Sudah satu minggu berlalu, aku sedang tidak ingin menghabiskan Malam Minggu ini bersama nya. Walaupun Adly begitu memaksa untuk datang kerumah ku. Namun, aku masih belum bisa bersikap biasa saja.
Karena Malam itu berat bagiku. Mengetahui kenyataan yang sebenarnya dari dia yang sudah mengambil seluruh hidup ku. Tapi aku tetap majalani nya. Demi Cinta dan Sayang kami.
Hanya saja, aku lebih banyak diam dan menunggu dia mengabari lebih dulu.
Takut? Tidak ,atau mungkin iya, aku hanya tidak ingin, sesuatu yang buruk terjadi,
Antara aku dengan nya, dia dengan ratu dalam rumah tangga nya atau aku dengan wanitanya.
Aku tau mungkin aku menjadi yang kedua. Namun, tidak ada sedikit pun terbersit dalam pikiran ku untuk menggeser posisi wanita lain dalam hidupnya.
Aku tidak ingin menciptakan dongeng kusediri diatas dongeng wanita lain.
Dan aku seperti berdiri pada simpang jalan. Jalan yang mana yang akan ku pilih? Aku sudah menetapkan tekad ku .
Aku akan bertahan , bertahan dengan Adly sesuai janji kami. Aku akan bertahan sampai suatu saat nanti akan ada lelaki yang akan melamar ku.
Tiba - tiba telepon ku berdering,
Adly menghubungiku, langsung ku angkat dan kusapa dengan manis,
"Sayang, aku akan pergi untuk pendidikan Rider selama 3 bulan di Bandung" kata Adly memberitahuku dalam setiap tugas nya.
Iya aku hanya bisa berdoa agar dia baik baik saja dan tetap dalam lindungan Tuhan.
"Bagaimana disana? Apa kita tetap bisa berkomunikasi disana?" Tanya ku cemas. Sebab ini pertama kalinya Adly akan jauh dari ku dalam waktu yang lama.
"Tidak bisa sayang... peraturan disana ketat . Semua alat komunikasi akan dikumpulkan. Kamu harus bisa sabar ya.." Adly mencoba meyakinkan dan menenangkan ku.
'Semua akan baik baik saja karena semua selalu baik baik saja' aku meyakinkan diri ku.
Telepon ku kembali bergetar, kali ini sebuah pesan masuk.
"Tiga hari lagi aku berangkat. Kamu harus jaga dirimu baik baik ya" Adly memberikan pesan nya kepada ku.
****
"Emang nya lu kenal fen? " tanya ku kepada feni di obrolan kami.
Feni, tetanggaku yang juga adik teman kecil ku Bagas sekarang sudah menjadi teman ku. Bahkan aku menganggap nya seperti adik kecil kusendiri. Usia kami terpaut 5 tahun. Pastinya aku lebih tua dari nya.
Kemarin setelah Adly pulang dari rumah ku ,seseorang menginvited pin BBM ku dan mengajak ku berkenalan.
Aku heran bagaimana orang itu bisa mendapatkan Pin BBM ku? Karena memang hanya orang tertentu dan kerabat terdekat saja yang ku beri tau.
Namanya adalah Rivi, mahasiswa tingkat akhir di universitas swasta di Jakarta yang juga 'katanya' merangkap sebagai Assisten Laboratorium untuk jurusan Teknik Elektro.
Rivi, ternyata pria itu adalah teman nya Feni.
"Itu temen feni mbak" jawab Feni sambil tertawa. "Dia minta pin cewek buat kenalan yaudah Feni kasih aja pin mbak hehehe" lanjut nya sambil terkekeh.
"Dasar! Untung Adly udh pulang. Coba kalau ada bisa perang dunia nanti gue sama Adly" tukas ku geram sambil menjitak kepalanya.
"Iya mbak maaf" Feni meminta maaf yasudah lah. Ku pikir tidak ada salah nya berteman.
Beberapa kali Rivi mengirim chat via BBM dan sesekali melalui WhatsApp. Tapi, tidak ku gubris. Aku jawab seadanya saja dengan jawaban yang singkat bahkan kadang tidak dijawab sama sekali. Pikiran aku hanya Adly. Bahkan aku sudah enggan melirik orang lain dan membuka hati ku lagi.
