"Wake up in a transparent space, go to a higher level. The next challenge marches towards time. Argue whether the unknown destiny will be decided."
에피소드 2
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi," ucap Hendery.
Lucas masih sibuk menyeruput kuah sup rumput laut yang entah mengapa rasanya jauh lebih nikmat dibanding buatan restoran. Di depannya, Hendery masih menatapnya menunggu jawaban dari pertanyaan yang ia berikan barusan.
"Pertanyaan apa?"
"Kau tahu namaku, kan? Darimana? Kita bahkan belum berkenalan."
"Ah, tetangga sebelah rumahmu. Dia tidak berhenti membicarakan tentang dirimu saat aku hanya bertanya namamu padanya," jelas Lucas.
"Apa yang dia bicarakan?"
"Kau tidak pernah membiarkannya masuk dan kau juga tidak menyapa tetanggamu saat berpapasan di jalan."
Hendery sudah biasa. Tidak hanya tetangga sebelah rumahnya. Bahkan pemilik rumah sewa yang tinggal jauh dari sini kerap membicarakannya. Hendery memang salah memilih tempat tinggal. Di lingkungan ini, para tetangga tidak mengenal kata individualitas. Mereka semua terlihat seperti keluarga, kecuali Hendery tentu saja.
"Kau tidak pernah membiarkan mereka masuk kalau bukan karena terpaksa. Lalu kenapa kau membiarkanku tadi?" tanya Lucas.
Hendery sendiri masih mengaduk-aduk sup di mangkuknya. Sepertinya ia sedang tidak berselera untuk makan, ditambah dirinya masih saja dibicarakan di lingkungan ini. Rasanya ingin sekali pindah rumah, tapi sayang ia sudah memperpanjang sewa sampai enam bulan ke depan.
"Hendery? Kau kenapa?"
"Tidak apa-apa. Aku ingin tidur," bohong Hendery lalu beranjak ke kamar meninggalkan Lucas sendirian di meja makan.
Entah apa yang ada di pikiran Hendery, ia meninggalkan orang asing yang namanya saja ia tidak tahu itu sendirian di dalam rumahnya. Bagaimana jika Lucas ternyata adalah orang jahat? Mungkin pikirannya sedang kalut sampai ia tidak peduli lagi dengan siapapun.
Lucas membiarkan Hendery tidur di kamarnya. Ia pun masih melanjutkan memakan semua hidangan di meja makan, kalau perutnya masih kuat menampung, sudah pasti ia habiskan. Bukannya tidak tahu malu, Lucas sendiri pasti akan pergi jika sudah selesai makan.
Seiring waktu berlalu, Lucas melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 8.30 malam. Semua piring kotor, sendok, sumpit dan peralatan masak sudah ia cuci sampai bersih. Jarang-jarang Lucas seperti ini. Bahkan bisa dibilang ini pertama kalinya. Mengingat ia sebenarnya adalah putra bungsu dari tiga bersaudara yang berasal dari keluarga kaya raya.
Lucas pergi bukan tanpa alasan. Kedua kakaknya, Stephanie dan Mark terbilang sudah sukses, tapi semua itu berkat bantuan dari ayah mereka. Lucas tidak mau seperti itu. Ia lebih memilih keluar dari zona nyaman dan melakukan apapun untuk bisa bertahan hidup. Masalah kesuksesan itu urusan belakangan. Lagipula jika Lucas bisa bertahan hidup hari ini itu sudah definisi sukses menurutnya. Yang terpenting untuknya saat ini adalah belajar hidup mandiri.
"AAAAAH SIAL!" teriak Hendery dari kamarnya.
Lucas baru saja ingin keluar, tapi mendengar teriakan Hendery, ia langsung mengurungkan niatnya. Ia berjalan menuju kamar si penghuni rumah dan berdiri di depan pintu. Lucas tidak perlu sering kesini untuk tahu dimana letak kamar Hendery. Semua rumah sewa memiliki tata letak yang sama, juga masing-masing rumah hanya dijatahi satu kamar tidur.
"Hendery? Kau baik-baik saja?" tanya Lucas ragu-ragu.
Hendery pikir Lucas sudah pulang sedaritadi, nyatanya malah belum. Ia baru saja mendapat pesan dari sang manajer kalau karyanya ditolak. Tentu Hendery tidak terima. Karya tulis itu baru dikirim tadi siang. Seharusnya bisa direview lebih lama. Karena itu ia sampai berteriak kesal tadi.
"Aku tidak apa-apa. Lebih baik kau pulang," jawab Hendery dari dalam kamar.
Lucas hanya mengangguk seolah Hendery bisa melihatnya, padahal tidak. Ia pergi begitu saja meninggalkan Hendery yang sedang frustrasi itu sendirian. Padahal jika tulisannya diterima, kesempatan untuk mendapat bayaran yang lumayan besar akan ia dapatkan.
Hendery sempat menyesal. Jika saja ia menerima tawaran dari ayahnya untuk dijodohkan dulu, mungkin hidupnya saat ini sudah enak. Ayahnya memiliki koneksi dan pengaruh yang cukup besar dalam dunia seni. Nama Hendery pasti akan jadi besar dalam sekejap dengan bantuan sang ayah.
Sayangnya, karena Hendery menolak perjodohan, ayahnya meminta dirinya keluar dari rumah.Namun sama seperti Lucas, ia sebenarnya tidak mau menerima bantuan dari ayahnya dan ingin hidup mandiri. Sukses karena usahanya sendiri, bukan dengan bantuan orang lain walaupun itu ayahnya sendiri.
Kalaupun Hendery bisa memutar waktu, ia tidak mau kembali. Ia sudah sampai di titik dimana namanya mulai dikenal banyak orang. Ia hanya perlu berjuang sedikit lagi untuk mencapai kesuksesan yang sesuai dengan targetnya.
Penolakan karya tulis miliknya bukan yang pertama kali, tapi untuk saat ini adalah saat paling buruk baginya. Beruntung, ia diberikan satu kali kesempatan lagi. Hanya tiga hari sayangnya. Namun Hendery yakin dalam tiga hari, jari-jarinya pasti bisa menghasilkan karya tulis yang menakjubkan.
"Hendery, aku mengambil satu bungkus ramyeon untuk sarapanku besok pagi. Terima kasih dan selamat tidur," teriak Lucas.
Hendery hanya bisa menghela napas panjang. Mengapa pria itu belum juga pergi dari rumahnya. Apa yang Lucas lakukan saat dirinya berada di kamar, Hendery tidak tahu. Karena penasaran, ia pun keluar dan mendapati rumahnya sudah sangat bersih. Dapurnya pun begitu.
Saat ia memasak tadi sebenarnya Lucas sempat membersihkan sampah-sampah yang berada tidak pada tempatnya, tapi karena makan malam sudah siap jadi Lucas terpaksa berhenti bersih-bersih.
Seketika Hendery berubah pikiran. Jika ia tidak mau membalikkan waktu tadi, sekarang ia mau. Ia ingin mengembalikkan waktu di saat mereka makan bersama tadi. Hendery ingin menunggu Lucas sampai pria itu selesai makan dan akan langsung menyuruh pria itu pulang agar ia tidak merasa berhutang budi padanya.
"Siapapun dirimu, kau benar-benar menambah beban pikiranku," gumam Hendery.
![](https://img.wattpad.com/cover/263405367-288-k561740.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo + Romeo
FanficHendery selalu menginginkan sosok Juliet dalam hidupnya. Namun semakin ditunggu sosok itu tak kunjung datang. Sampai suatu hari, hidupnya berubah saat mengenal Lucas. Hendery tidak lagi berpikir tentang Juliet. Tidak lain karena yang datang ke dala...