Sudah seminggu sejak notifikasi akun Instagram Jeongwoo terlihat mengikuti akunku. Hal itu membuatku jadi was was soal apa saja yang aku unggah di sana.
Ya, sejak aku tahu Jeongwoo membuat akun Instagram, entah mengapa aku juga memutuskan untuk membuat satu.
Tentu saja itu menimbulkan banyak reaksi positif dari teman teman. Menurutku mereka agak berlebihan, mereka berfoto bersamaku dan mengunggahnya di akun mereka sambil menandaiku.
Dan dalam waktu kurang lebih tiga setengah bulan ini, jumlah pengikutku bertambah puluhan kali lipat dari jumlah orang orang yang kukenal di kampus.
Aku jarang mengunggah foto di sana sebenarnya. Sampai saat ini, hanya ada 4 foto terpajang di profilku.
Kalau soal snapgram, itu penuh dengan video teman teman yang seenaknya mencuri ponselku untuk memamerkan wajah mereka di sana.
Namun sejak aku sadar salah satu pengikutku adalah orang yang... Yah, pernah melarangku untuk berbuat macam macam di media publik seperti itu. Aku lebih berhati hati entah mengapa. Aku sudah melarang keras teman temanku untuk menyentuh ponselku.
Walaupun Jeongwoo sebenarnya tidak melakukan interaksi apapun dengan akunku. Hanya mengikuti, bahkan ia tidak memencet tombol suka pada foto yang kuunggah di hari yang sama ia mulai mengikuti akunku.
Tapi tetap saja... Aku merasa diawasi tanpa alasan.
"Padahal dia mungkin sudah melupakanmu, kau tahu itu, kan?"
Perkataan Sam membuatku langsung memasang wajah cemberut. "Iyaa, kau tidak perlu mengingatkanku seperti itu."
Sam tertawa kecil. "Maafkan aku," katanya sambil mengusak rambutku, lalu kembali mengetikkan materi pada laptopnya.
Aku memperhatikan Sam yang sedang mengerjakan tugas berpasangan milik kami. Sudah sebulan, dan selama itu sepertinya aku mulai menerima keberadaan lelaki berambut merah ini. Buktinya kami semakin dekat sekarang.
"Jadi?"
Alisku terangkat. "Apanya?"
Sam menunjuk ponselku dengan dagunya. "Kau mengikuti akunnya juga atau tidak?"
"Tentu saja tidak."
"Bagus kalau begitu."
"Aku tidak ingin terlihat masih memikirkannya," tambahku.
Sam memutar bola matanya. "Kalau begitu followback dia seolah tidak terjadi apa apa di antara kalian."
"Kau pikir itu mudah?!" Suaraku meninggi, membuat banyak orang di perpustakaan mengarahkan pandangan sinis mereka pada kami.
Sam langsung meminta maaf untukku yang sedang menenggelamkan wajah pada lipatan tangan. Tak lama kemudian ia mengetuk ngetuk kepalaku menggunakan pulpen.
Ia berkata, "kalau begitu apa gunanya aku menjadi pacarmu kalau kau juga tidak berusaha melupakannya?"
Kepalaku terangkat. Aku menatapnya datar seraya menjawab, "hanya satu bulan, tidak lama juga."
"Tetap saja, Tiffany akan memarahiku jika setelah sebulan itu kau masih sering menangisi Jeongwoo."
"Sudahlah, Sam. Kerjakan saja tugasnya. Kau hanya perlu mengetik dari catatanku tapi kenapa dari tadi belum selesai juga?"
Ia lalu tertawa kecil. "Tunggu sebentar, sedikit lagi selesai."
Baiklah, begini penjelasannya. Tiffany benar benar marah saat mengetahui Jeongwoo seolah berusaha 'berhubungan' lagi denganku di sosial media.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Too Well | Park Jeongwoo
Fanfic[END] di saat dia pergi meninggalkanmu dengan semua kenangan itu, bagaimana akhirnya? inspired by Taylor Swift's "All Too Well (Taylor's Version)"