Aku langsung berbaring di kasurku setelah mengantar Mr. Tumnus keluar gerbang dengan kereta kudanya. Kamar ini cukup luas. Bahkan mungkin terlalu luas untuk satu orang. Tapi kamar ini indah dan nyaman. Tepat di sebelah kamarku adalah kamar caitlin. Para prajurit berjaga di depan kamar malam ini. Entah di depan kamarku atau depan kamar caitlin. Suara langkah kaki mereka terdengar berlalu lalang di depan kamarku. Cukup mengganggu sebenarnya, dan cukup aneh karena aku tidak pernah tau ada prajurit berlalu lalang di depan kamar tamunya. Kecuali di sini (Thasban).
Aku tak bisa tidur memikirkan apa kata kata yang tepat yang akan aku katakan ketika aku hendak melamar caitlin besok. Andai Peter disini aku pasti tidak terlalu memikirkan ini. Dan bisa langsung bertanya padanya. Tapi dia terlalu sibuk hingga tidak bisa menemaniku kesini. Aku berhenti memikirkan itu dan berpikir bahwa mungkin akan seru jika aku berkeliling istana ini sebentar. Lagi pula ini belum terlalu malam untuk tidur. Aku beranjak dari tempat tidurku dan mengganti bajuku dengan baju yang lebih santai, bukan baju tidur. Aku tidak terlalu suka memakai baju tidur.
Selesai dengan itu aku menuju pintu kamar. Aku berhenti sejenak di depan pintu dan mendengarkan apakah masih ada para prajurit di depan pintu.
Senyap.
Tak ada siapapun. Aku pun membuka pintu, menjulurkan kepalaku keluar kembali memastikan. Setelah yakin tidak ada siapapun aku keluar dan mulai berjalan.
Lorong ini sungguh indah dengan ukuran ukiran ala Thasban dengan warna keemasan ditambah terkena cahaya obor obor yang tertempel di dinding istana. Menambah keindahan ukiran itu. Aku heran kenapa Thasban bisa seindah ini. Aku terus menyusuri lorong itu. Hingga aku menemukan sebuah tangga yang yang menuju ruang bawah tanah. Tangga itu gelap dan terlihat seperti tidak pernah dilewati, aku hanya berhenti sejenak dan kembali berjalan. Tapi tiba tiba ada suara entah itu hanya ada di pikiranku atau luar pikiranku,
'masuklah, dan temukan yang sebenarnya'
Aku terkejut dan melihat sekeliling.
Suara itu....
Suara itu, adalah suara Aslan.
Aku sangat yakin itu suaranya. Tidak ada yang lebih menenangkan dari suaranya. Suara itu hanya membuatku terkejut tapi tidak membuatku takut. Bahkan aku menjadi sangat ingin melangkahkan kakiku ke ruang bawah tanah itu. Perlahan aku mendekati tangga itu dan aku akhirnya menginjakan kaki di anak tangga pertama. Aku tidak menggunakan alas kaki jadi aku bisa merasakan debu dan kerikil menggesek telapak kakiku. Sampai di bawah aku melihat ada sebuah pintu kayu dan perlahan mendekatinya. Baru ingin membukanya aku mendengar ada seseorang yang sedang mengobrol di dalam. Dan aku menempelkan telingaku ke pintu itu.
"Tapi yang mulia apa kau yakin dia tidak akan seperti yang lain?" Itu kalimat pertama yang aku dengar
dengan jelas. Itu mirip seperti suara penasihat raja Tris yaitu Ran.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's The Fourth - [Edmund Pevensie]
Fantasia"So tell me, prince Edmud-" Perkataan Thomas terpotong karena pangeran memotongnya. "It's King Edmund actually" Potong pangeran. ------- Cerita terinspirasi dari Novel Klasik The Chronicles of Narnia karya C.S Lewis. [ON GOING] TYPO DIMANA-MANA!!!