Setelah mengenakan rompi anti peluru, Reihan mengecek pistol semi otomatisnya. Melepas magazine dan mengisi peluru. Kemudian memasang kembali magazine tersebut dalam beberapa detik.
"Kita nggak punya waktu banyak, Rei. Jadi sebisa mungkin, kamu ambil data-data itu. Semuanya," perintah Raka yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Reihan.
Raka menatap Reihan dengan menyelisik, "Siap?"
"Siap nggak siap harus tetap berangkat, kan?" ungkap Reihan setengah hati.
"Ini kesempatan terakhir kita. Jangan sampai gagal." Raka menegaskan perintahnya.
"Siap, Bang. Aku pasti dapatkan data itu," kata Reihan yang sudah beberapa kali gagal meretas data targetnya.
Sesaat setelah mobil lolos melewati penjagaan ketat, Raka beserta timnya memasuki sebuah gedung dengan sembunyi-sembunyi melalui pintu rahasia. Ia meminta Reihan untuk tetap berada di sisinya. Raka tak ingin terjadi sesuatu dengan Reihan yang sebentar lagi akan resmi menjadi adik dari saudaranya.
"Clear!" ucap seseorang yang berada di depan Raka melalui handsfree headset.
Raka melangkah maju, dan bergegas memasuki sebuah ruangan. Diikuti Reihan di belakangnya.
"Cepat, Rei!" perintah Raka lugas, dan langsung dilaksanakan oleh Reihan.
Kedua tangan Reihan tampak lincah menekan tombol keyboard. Matanya menatap layar komputer tanpa berkedip. Memerhatikan beberapa tulisan dan angka yang sedang diretasnya. Degup jantungnya memacu kencang, seiring dengan gerakan jari yang sedang bermain di atas keyboard.
Suara berdebum berulang kali terdengar jelas di telinga Reihan. Membuat kedua tangannya bergerak semakin cepat. Dalam hati ia terus berzikir ketika data yang di-copy berjalan begitu lambat.
"Sudah, Rei?" tanya Raka bersiaga.
"Sebentar, Bang. Tinggal sedikit lagi," sahut Reihan gugup.
"Damn, it!" gumam Raka bersiap-siap menyerang.
Reihan terkejut ketika Raka tiba-tiba menyerang seseorang. Ia segera mencabut flashdisk dan mematikan komputer dengan terburu-buru. Kemudian membantu Raka agar bisa cepat keluar dari sarang para penyamun.
"Move!" teriak Raka meminta Reihan keluar terlebih dahulu.
Reihan bergegas keluar sembari mengeluarkan pistolnya. Diikuti Raka yang melindungi Reihan dari belakang. Dua orang tim Raka membersihkan para penghalang agar Reihan bisa segera meninggalkan gedung.
Suara pistol mulai terdengar ketika Raka mulai kewalahan menghadapi lawan yang jumlahnya bertambah. Begitu pula dengan Reihan. Ia tak segan-segan menembak siapa pun yang menghalanginya menuju mobil jemputan.
Napas Reihan tercekat saat peluru tiba-tiba saja menembus perutnya. Tanpa aba-aba, Raka segera menarik Reihan untuk masuk ke dalam mobil. Suara tembakan semakin menggema ketika mobil menerobos pintu penjagaan.
"Kalian baik-baik aja, kan?" tanya Raka memastikan keadaan anggota timnya.
Semua menjawab serempak kecuali Reihan yang sedang menahan sakit. Reihan hanya terdiam sembari menekan perutnya yang terluka. Mencoba menghentikan darah yang mengalir.
"Aman, Bang."
Pakaian serba hitam telah menyamarkan luka tembak di perut Reihan. Rompi anti peluru yang dikenakannya ternyata tak mampu menahan serangan peluru berkaliber besar.
"Rei, are you okay?" Raka terkejut kala menatap wajah Reihan yang sudah memucat.
Reihan menggeleng, "Aku tertembak, Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Youniverse
Short StorySemua tentang kamu. Antara asa, cinta dan keluarga. Apa pun itu, ketiganya akan menjadi satu. Satu yang mungkin tak akan pernah bisa dipilih olehmu. Apakah kamu mampu? Mampu mewujudkannya menjadi satu? Semoga begitu, karena kamu adalah Youniverse-ku.