Selepas kepergian Juli, Archie segera mengambil smartphone-nya. Ia membuka aplikasi pelacak smartwatch dengan tergesa-gesa. Tanpa Juli tahu, Archie sempat memasang alat pelacak di smartwatch Juli. Entah apa yang ada dipikiran Archie saat itu. Juli yang sedang terluka dan dirawat di rumahnya, membuat kesempatan Archie terbuka lebar untuk memasukkan pelacak di smartwatch sang kekasih.
Archie terdiam. Melihat pergerakan tanda merah di peta digital dalam layar smartphone-nya. Kemudian ia bergegas berganti pakaian. Mengenakan pakaian serba hitam seperti yang Juli kenakan. Setelah itu Archie berlari keluar menuju basement parkir mobil. Hingga getaran dari smartphone menghentikan langkah Archie sebelum membuka pintu mobilnya.
"Assalamualaikum, Yah," salam Archie kepada sang ayah yang tiba-tiba saja meneleponnya di sepertiga malam terakhir.
"Wa'alaikumsalam. Abang di mana?" tanya Reshi, Ayah Archie.
Archie terpaku sesaat, lantas mengedarkan pandangannya ke segala penjuru basement parkir. Mencari keberadaan seseorang yang mungkin saja sedang memerhatikannya saat ini.
"Abang," panggil Reshi menyentak langsung ke telinga Archie.
"Iya, Yah." Archie menyahut sekenanya.
"Mau kemana kamu, Bang?" tanya Reshi yang membuat Archie mengurungkan niat memasuki mobil.
"Ayah memata-matai Archie?"
"Jangan melakukan hal yang bisa merusak masa depan kamu. Ingat, apa yang sudah kamu lakukan selama ini untuk bisa sampai ke tujuanmu sekarang. Pikirkan dulu sebelum bertindak."
"Ayah di mana?!" Archie sedikit meninggikan suaranya.
"Ayah di rumah. Jangan bertindak bodoh, Bang! Kamu nggak bisa ikut campur dengan pekerjaan Juli. Itu bukan urusan kamu."
"Tapi Archie nggak bisa diam saja sekarang, Yah. Gimana kalau Juli kenapa-kenapa?"
"Juli nggak akan kenapa-kenapa. Sekarang kamu kembali ke kamar!"
"Tapi...."
"Kamu tahu resikonya, kan? Kamu bisa kehilangan semua impian kamu dalam hitungan detik."
"Yah, tolong izinkan Archie pergi. Archie janji, Archie nggak akan bertindak bodoh di sana."
"Apa jaminannya?"
Archie terdiam sesaat. Ia menunduk, lalu menendang ban mobilnya karena kesal tak bisa menjawab pertanyaan mematikan dari sang ayah. Tanpa sadar helaan napas putus asanya terdengar di telinga Reshi.
"Masuk ke mobil di depan kamu. Dan ikuti perkataan Pak Bimo, jangan membantahnya!" perintah Reshi tegas.
Archie menatap mobil sedan hitam di hadapannya. Kemudian memandang plat mobil yang tiba-tiba berganti nomor. Kaca mobil berwarna hitam legam benar-benar menjaga privasi si pengendara yang tak terlihat oleh Archie meski hanya berjarak beberapa meter.
"Masuk mobil atau kembali ke kamar?" Reshi memberikan pilihan kepada Archie.
Tanpa ragu Archie melangkah maju menuju mobil di hadapannya. Pintu mobil itu terbuka sesaat setelah Archie berdiri di sampingnya. Archie segera masuk sembari memerhatikan seseorang yang berada di belakang kemudi, di sampingnya.
"Hati-hati. Jangan bertindak bodoh! Mengerti?" kata Reshi lugas.
"Siap, Yah," sahut Archie sambil memandang seseorang yang akan mengantarkannya ke tempat Juli berada.
Panggilan itu tiba-tiba terputus secara sepihak tanpa salam. Archie pun tampak biasa mengalami hal itu. Ia tahu, ayahnya pasti sedang menahan emosi saat ini. Namun ia tak peduli. Hanya Juli yang sedang berlari-lari di pikiran Archie sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youniverse
Short StorySemua tentang kamu. Antara asa, cinta dan keluarga. Apa pun itu, ketiganya akan menjadi satu. Satu yang mungkin tak akan pernah bisa dipilih olehmu. Apakah kamu mampu? Mampu mewujudkannya menjadi satu? Semoga begitu, karena kamu adalah Youniverse-ku.