36

9.7K 446 129
                                    

"mommy..." Gumam Lachen setelah membuka matanya.

"Ya sayangnya mommy" sambut Rachel.

Mata kecil Lachen mengerjap menyesuaikan cahaya matahari yang masuk kedalam kamar serba pink ini.

Lachen merangkak kecil dan menjatuhkan tubuhnya diatas paha sang ibu dan memeluk pinggang ramping ibunya.

Kepalanya ia jatuhkan diatas dada mommynya, suara detak jantung Rachel adalah salah satu suara yang sangat ia sukai.

Rachel mengelus kepala Lachen lembut dengan bibir yang mengecup harum rambut tipis sang putra.

"Kapan kita pulang?, Lachen tidak menyukai kamar berwarna pink" ujar Lachen dengan bibir mencebik ingin menangis.

Rachel menarik dagu Lachen untuk ia bawa menatapnya.

"Apa Lachen ingin mendengarkan penjelasan dari mommy terlebih dahulu?" Tanya Rachel hati-hati.

Lachen yang ditatap dengan harap hanya mengangguk tanda setuju.

Cup

Meninggalkan sekilas kecupan didahi Lachen Rachel kembali menjatuhkan perhatiannya ke mata kecil itu.

"Seorang pria besar seperti yang Lachen tanyakan, apa Lachen sudah bisa menebak, atau bahkan Lachen sudah menemukannya?" Tanya Rachel dengan hati-hati. Ia berharap sang putra paham dengan perkataannya.

Anggukan kilas dari Lachen membuat Rachel menatap sang putra dengan harap, dia berharap agar Lachen paham situasinya tanpa ia harus mendetailkan semuanya.

Lachen adalah laki-laki yang sangat pintar, jangan lupakan itu. Di umurnya yang menginjak dua tahun, Lachen tergolong dengan kepintaran yang sempurna.

Kecepatannya dalam melihat situasi, atau kepekaannya terhadap seseorang sangat mudah ia kenali.

"Uncle Nathan"

Rachel tersenyum lebar, ia menunggu kelanjutan ucapan Lachen.

"Dia laki-laki yang disebut Daddy, laki-laki yang meninggalkan kita berdua. Laki-laki yang Lachen benci"

Setelah mengutarakan kebenciannya Lachen menenggelamkan kepalanya kedada Rachel. Air mata Lachen mengalir dengan deras, tangisnya menyeruak sampai ke telinga Rachel.

"Apa Lachen salah mommy?, Dia laki-laki jahat yang membuat mommy menangis setiap malam bukan?. Laki-laki itu uncle Nathan, Lachen membencinya mommy!!" Tangis Lachen semakin terdengar keras.

Badan mungil didalam pelukan Rachel itu bergetar dengan hebat.

"Ssstt, jangan menangis" ujar Rachel menenangkan.

Rachel tidak akan membantah kata-kata Lachen, setidaknya putranya tau, bahwa Nathan adalah Daddynya, Ayah kandung yang sering melukai hati mommynya.

Tugas Rachel hanya sampai disini, menyampaikan bahwa Lachen sudah menemukan laki-laki besar yang ia cari selama ini.

Menerima atau tidaknya kehadiran Nathan, semua ada di hati Lachen.

Mata Rachel menangkap sosok dibalik pintu kamar. Langkah kaki yang tertahan dengan tangan yang masih setia memegangi knop pintu membuat hati Rachel sedikit terenyuh.

Mata sendu dengan senyum manis terus terpaut diwajah tegas itu. Berbanding terbalik dengan hatinya yang tersentak perih.

Dibenci oleh anaknya sendiri, bukan pencapaian yang Nathan inginkan.

Melihat air mata menetes dari mata Nathan,  Rachel memalingkan kepalanya.

Dugaanya benar, Nathan mendengar semua kata kata benci yang Lachen ucapkan.

MY HUSBAND IS KETOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang