Kick Back

498 55 21
                                    

"I don't want to change for the sake of ending, I'd rather choose to get out. The connection to time has cut off, and it stopped in our zone. The moment in the past is the future. It doesn't matter if we wait. Clearing the future, time and tide, we're back to zero now. Gotta get it tight, jump over the sea of time."

에피소드 7

"Hendery," panggil Lucas.

"Hmmm?"

Hendery menyandarkan badannya di kepala ranjang tempat tidur Lucas. Sang pemilik kamar sendiri masih dalam posisi tertidur dengan selimut yang ditarik sampai leher. Ia berbaring tepat di samping Hendery, tidak memberikan jarak sedikit pun.

Dua pria dengan tinggi badan yang berbeda itupun masih sama-sama memejamkan matanya. Langit sudah menyambut bangunnya matahari, tapi dunia belum menyambut bangunnya kedua insan yang sedang jatuh cinta itu.

"Kenapa kau tega menyuruh anak kecil berbohong?" tanya Lucas dengan suara berat khas orang yang baru bangun tidur.

"Mau bagaimana lagi? Otakku terlalu buntu untuk memikirkan cara lain," jawab Hendery jujur.

"Bukan otakmu yang buntu, tapi kau yang terlalu gengsi," ledek Lucas.

Hendery membuka matanya, menegakkan duduknya, lalu meregangkan badannya. Ia melihat ke arah Lucas yang sepertinya belum sanggup membuka matanya. Hendery pun menyingkap selimut Lucas sampai ke perut. Ia mengambil obat merah di laci nakas dan mengolesinya ke beberapa cakaran yang ia tinggalkan semalam di area dada dan perut teman bercintanya itu.

Lucas sedikit meringis ketika Hendery mengolesi obat merah di dekat pusarnya. Luka cakar disana terlalu dalam. Hal itu membuat Hendery sedikit menyesal.

"Maaf," lirih Hendery.

"Kau tidak salah. Luka ini karena ulahku sendiri," jawab Lucas.

"Memang sih, kuakui kau terlalu brutal," balas Hendery.

Lucas mencoba sekuat tenaga membuka matanya. Ia menyingkirkan obat merah di tangan Hendery, juga melempar bantal yang menutupi area privat pria disampingnya.

"Kau mau apa?"

"Kau benar, aku terlalu brutal. Salep yang kuberikan masih ada?"

"Ada, tapi di kamarku," jawab Hendery sambil menelan ludahnya berkali-kali.

"Tadinya aku mau membantumu mengolesinya."

"Tidak perlu," balas Hendery lalu menyingkirkan kepala Lucas yang terlalu dekat dengan area privatnya itu. Ia kembali membaringkan badan dengan posisi menyamping, membelakangi Lucas.

Lucas sendiri tidak bisa berhenti tersenyum, ia mendekati Hendery dan memeluknya dari belakang.

"Kau masih berniat meninggalkan Korea?"

"Tidak ada yang bisa menghalangiku untuk pergi dari sini, Lucas."

Ucapan Hendery membuat Lucas melonggarkan pelukannya. Ia sempat berpikir Hendery mulai menyukainya, tapi mungkin kenyataannya tidak seperti itu. Lucas sepertinya tidak berarti apa-apa untuk Hendery.

"Maaf jika membuatmu sakit hati, tapi hanya dengan begitu lukaku bisa sembuh. Aku ingin jauh dari ayahku, juga ingin melupakan kematian ibuku," jelas Hendery.

Lucas tidak tahu Hendery sedang bersusah payah menahan agar air matanya tidak jatuh. Lucas tidak mengerti seberapa dalam luka yang sudah Hendery pendam selama bertahun-tahun. Hendery ingin sembuh, ia ingin melepaskan bebannya.

"Apa itu artinya setelah kau pergi, kita tidak akan pernah bertemu lagi?" tanya Lucas dalam posisi yang sudah terduduk di ranjang.

"Aku tidak tahu, Lucas. Tolong jangan menambah beban pikiranku," ucap Hendery sambil terisak.

Romeo + RomeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang