إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ الَّذِى تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Hai orang-orang yang beriman! Takutlah kepada Allah, yang padanya semua orang meminta dan mengharap kasih sayang. Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kalian semua. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan jangan sampai kamu sekalian meninggal kecuali dalam keadaan beragama Islam. Hai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah, katakan perkataan yang sesuai. Allah lah yang memperbaiki amalanmu, Allah pula yang Maha Mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia telah meraih kemenangan yang besar.
_________________
"Bismillah, wal hamdulillah, wassholaatu wassalaamu 'ala Rosulillah, Muhammad Ibni Abdillah, wa 'ala alihi wa shohbihi wa man tabi'a hudaahu wa nashorohu wa waalah, 'amma ba'd. Uushiikum wa nafsii bitaqwa-llahi faqod faazal-muttaquun: Uzawwijuka 'ala maa amara-llahu ta'ala bihi min imsaaki(m) bima'rufin aw tasriihi(m) bi-ihsaan."
"Yaa ibnii, Muhammad Rajendra Shaka, Ibni akhii, Muhammad Ali Manshur. Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka, Zahra Naynawa binti Prama Natanegara, bimahrin asyarotu malayini rupiyah, haalan."
Ada jeda tak bersambut dari ucapan ijab yang mengudara itu. Mencipta keheningan, yang pada sebagian orang, menganggap tak segera bersambutnya ijab itu sebagai wujud kegugupan dari sang mempelai pria.
Hati siapapun berdebar menunggu qobul yang seharusnya segera diucapkan oleh gus muda yang hari ini akan berganti status dan melepas masa lajangnya.
Sang mempelai pria menghela napasnya, memejamkan matanya sebentar kemudian kembali menatap Kiai Musthafa sang paman yang kali ini menjadi wali nikah dari perempuan yang akan segera menjadi istrinya. Sebab, ayah kandung perempuan itu sudah lama meninggal, dan dari pihak keluarganya, keluarga perempuan itu menyerahkan perwalian kepada pamannya.
"Qobiltu hadzan nikah," ucap pria itu pada akhirnya dengan sesingkat-singkatnya qobul pernikahan.
Ucapan syukur langsung terdengar bersambutan. Pria itu segera menundukkan kepala dan menciumi tangan Kiai Musthafa yang masih menjabatnya, gerakannya sedikit kaku, tapi tidak ada yang sadar akan hal itu.
Kiai Musthafa tersenyum, mengangkat kedua tangannya ke udara lalu memanjatkan do'a untuk kedua mempelai yang baru dinikahkannya, Muhammad Rajendra Shaka keponakannya dan Zahra Naynawa santri putri kesayangan di ndalem saudaranya.
"Baarokallahu laka, wa baaroka 'alaika, wa jama'a bainakuma fii khair. Alhamdulillahi robbil 'aalamin, wassholaatu wassalaamu 'ala Sayyidina Muhammadin, wa aalihi, wa shohbihi ajma'iin. Allahummaj-al hadzal aqdu mubarokan ma'shuman ... ."
Semuanya kembali dimulai.
Tepat setelah akhir yang memilukan.
***
Gadis dengan kebaya kuning langsat yang sama dengan kulitnya itu memasang senyumnya. Bau melati dan kenanga yang semerbak menguar dari tubuhnya. Ada wangi kantil juga. Wajah pualam cerahnya bersinar. Memancar seolah mencerminkan isi hati dari gadis itu. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
Kemarin mungkin ia berbahagia. Seseorang telah mempersuntingnya. Tapi sebuah kenyataan pahit telah menjadi tamparan telak untuknya di hari yang seharusnya menjadi malam pertamanya.
Sejujurnya, gadis itu masih tidak mempercayainya. Untuk kedua kalinya ia harus menelan pil pahit kehidupan. Tapi gadis itu memilih menjadi kuat. Tak berguna menunjukkan air mata jika semua sudah menjadi pilihannya. Ia harus menerima dan menjalaninya sebaik-baiknya.
"Selamat ya, Neng .... Semoga samawa ya!" kata seorang wanita yang baru menyalaminya. Tak lama wanita itu juga memeluknya. "Semoga cepet dapat momongan," bisik Zahwa, wanita yang memeluknya itu, seorang teman sekaligus ipar jauh dari gadis dengan wajah pualam itu.
Zahra Naynawa, gadis cantik itu hanya diam membisu di tempat berdirinya. Bahkan sepeninggal Zahwa.
Masih di atas pelaminan, tidak lama diliriknya pria yang menjadi suaminya sejak sehari yang lalu.
Pria itu juga menampilkan senyum palsu.
"Iya, terima kasih. Mohon do'a restunya," sahut si pria pada salah satu tamu undangan yang baru menyalaminya.
Di belakang tamu itu barisan panjang manusia masih tampak mengantre untuk bersalaman dan mendo'akan mereka.
Pria itu ... Muhammad Rajendra Shaka.
Tidak peduli terlihat secerah apa wajah rupawannya, semuanya adalah palsu. Bahagianya palsu, sikapnya palsu, cintanya juga palsu.
Hanya satu yang benar dalam sudut pandang pria pemilik garis rahang tegas itu, yaitu kasih yang dimilikinya untuk sang ibu. Kasihnya adalah nyata. Senyata pengorbanannya hingga ia sudi dan bersedia menikahi perempuan yang sama sekali tak diinginkannya sampai ia berdiri di sana.
Zahra Naynawa, bagi Muhammad Rajendra Shaka, perempuan yang sehari lalu menjadi istrinya itu adalah simbol kekalahan dan kesialan dalam hidupnya. Untuk takdir yang menimpanya, Jendra membenci Nayna berlipat-lipat daripada kebenciannya yang sebelumnya.
_________________
To be continued.
Alhamdulillah kita sampai di bagian prolog hehe. Semoga feel-nya dapat.
Coming soon coming soon :D
Terima kasih sudah membaca.❣️
Stay safe and healthy ya semuanya.
Republish:
Jombang, 12 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Naynawa
General FictionZahra Naynawa. Kemarin mungkin ia berbahagia. Seseorang telah mempersuntingnya. Namun, sebuah kenyataan pahit telah menjadi tamparan telak untuknya di hari yang seharusnya menjadi malam pertamanya. Bagaimana kelanjutan kisahnya? { PESANTREN SERIES #...