*note : cerita ini hanya fiksi semata, cukup benci karakternya di cerita ini saja, tapi tidak dengan visualisasinya di dunia nyata*
"Bunda sayang, hari ini Sinar izin pulangnya agak lama ya bun"
"Loh emangnya kamu mau kemana nak? Tanya Rein yang sedang membuat sarapan.
"Sinar mau kerumah om Jordan bun, mau belajar bareng sama Bintang, boleh kan bunda cantik?"
"Iya sayang boleh kok, berarti hari ini kamu gak pulang bareng om Tata?"
"Enggak kok bun, Sinar masih pulang bareng om Tata, kan Sinar udah dijanjiin permen coklat sama om Tata"
"kata om Tata kalo Sinar bisa hapal perkalian 1 sampai 5 Sinar bakalan dibeliin coklat sama om Tata, om Tata baik banget kan bun?" jelas Sinar dengan antusias.
Sebenarnya Rein sedikit sedih dengan perhatian yang Tata berikan pada putrinya.
Bukan karena ia tak suka Sinar diperlakukan istimewa oleh Tata tapi ia mengharap Wira lah yang bersikap seperti itu pada putri mereka."Hmm iya sayang, om Tata baik" Rein hanya tersenyum kecil melihat putri kecilnya bahagia walaupun bahagianya ia bukan karena ayahnya.
●●●
"Dedek bayi, sabar ya 3 bulan lagi kita bakalan ketemu, kamu sehat-sehat didalam ya dek, ntar kalo kamu lahir kamu bisa lihat cantiknya bunda kalo ketawa, bisa liat gantengnya ayah kalo lagi senyum, kak Sinar pergi sekolah dulu ya adek sayang muachh" kata Sinar sambil mencium perut ibunya yang sudah membesar.
"Iya kak Sinar cantik, kalo Dedek bayi lahir Dedek bayi juga bisa lihat manisnya kak Sinar kalo lagi senyum dan ketawa" balas Rein dengan suara anak kecil membuat Sinar tertawa mendengarnya.
"Sinar pergi dulu ya bunda cantik"
"Iya sayang, hati-hati ya nak"
●●●
"Turun" singkat sang ayah ketika bersama Sinar.
Mungkin baginya Sinar hanya anak kecil yang butuh tumpangan ke sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Daddy [END]
Ficção AdolescenteHaruskah aku menjadi lelaki demi pria yang selalu ku sebut AYAH?