Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala ali Sayyidina Muhammad
Baca selawat dulu ygy 🔥
Happy reading
CINTA NAYNAWA
- Mencintai Luka -Part 2
"Neng!"
Seorang santri putri berlari membelah jalan ke arah seorang perempuan muda yang sedang menyirami tanaman dan bunga.
"Neng!" Santri putri itu kembali mengulangi seruannya.
Zahra Naynawa, perempuan yang dipanggil 'neng' itu menghentikan aktivitas berkebunnya dan menoleh ke arah datangnya santri putri itu yang ternyata berasal dari ndalem kesepuhan.
Tersenyum sambil sedikit mengernyitkan dahi, perempuan dengan paras seindah pualam itu meletakkan gembor air warna biru yang dipegangnya ke permukaan tanah taman yang ditumbuhi rerumputan hias.
"Ya Allah, ada apa? Kenapa kamu lari-lari?" tanya Nayna pada santri putri yang menghampirinya itu masih sambil mengulas senyum.
Santri putri itu menghentikan langkahnya saat sampai di depan Nayna, mengatur napasnya yang pendek-pendek sehabis berlari kemudian mengutarakan maksud kedatangannya.
"Itu, Neng. Tadi, waktu Sania membantu Mbak Leila membawa ageman (pakaian) milik Bu Nyai ke ndalem, Sania tidak sengaja mendengar perbincangan Kiai dan Bu Nyai kalau Gus Andra akan segera pulang ke Indonesia, Neng. Gus Andra akan pulang!" kata santri putri bernama Sania itu penuh keantusiasan.
Nayna semakin tersenyum lebar. Perempuan itu kemudian tertawa-tawa melihat bagaimana ekspresi Sania saat berbicara di depannya.
Melihat respons Nayna yang terlihat bahagia, Sania mengulas senyum dan melancarkan godaannya.
"Ciye ... yang bakal naik pelaminan ciyee .... Uhuy! Ada yang sebentar lagi resmi jadi Nyonya Giandra Shaka nih," celetuknya dengan bibir yang sengaja dimonyong-monyongkan ke depan.
"Hush!" Nayna langsung memukul pelan lengan santri putri yang tak lain adalah salah satu abdi ndalem pesantrennya itu. "Yang mau naik pelaminan siapa, yang kelihatan semangat banget siapa?" celetuknya.
Sania meringis mengelus lengan yang baru dipukul Nayna yang sebenarnya sama sekali tidak sakit lalu menyengir. "He he he. Semangat dan seneng banget dong ...! Akhirnya, Neng Nayna dan Gus Andra akan bersatu setelah bertahun-tahun lamanya terpisah oleh ruang dan waktu."
Nayna kembali tersenyum mendengar celetukan santri putri yang juga temannya itu.
"He he he." Sania kembali tertawa. "Eh, Neng. Tapi, kok, reaksi sampean tidak terkejut sama sekali tho waktu Sania beri tahu?!" tanya Sania merasa penasaran melihat wajah Nayna yang memang tidak terlihat kaget saat diberi tahunya.
Nayna hanya mengedikkan bahu sembari tetap memasang senyum cantiknya dalam diam.
"Ya Allah!" seru Sania tak berselang lama sembari membulatkan kedua matanya. "Neng ... sudah tahu, ya?" lanjutnya menatap Nayna masih dengan ekspresi yang sama.
"Em." Nayna mengangguk.
"Aaa~" Sania langsung memekik.
"Kalau begitu kenapa Neng tidak cerita?! Sejak kapan, Neng? Sejak kapan Neng tahu kalau Gus Andra akan pulang? Siapa yang memberi tahu? Apa jangan-jangan, Gus Andra sendiri ya yang menghubungi Neng Nayna? Aaa~"
Sania terus memekik dengan hebohnya.
"Sstt ... kita sekarang masih ada di taman samping ndalem kesepuhan lho kalau kamu lupa, San!" Nayna memperingatkan temannya itu sembari menoleh ke kiri-kanan dan sekitar.
Pekikan Sania tidak terlalu kencang sebenarnya. Namun tetap saja, bukanlah hal yang sopan seorang santri membuat kegaduhan seperti itu. Terlebih di dekat ndalem yang merupakan kediaman Kiai, Bu Nyai, dan keluarganya.
Sania langsung menutup mulutnya. "He he. Iya, iya, Neng. Maaf. Kelepasan tadi," ringisnya.
Nayna hanya menggeleng-gelengkan kepala.
"Oh, ya. Sania mau tanya. Bagaimana Gus Andra sekarang, Neng? Pasti makin ganteng, ya? Cobaa aja Abi Sania mau nyariin Sania suami seganteng Gus Andra, haduh ... sendiko dawuh, langsung sujud syukur sama puasa Daud selama setahun deh Sania."
Nayna kembali menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu ini, San! Nyari suami itu jangan yang ganteng aja. Nyari suami itu yang alim dan salih. Cari suami yang bagus agamanya, San. Bukan cuma ganteng bagus tampangnya."
"He he he. Iya, iya, Nyonya Giandra."
Nayna langsung menyipitkan kedua matanya karena dipanggil Nyonya Giandra.
Perempuan itu berdecak sebentar. "Ya sudah, sekarang aku mau kembali ke ndalem. Tolong kamu bantu gantiin aku nyiram tanaman ya, San! Ingat, kaktus di pot yang belum kusiram, kamu nyiram airnya jangan banyak-banyak. Cukup sampai tanahnya sekedar basah aja." Nayna mengambil gembor air yang tadi diletakkannya di tanah dan menyerahkan benda berwarna biru langit itu ke tangan Sania.
"Iya, Neng." Sania manggut. "Eh, eh, eh! Tapi, sampean tadi belum jawab pertanyaan Sania lho, Neng!" tambah gadis itu sembari menerima gembor air dari tangan Nayna.
"Siapa yang memberi tahu sampean kalau Gus Andra mau pulang?" Sania mengulang pertanyaannya.
Nayna hanya tersenyum simpul tidak merespons, memilih tetap berbalik badan lalu membawa langkahnya menuju ndalem kesepuhan.
"Neng! Neng Nayna!" panggil Sania berharap Nayna mau menghentikan langkahnya dan berbalik kembali ke arahnya.
"Yah ...." Sania mendesah pasrah begitu melihat tubuh ramping Nayna hilang ditelan pintu masuk ndalem kemudian mulai menyirami tanaman seperti yang Nayna perintahkan.
Zahra Naynawa dan Muhammad Giandra Shaka. Sejak lama keduanya memang sudah ditetapkan untuk bersama.
To be continued.
Kepo nggak, kenapa Naynawa bisa menikah dengan Rajendra padahal sejak kecil dijodohkannya dengan Giandra?
So, ikuti keseruan ceritanya, yaa
Jangan lupa vote, komen, dan follow
Jazakumullah khairan katsira 💐
Jombang, 15 Maret 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Naynawa
Fiksi UmumZahra Naynawa. Kemarin mungkin ia berbahagia. Seseorang telah mempersuntingnya. Namun, sebuah kenyataan pahit telah menjadi tamparan telak untuknya di hari yang seharusnya menjadi malam pertamanya. Bagaimana kelanjutan kisahnya? { PESANTREN SERIES #...