Lembar keempat

25 3 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sudah dua hari aku tidak menulis apa-apa pada buku ini. Sebenarnya aku menahan diri. Namun kali ini aku rasa aku sudah tidak tahan lagi.

Aku kesal padamu.

Mungkin ini terdengar egois namun sungguh, aku sangat kesal padamu. Lebih tepatnya, kepada wanita itu.

Wanita yang menarik semua perhatianmu dariku. Sialnya harus kuakui, dia sangat cantik. Dan hal itu juga yang membuatku semakin kesal.

Aku sangat egois bukan? Haha aku tahu itu.

Tapi tetap saja, aku tidak bisa mengontrol perasaan ini. Kalau saja bisa, aku mungkin akan mencoba membuang jauh-jauh perasaanku padamu. Perasaan yang rancu ini.

Kamu mengatakan kepadaku dengan lantang, sambil tersenyum. Kamu bilang;

"Sepertinya aku suka dengannya. Apa perlu kudekati?"

Saat itu juga aku ingin menjawab tidak. Tidak boleh. Namun nyatanya bibirku tidak sejalan dengan hatiku. Tiba-tiba saja bibirku menjawabnya dengan jawaban yang hingga saat ini sangat kuseselali.

"Dekati saja."

Bodoh sekali.

Bukan itu yang kumau. Sulit rasanya tetap tersenyum belakangan ini padahal hatiku terasa sakit.

Tidak bisakkah kamu melirik kearahku yang bahkan berada disampingmu?

Jika nanti dia masuk ke kehidupanmu, apa yang harus aku lakukan?
Bagaimana jika dia menggantikan peranku sebagai sahabatmu?

Aku takut.

Tapi tetap saja, aku tidak bisa melakukan apa-apa.

Karena nyatanya aku lebih takut kau pergi saat aku sudah mengatakan hal yang sebenarnya,

Tentang perasaanku.

Dan nyatanya aku lebih takut jika nanti perasaanmu yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang aku

harapkan.

***

Kita Hanya TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang