35

11.2K 550 132
                                    

Jika jalan yang kita lewati rusak sudah seharusnya kita mencari jalan yang tidak rusak dan bisa dilewati.

Jika semua sudah digariskan oleh takdir, bolehkah manusia meminta takdir yang berbeda?.

Bolehkah dirinya meminta untuk membuat jalan takdirnya berbeda, setidaknya biarkan laki-laki kecil yang berada didekapannya merasakan kehangatan seorang ayah.

Ego manusia sudah seperti air yang berusaha menghancurkan batu. Butuh beribu ribu bahkan berjuta juta tetes air agar batu itu hancur.

Mengusap kasar lelehan air matanya, Rachel memandang laki-laki yang duduk didepannya dengan mata sendu.

Nyaris berteriak kesal dan memaki laki-laki itu. Sejujurnya hatinya menolak penjelasan yang baru saja laki-laki itu jelaskan.

Penjelasan yang melukai hatinya, meskipun tidak sepenuhnya.

Di titik hatinya yang paling dalam, ia bangga akan keputusan yang laki-laki itu ambil, tapi bolehkah dirinya merasa sedikit marah akan hal itu?.

Flashback on

Tepat satu Minggu setelah Rachel bertemu dengan Nathan di outlet ice cream.

Hari ini, keputusan yang kedua keluarga ambil adalah, mempertemukan kembali dua insan yang mungkin saja masih saling mencintai ini.

Keluarga Nathan yang merasa bersalah akan kelakuan yang Nathan lakukan dulu, mencoba untuk mempertemukan kembali kehangatan yang dulu sempat mereka jalani.

Disisi lain, kedua orang tua Rachel merasa harus memberikan keadilan untuk cucu pertama mereka.

Semakin besar Lachen, maka akan semakin sulit untuk menghindari pertanyaan yang sangat mereka hindari "dimana ayahku berada?"

Malam ini, di sebuah restoran pusat kota Rachel ditemani dengan super Hero kecilnya bergandengan tangan dengan manis.

Lachen, bocah itu sedari tadi melompat lompat kecil dengan tangan yang menggandeng sang mommy.

Sepatu dengan lampu serta suara cit-cit membuat Lachen tampak senang berjalan. Kakinya sedari tadi berusaha untuk terus membunyikan suara dari sepatunya itu.

Sampai mereka pada sebuah meja yang dipesan khusus oleh Nathan, dan ya disitu Rachel bisa melihat Nathan yang masih saja fokus dengan candaan kecil gadis yang berada dipangkuannya.

"Ehemm... Permisi"

Nathan sontak saja mengangkat kepalanya, matanya menatap lurus menelusuri manik mata yang sudah sangat ia rindukan.

Pandangan mata Nathan tak lepas dari kesibukan Rachel yang membenarkan tempat duduk untuk laki-laki kecil didepannya.

Tak jauh beda dari Nathan, Rachel sebenarnya menahan mata untuk tidak melirik sosok gadis kecil yang masih betah duduk dipangkuan Nathan.

"Rachel..." Panggil Nathan untuk memecah keheningan serta rasa Canggung dimeja mereka.

Rachel hanya menaikan satu alis untuk menyauti panggilan itu. 

"Maaf untuk semuanya..." Lirih Nathan dengan kepala yang menunduk, menandakan rasa penyesalannya.

"Aku akui, semua ini salah aku. Maaf karna aku lebih percaya dengan wanita itu. Maaf karna aku, keluarga kita jadi seperti ini. Maaf juga karna aku membuat kamu terluka"

"Maafkan laki-laki bodoh ini" ujar Nathan dengan tulus.

Rachel mengalihkan matanya dari pandangan Nathan. Rachel hanya ingin tidak menangis untuk saat ini. Setidaknya tidak didepan anaknya.


MY HUSBAND IS KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang