Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala ali Sayyidina Muhammad
Baca selawat dulu ygy 🔥
Happy reading
CINTA NAYNAWA
- Mencintai Luka -Part 1
"Ummik tidak mau tahu, Bah. Pokoknya Nayna harus menjadi menantu kita saat dia dewasa!" celetuk Bu Nyai Pramesthi pada suaminya, Kiai Muhammad Ali Manshur yang kerap dipanggil Kiai Ali sembari tersenyum menatap gadis kecil bermata bulat yang memainkan sebuah boneka di depannya.
"Ya, Nad, ya? Nanti kalau Nayna sudah dewasa jadikan menantuku, ya?!" lanjut Bu Nyai Pramesthi beralih menatap perempuan berwajah teduh yang duduk di sampingnya.
Nadia, ibu dari gadis cantik kecil itu, teman semasa mondoknya dahulu di sebuah pesantren salaf yang berlokasi di Tuban.
"Ya, Pram?" lanjutnya kemudian kepada Prama, suami Nadia yang tidak lain sepupu Bu Nyai Pramesthi sendiri, meminta persetujuan.
Prama yang baru menyeruput kopinya tersenyum teduh. "Naynaku masih kecil, Mbak," balasnya.
Bu Nyai Pramesthi muda langsung mencebikkan mulutnya. "Aku tidak mau tahu. Pokoknya Nayna harus menjadi menantuku!"
Baik Prama maupun Nadia langsung memecahkan tawa.
Di sisi lain, Nayna, gadis kecil berusia empat tahun yang sedang menjadi bahan pembicaraan itu tidak merasa terusik sama sekali.
Gadis kecil yang memakai gaun cantik berwarna merah muda dengan rambut panjang yang dikepang dua dan jepit rambut Hello Kitty itu terlihat asyik dengan dunianya sendiri. Berbicara dengan boneka panda besar yang sedang dimainkannya---yang ukurannya bahkan jauh lebih besar dari tubuhnya di atas karpet ruang tamu rumahnya tanpa memedulikan keributan yang dibuat oleh empat orang dewasa yang ada di sana.
"Memangnya mau dijodohkan dengan putra kita yang mana tho, Mik?" tanya Kiai Ali kemudian pada sang istri sembari melirik bergantian pada dua orang putranya.
Giandra yang duduk anteng di sisinya dan Rajendra yang tampak bermain dengan mainan robot-robotannya tidak jauh dari Nayna bersama dua orang khodimah yang sengaja diajak Bu Nyai Pramesthi dari pesantren untuk menemani Giandra dan Rajendra bermain.
Bu Nyai Pramesthi langsung tersenyum lebar menatap Giandra kecil.
"Tentu saja dengan putra pertama kita lah, Bah," jawabnya. "Giandra yang nantinya akan melanjutkan perjuangan kita memangku pesantren. Jadi dengan Giandra, Nayna akan disatukan."
Prama kembali tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepala mendengar perkataan kakak sepupunya. "Mbak, Mbak. Sampean ini, dari dulu samaa saja! Selalu ngotot jika menginginkan sesuatu."
Laki-laki itu kemudian merendahkan tubuhnya menjadi sejajar dengan Giandra yang duduk di sofa sampingnya. Sebuah sofa cokelat berukuran sedang yang juga diduduki oleh Kiai Ali.
"Gus Andra, gus mau, jika Paman mintai tolong menjaga Nayna?" tanya Prama memasang wajah serius.
Bocah laki-laki berusia tujuh tahun yang ditanyai Prama itu langsung menatap Abah dan Uminya takut-takut.
Mendapati wajah Abahnya yang tersenyum dan Uminya yang memberinya isyarat untuk menganggukkan kepala, Giandra langsung menatap Nayna kecil yang masih sibuk bermain dengan mainannya sebentar.
Tak lama, Giandra kembali menatap Prama yang masih menatapnya. "Kenapa ... Paman meminta tolong pada Andra untuk menjaga Adik Cantik?" tanyanya setengah takut karena melihat wajah Prama yang masih memasang ekspresi serius di depannya.
Nadia, Bu Nyai Pramesthi, juga Kiai Ali langsung tertawa mendengar pertanyaan Giandra kecil itu.
Prama yang memasang wajah serius bahkan hampir mengulas senyumnya mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan Giandra kepadanya.
Bocah berumur tujuh tahun pun tahu kalau Naynanya itu cantik sampai memanggilnya Adik Cantik. Laki-laki itu menahan ekspresinya agar tidak kelepasan tersenyum.
"Kenapa, Gus? Memangnya Gus Andra tidak mau jika Paman mintai tolong menjaga Adik Cantik?" tanya Prama benar-benar menahan kekehan tawa saat dirinya menirukan Giandra yang menyebut putri semata wayangnya dengan sebutan Adik Cantik.
Giandra kecil langsung menggelengkan kepala. "Tidak, Paman. Andra mauu. Andra mau menjaga Adik Cantik! Mau sekali!" balasnya bersemangat.
"Benar?" tanya Prama menggoda.
"Iya, Paman." Giandra mengangguk mantap.
"Kenapa?" tanya Prama lagi.
Ditanya seperti itu, Giandra langsung melempar tatap lagi kepada Nayna. "Karena ... Adik Cantik, cantik?" balasnya dengan wajah polos.
Nadia dan Bu Nyai Pramesthi kembali tertawa.
"Andraaa ...," pekik Bu Nyai Pramesthi dengan suara lirih karena begitu gemas dengan putra sulungnya itu.
Prama kembali pura-pura memasang wajah serius mendengar jawaban Giandra meski sebenarnya laki-laki itu mencoba menahan tawanya.
"Apa hanya karena itu, Gus?" tanya Prama dibuat terdengar lebih serius dan menuntut.
Prama pikir, Giandra yang ditanyai seperti itu akan memasang raut takut-takut lagi saat menatapnya seperti tadi. Namun nyatanya tidak, bocah tujuh tahun itu menatapnya dengan raut bersungguh-sungguh yang bisa ditunjukkan oleh bocah seusianya.
"Tidak, Paman," jawab Giandra. "Selain karena Adik Cantik cantik, Andra mau menjaga Adik Cantik karena Paman memintanya kepada Andra. Andra mau menjaga Adik Cantik karena Andra juga sendiri yang mau."
Semua orang tersenyum kecil mendengar jawaban bocah berumur tujuh tahun itu.
Prama sendiri memaku. Diam-diam laki-laki itu tersenyum lebar.
Apa yang ditawarkan kakak sepupunya sepertinya dapat dipertimbangkan.
Entah kenapa, melihat Giandra kecil terlihat bersungguh-sungguh saat mengatakan bersedia menjaga putrinya membuat Prama merasa bahwa dirinya telah menemukan laki-laki yang tepat untuk anaknya nanti. Bahkan di saat keduanya masih berusia dini.
Prama merasa, dirinya seolah sudah menua dan tiba pada masa di mana ada seorang laki-laki yang datang menemuinya, melamar putrinya dan menunjukkan kesungguhannya untuk menjaga dan membahagiakan putri tersayangnya.
Nayna dan Giandra. Di masa depan, penyatuan keduanya sepertinya tidak buruk juga.
Saat itu Prama meyakininya. Ia tidak pernah tahu bahwa takdir memiliki alur lain untuk Nayna putrinya, Giandra, bahkan Rajendra.
To be continued.
Lanjut >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Naynawa
General FictionZahra Naynawa. Kemarin mungkin ia berbahagia. Seseorang telah mempersuntingnya. Namun, sebuah kenyataan pahit telah menjadi tamparan telak untuknya di hari yang seharusnya menjadi malam pertamanya. Bagaimana kelanjutan kisahnya? { PESANTREN SERIES #...