Bad Alive

328 53 16
                                    

"Look, I'm a bad kinda player. I know you love it. I don't talk, I need mine off the top, on go. Milly Rock on your block, make it pop. Let's go."

에피소드 4

Dua belas jam berlalu, pikiran Hendery masih sesekali membayangkan penampilan Lucas tadi pagi saat mereka bertemu di tempat pembuangan sampah. Poni berantakan yang hampir menyentuh mata, kaos oblong tanpa lengan berwarna putih tipis serta celana training. Entah mengapa itu semua membuat Lucas terlihat seratus kali lebih atraktif dari hari- hari sebelumnya.

Hendery sendiri mengakui ketampanan Lucas, tubuhnya yang berotot, kaki jenjangnya, semua yang ada dalam diri Lucas hampir sempurna. Namun seharusnya hal itu tidak membuat Hendery kehilangan konsentrasi menulisnya hari ini. Ia laki-laki, Lucas pun sama. Rasa kagum hanyalah sebatas rasa kagum, tidak boleh ada rasa yang lain.

Lagipula sekarang ini, Hendery sudah tidak menginginkan siapapun masuk dalam kehidupannya. Menyusahkan saja, pikirnya. Satu lagi, pria seperti Lucas tidak mungkin melajang. Walaupun terlihat baik dan lembut pada orang lain, Hendery tetap bisa melihat sisi nakal Lucas.

Dari cara Lucas tersenyum, menaikkan sebelah alis, caranya berjalan. Hendery tahu semua itu sering dilakukan pria-pria dengan julukan playboy di luar sana. Ia tidak pernah tahu penilaiannya ini benar atau tidak, tapi jikapun benar, untuk apa Hendery peduli? Toh ia bukan perempuan, jadi Lucas tidak bisa memainkan hatinya.

"Ah, kau ini kenapa Hendery?" tanyanya pada diri sendiri sambil mengusap wajah berkali-kali.

Hendery sempat melamun cukup lama sampai ia mendengar bunyi notifikasi pesan singkat dari ponselnya. Pesan itu tidak lain tidak bukan berasal dari nomor asing.

Aku membawakanmu makanan. Bisa keluar sebentar?

Lucas. Siapa lagi kalau bukan pria itu? Awalnya Hendery tidak ingin menanggapi. Ia melempar ponselnya ke sofa di sebelahnya sesudah membaca pesan itu lalu memejamkan mata. Tidak tenang, itulah perasaannya sekarang. Ia melirik jam dinding. Pukul 7.45 malam. Kebetulan juga dirinya belum makan malam.

"Darimana kau mendapatkan nomorku?"

Lucas menjilati setiap jarinya yang terlapisi bumbu ayam goreng sebelum menjawab pertanyaan Hendery.

"Kau menuliskannya disana," balas Lucas sambil menunjuk televisi dengan dagunya.

Benar, Hendery menaruh sebuah kertas berisi nomor-nomor telepon penting di bawah televisi. Bodohnya, ia menuliskan nomornya sendiri disana. Waktu itu Lucas sempat membereskan rumahnya, wajar saja pria itu melihat lalu mengambil kesempatan untuk menyimpan nomornya.

Tadinya Hendery menaruh curiga pada Lucas. Ia mengira Lucas adalah mata-mata yang dikirim sang ayah untuk mengawasinya. Bukan tanpa alasan, semua tetangganya tidak ada yang tahu nomor ponselnya. Jadi Hendery sempat berpikir Lucas mendapatkannya dari sang ayah.

"Kau tidak suka ayam goreng?" tanya Lucas.

Hendery tidak menjawab, ia langsung mengambil potongan ayam pertamanya dan memasukkannya ke dalam mulut. Wajar saja Lucas bertanya begitu, ia sudah menghabiskan satu kotak sendiri sedangkan Hendery belum menyentuh ayamnya sama sekali.

"Aku lupa membeli soju. Padahal ayam goreng ini akan terasa lebih nikmat dengan alkohol," ucap Lucas.

Lucas menyenderkan dirinya di sofa lalu memejamkan mata. Hendery tidak menggubris setiap perkataan Lucas. Satu-satunya yang ia pedulikan saat ini adalah sofa putih miliknya.

"Jangan sampai tanganmu yang penuh bumbu itu menodai sofaku," ancam Hendery.

Lucas pun segera menegakkan duduknya lalu menjilati setiap jarinya sampai bersih. Hendery mencoba fokus pada tayangan di televisi, tapi matanya tidak bisa berhenti melirik Lucas yang sedang sibuk membersihkan jari-jarinya dengan lidahnya sendiri.

Romeo + RomeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang