Rasa Juna

780 96 15
                                    

*note : cerita ini hanya fiksi semata, cukup benci karakternya di cerita ini saja, tapi tidak dengan visualisasinya di dunia nyata*

Kata orang, kalo kita menjahili seseorang ada kemungkinan 85% memang iseng 15% ada rasa suka dibaliknya.

Kata orang pula, jatuh cinta itu bisa terjadi karena terbiasa bersama.

Tapi bagaimana jika kamu jatuh cinta dengan sahabatmu sendiri?

●●●

Juna, bocah kecil yang sudah beranjak remaja ini yang selalu menjahili Sinar, tapi dia juga yang membuat senyum Sinar tidak pernah pergi.

Juna, bocah kecil yang sudah beranjak remaja ini yang selalu menjahili Sinar, tapi dia juga yang membuat senyum Sinar tidak pernah pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sinar, di kepala kamu ada apa tuh?" iseng Juna, padahal tidak ada apa-apa di kepala Sinar.

"Hah ada apa??" takut Sinar

"Ada...." kata Juna yang membuat Sinar penasaran

"Ada rambutnya hahaha" usak Juna pada rambut Sinar dan langsung berlari meninggalkan Sinar yang kesal melihatnya.

Sinar pun mengejar Juna tapi sayang kakinya tersandung batu membuatnya meringis.

"Kamu gak papa?"

"Ss-sakit" ringis Sinar melihat lututnya sedikit berdarah.

Juna dengan sigap langsung membersihkan lutut Sinar dari pasir jalan dan langsung mengobati lukanya dengan plester kesukaan Sinar, plester kelinci yang selalu ia siapkan di tasnya.

Melihat Sinar berjalan pincang, Juna dengan sigap berjongkok, membiarkan Sinar menaiki punggungnya.

Sinar pun digendong Juna menuju parkiran sepeda tempat Juna meletakkan sepedanya.

"Kamu duduk didepan aja"

"Gak papa?"

Juna pun menggeleng kepalanya dan langsung duduk di sepedanya

"Ayo naik"

Sinar pun langsung menduduki besi penghubung antara tempat duduk dan stang sepeda, jika dilihat sekilas maka orang akan mengira Juna tengah memeluk Sinar.

Dengan jarak sedekat itu, Sinar dapat merasakan detak jantung Juna yang berdebar cepat, begitupun dengan jantungnya yang juga berdebar.

Sesekali Juna menoleh ke arah Sinar dan tersenyum kecil.

"Maafin aku ya" kata Juna saat mereka masih di jalan pulang.

Sinar hanya mengangguk pelan mendengar Juna.

Ntah lah, detak jantung mereka lebih mendominasi suasana diantara mereka.

●●●

Sesampainya di depan rumah Sinar, Juna segera membantu Sinar turun dari sepedanya.

Saat Sinar turun, Juna juga ikut turun, kemudian memberikan Sinar coklat kesukaan Sinar sebagai permintaan maaf karena kejahilannya.

"Aku pulang ya" elus Juna pada kepala Sinar.

My Ice Daddy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang