Semuanya palsu

88 17 1
                                    

"Ya sudah, tunggu sebentar ya. Aku akan membeli makanan untukmu."

Sudah hampir 25 menit berlalu setelah David mengucapkan serentetan kalimat itu dan berlalu dari hadapan. Rosie masih termangu, melemparkan pandangan ke luar jendela sembari memeluk kedua kakinya.

Rosie tidak pernah mengira jika jalan hidupnya akan menjadi semakin rumit seperti ini, namun dia bisa sedikit lebih bersyukur karena ada David yang selalu berada disisinya. Laki-laki berdarah Amerika itu berhasil membuat Rosie jatuh hati dan ingin membuatnya menggantungkan harapan kepadanya.

Gadis bersurai ash silver itu tahu satu bulan adalah waktu yang singkat untuk mengungkapkan rasa, tapi bukankah jatuh cinta memang tak bisa diprediksi kapan akan datang, rasa itu muncul tanpa diduga dan Rosie sama sekali tak bisa mengendalikannya.

Tameng yang menjadi pelindung disaat pertemuan yang pertama pun seakan menghilang entah kemana ketika hubungan diantara mereka kian dekat. Benar, memang sudah seharusnya Rosie mencari seseorang yang akan selalu ada untuknya dalam keadaan apapun dan Rosie sudah memilih David untuk menempati posisi itu.

Suara bell dari pintu utama rumahnya terdengar, membuyarkan lamunan Rosie. Rosie sedikit tersentak dan langsung beranjak dari tempatnya, senyum merekah dia perlihatkan barangkali David sudah pulang setelah membeli makanan.

Namun langkahnya seketika terhenti saat kembali mendengar suara pintu yang terbuka. Teriakan nyaring seorang perempuan dari lantai dasar kembali mengejutkan, itu bukan David. Suara itu milik Grace.

"Rosie! Astaga. Kau dimana? Kenapa pintu rumahmu tidak terkunci, bagaimana jika ada seseorang yang masuk kesini."

Suara Grace kian mendekat, Rosie yang masih berdiri dibelakang pintu langsung membuka pintu kamarnya dengan cepat. "Grace!"

Gadis pemilik gummy smile itu sudah mengayun langkah hingga dipertengahan anak tangga, tentu saja dengan Javier yang selalu mengikuti dibelakangnya.

"Rosie! Are you okay?" Grace memeluk tubuhnya dengan erat.

"Oh." Rosie mengangguk samar. "Sudah lebih baik karena David bersamaku, dia yang membantuku mengurus semua masalah pemakaman. Grace, for the first time ever I really wanted something to be mine."

"Hum. Maksudmu David? Kamu jatuh cinta padanya?" Grace mengucapkan kalimat itu dengan perlahan, dahinya bekerut penasaran.

"Sederhananya seperti itu. Tapi aku tidak tahu harus memulai darimana."

"Tapi ini kamu serius? Maksudku, benar-benar jatuh cinta atau hanya sekedar rasa suka? Jatuh cinta dan suka berbeda, Rosie. Kamu tidak bisa menyamakannya, rasa suka hanya akan bertahan sebentar."

"Tidak, Grace. Aku serius, sejak festival balon udara dua minggu yang lalu. Semuanya berawal dari sana, aku jatuh cinta padanya karena sikapnya ketika memperlakukanku."

Grace melayangkan tatapan yang tak dapat dimengerti oleh Rosie. Sunyi kemudian, Javier yang tengah duduk dipinggir jendela besar kamar Rosie langsung bersuara. "Aku bilang juga apa."

Kakak laki-laki sekaligus kekasih dari Grace itu mengedarkan pandangannya. "Lalu dimana dia sekarang?"

"Membelikan ku makanan."

"Oh. Ya sudah, aku akan menunggunya dibawah." Javier menghilang dari hadapan keduanya dengan cepat setelah mendapatkan anggukan dari kedua perempuan itu.

"Grace? Menurutmu apa dia juga menyukaiku?" Tanya Rosie, sorot matanya menyiratkan harapan.

Yang ditanya langsung mengendikkan bahunya dan menggeleng, ekspresinya lagi-lagi terlihat sulit dibaca. "Entahlah. Hati manusia siapa yang tahu, tapi aku yakin dia juga menyukaimu, Rosie."

LOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang