Chapter three

580 95 15
                                    




______________________
__________

Warning! : mentions of psychical and mental abuse

[Everything about us]
.
.
.
.
.
.
.
.

Jisoo selalu menyukai musik. itu bukan hal yang harus di tutupi, namun kecintaannya pada musik tidak sebanding dengan cintanya pada menulis. ah tidak, semua itu tidak sebanding dengan cintanya pada Chaeyoung, mungkin akan terdengar sangat cliché, tapi itu adalah fakta.

sedangkan Chaeyoung, dia juga menyukai musik, dia bahkan bisa bernyanyi. itu adalah salah satu kesamaan yang mereka miliki. Itu sebabnya Jisoo membawa Rosé ke toko yang menjual piringan hitam, namun toko tersebut sudah tua dan tidak di pakai lagi. tapi di dalam toko itu ada banyak sekali piringan hitam artis-artis yang terkenal dan juga artis favorit mereka berdua, plus di sana gratis. Well, selagi tidak ada yang melihat maka itu gratis.

Bagaimana pun Rosé tetaplah gadis yang tidak suka terlibat dalam masalah, berbeda lagi dengan Jisoo yang tidak merasa bersalah ketika mengambil sesuatu tanpa ijin.

"Untuk apa kau membawa ku kesini?" Tanya Rosé sedikit takut jika ada yang yang melihat.

"Untuk bersenang-senang," Jawab Jisoo lalu tersenyum pada Rosé seraya menariknya ke dalam toko tersebut.

Tokonya cukup luas, ada banyak poster-poster yang tertempel di dindingnya, dan tentunya piringan hitam yang masih lengkap di sana.

"Unnie, bagaimana kalau ada yang melihat?" Jisoo melepaskan genggamannya pada tangan Rosé dan menyalakan satu-satunya lampu yang di sana. Setidaknya ada pencahayaan pikir Jisoo.

Gadis berambut hitam itu langsung melihat-lihat beberapa piringan hitam yang tertata rapih di sana.

"Tidak akan ada yang melihat, tenang saja." Akhirnya Jisoo menjawab lalu terus memfokuskan dirinya melihat-lihat. Sedangkan Rosé dia sendiri bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Gadis berambut blonde itu pun kemudian menghampiri Jisoo lalu ikut melihat-lihat, meskipun dia tidak terlalu tau banyak tentang piringan-piringan hitam itu.

"Pasta, aku rasa kau akan familiar dengan lagu ini." Jisoo tersenyum padanya lalu berjalan kearah vinly player yang ada di ujung ruangan kemudian memutar piringan hitam yang ia pegang.

Rosé hanya bisa memperhatikan sahabatnya yang sibuk dengan benda itu. Ia sedikit tersentak ketika mendengar lagu yang sangat familiar di telingannya.

Jisoo berbalik dan mendekat kearah Rosé yang masih berdiri di antara piringan-piringan hitam tersebut. Gadis yang lebih tua itu mengulurkan tangannya kepada sahabatnya lalu tersenyum. 

"Dance with me?" Tanpa ragu, Rosé menerima uluran tangan Jisoo lalu menaruh tangan lainnya di bahu Jisoo. Sedangkan Jisoo menaruh tangannya di pinggang ramping Rosé.

Mereka pun bergerak sesuai dengan alunan lagu. Meski pun dengan pencahayaan yang minim, mereka masih bisa berdansa dengan baik. Samar-samar Jisoo dapat melihat wajah Rosé yang memerah.

"Setelah lama tidak berdansa, kau jadi sangat kaku." Rosé memukul kecil bahu Jisoo lalu tersenyum kecil sedangkan yang di pukul hanya bisa terkekeh. 

Cigarettes and grapefruitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang