Suara dering smartphone terus berbunyi. Dengan malas Archie meraba meja nakas di samping tempat tidur untuk mengambil smartphone-nya. Kedua matanya mengerjap. Kemudian mencoba membaca nama seseorang yang terpampang di layar smartphone sebelum menerima panggilan yang sudah mengganggu tidurnya.
"Assalamu'alaikum, Bia," salam Archie sopan.
"Wa'alaikumsalam. Abang baru bangun?" tanya Aresh, ibunda Archie.
Archie mengelus tangan yang tiba-tiba saja memeluknya, "Tadi pagi sudah bangun. Ada apa, Bia?"
"Bia cuma mau ingetin aja, jangan lupa nanti siang fitting baju. Bia dari tadi malam coba hubungi Juli, kok, nggak bisa? Abang ketemu Juli nggak?"
"Nanti Abang kasih tahu Juli."
"Bilang sama Juli, Bia akan jemput nanti."
"Siap."
"Ya, sudah. Nanti siang kita ketemu di butik. Baik-baik di sana, Abang. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Archie kembali meletakkan smartphone-nya di meja nakas. Lalu memeluk Juli dengan erat sembari memejamkan mata lagi. Menghabiskan sedikit sisa waktu istirahatnya bersama sang kekasih.
Sudah beberapa hari terakhir, Archie selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi Juli. Tak jarang Archie menginap untuk beristirahat di apartemen Juli walau hanya beberapa jam saja. Ia tahu kebiasaan baru itu adalah sebuah dosa besar. Tetapi ia selalu berusaha menyangkal. Karena tidak akan ada yang tahu, bagaimana hari esok nanti. Begitulah dalih yang selalu dikumandangkan Archie di dalam hati setiap mengingat dosa-dosanya.
Juli pun tak merasa keberatan. Ia begitu menikmati kebersamaannya dengan Archie layaknya sepasang suami istri. Walau hanya tidur bersama tanpa berhubungan badan. Hal yang membuat Juli semakin terkagum-kagun dengan sosok Archie. Archie masih sanggup mempertahankan imannya agar tak melebihi batas keintiman saat bersama. Diam-diam menghanyutkan--peribahasa yang cocok untuk menggambarkan karakter seorang Archie. Menghanyutkan Juli dalam dunia cinta.
"Sayang, bangun."
Suara serak Archie terdengar jelas di telinga Juli, bersamaan dengan bunyi alarm dari jam tangan Archie. Alarm yang sudah menunjukkan pukul enam pagi tepat.
Juli bergeming meski sudah setengah sadar dari tidurnya. Ia ingin menghabiskan rasa rindunya sebelum kembali bertugas. Setelah hampir dua minggu lebih Juli mendapat keringanan bekerja karena lukanya yang cukup parah. Sekarang ia sudah dijadwalkan lagi untuk bertugas di lapangan seperti biasa.
"Ayo bangun," ujar Archie sebelum mencium bibir Juli.
"Nanti malam ketemu lagi, kan?" tanya Juli sembari memandang Archie dengan tatapan sayu.
"Iya, Sayang."
Archie kembali mengecup bibir Juli sebelum bangun. Ia pun memaksa Juli untuk terbangun sebelum beranjak dari tempat tidur. Dengan malas Juli menurut.
"Mau roti bakar atau sandwich?" tawar Juli dengan menu makan pagi yang tak pernah berubah.
"Roti bakar aja," sahut Archie sambil berlalu ke kamar mandi.
Dengan gerakan cepat, Juli berlari dan langsung melompat ke punggung Archie. Membuat seulas senyum Archie tersungging dengan tingkah Juli yang tak terduga. Hal kecil yang selalu menambah rasa cinta Archie kepada Juli setiap saat.
"Abang mau mandi," kata Archie sebelum menutup pintu kamar mandi.
"Aku mau cuci muka," ungkap Juli seraya meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youniverse
Short StorySemua tentang kamu. Antara asa, cinta dan keluarga. Apa pun itu, ketiganya akan menjadi satu. Satu yang mungkin tak akan pernah bisa dipilih olehmu. Apakah kamu mampu? Mampu mewujudkannya menjadi satu? Semoga begitu, karena kamu adalah Youniverse-ku.