Past Pictures & Future Plans

249 51 9
                                    

Dua tahun lalu..

Bunga bunga bermekaran di luar jendela. Hari ini suhu menjadi lebih hangat setelah beberapa bulan kemarin salju turun. Sekarang bulan September, waktu awal bagi kota Perth untuk merasakan hangatnya musim semi selama tiga bulan ke depan.

Saat ini hari Minggu, pagi pagi sekali. Bahkan matahari belum menunjukkan keindahannya untuk hari ini. Namun hal itu tidak menghentikanku dan Junghwan yang sedang sibuk menghias kue di dapur. Kami membeli kue polos, aku tidak memiliki banyak waktu hanya untuk membuat kue.

"Kak, lihat bunga buatanku!"

Pandanganku langsung terarah pada sebuah krim berbentuk mawar di atas kue yang saat ini ditunjuk oleh Junghwan.

Aku melebarkan senyum menatapnya. "Bagus sekali! Kau bisa buat lebih banyak di atasnya." Ucapku sambil mengusak rambutnya.

Kami mengerjakan kue tersebut selama beberapa saat. Dan saat ini kami sudah berada di kamar Jeongwoo, aku memegang kue tadi sementara ada sebuah confetti di tangan Junghwan.

Orang yang berulang tahun belum bangun, bahkan kelihatannya ia sama sekali tidak sadar sudah ada dua orang di sekitar ranjangnya.

Three...

Two...

One!!!

"Kak Jeongwoo!!! Bangunlaah!!!" Junghwan berteriak tepat di telinga Jeongwoo, membuat si pemilik telinga langsung terbangun dengan wajah terkejut.

Tepat saat itu pula, Junghwan membuatnya lebih terkejut lagi dengan meledakkan confetti ke langit langit kamar, menimbulkan suara keras di ruangan tidak besar ini.

"Selamat ulang tahun kak Jeongwoo!!!"

Jeongwoo yang sudah berhasil menetralkan ekspresi wajahnya sedikit mendengus walau akhirnya ikut tersenyum dan menepuk kepala sang adik.

"Terima kasih, Junghwan. Tapi lain kali kau mungkin harus melakukannya dengan lebih lembut," ucapnya, membuat dua orang lainnya di ruangan tertawa.

Aku duduk di sampingnya, menyodorkan sebuah kue besar dengan lilin berbentuk angka '22' di atasnya.

"Selamat ulang tahun, Jeongwoo. Jangan pernah hilangkan senyumanmu, ya. Itu kesukaanku."

Jeongwoo mengangguk cepat. "Pasti. Senyumku hanya untukmu."

"Baiklah, sekarang tiup lilinnya!!" Ujar Junghwan.

Tangan Jeongwoo menyatu seraya ia memejamkan mata. Beberapa detik kemudian matanya kembali terbuka dan mulutnya meniup dua lilin di atas kue tersebut.

Junghwan bersorak. "Potong kuenyaa!!!" Bahkan tangannya sudah membawa tiga piring lengkap dengan garpu.

"Kak Jeongwoo. Aku lah yang menghias kue ini, kau tahu? Bagaimana?" Pamer Junghwan saat kami sedang memakan kue tersebut di meja makan.

Jeongwoo menjawab, "biasa saja. Nanti juga hancur di perut."

Sang adik langsung cemberut membuatku langsung memukul lengan Jeongwoo. Namun kemudian ia melanjutkan, "tapi aku apresiasi usahamu. Hiasannya indah, setidaknya cukup untuk membuatku berselera memakan ini di pagi hari."

Senyuman Junghwan mengembang. Ia bahkan tertawa seperti anak kecil di kursinya.

"Oh, iya, kak. Ibu memintaku bilang padanya jika kau sudah selesai melakukan rutinitas pagimu."

"Ada apa?" Tanya Jeongwoo.

Junghwan menjawab, "tentu saja ia ingin menelpon. Jangan bilang kalau kau lupa bahwa masih punya ibu di Korea?"

All Too Well | Park JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang