aku tidak pernah melihatnya soalnya."

" Eeh~ benarkah? Sayang sekali. Padahal wajah seperti itu seharusnya cocok jadi seorang artis papan atas."

" Kau benar."

Amaimono (Nanami x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang