Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Ryujin dan Soobin menjadi sedikit lebih dekat. Walaupun hanya saling bertukar sapa, tapi bagi Ryujin itu sudah menjadi salah satu hal baik yang terjadi di hidupnya.
Seperti hari ini, baru saja Ryujin bertukar sapa dengan Soobin yang sedang berada di gazebo fakultasnya disaat Ryujin ingin pergi kearah Café kampus dimana Yeji dan Lia sudah menunggunya. Senyum mengembang di wajah Ryujin terlihat hingga dia sampai di café tersebut, "kenapa lo?" Ryujin menggeleng pelan menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Jeno.
Jeno adalah teman Ryujin yang bekerja sebagai barista di café kampus, mereka bertemu dan menjadi akrab setelah Ryujin yang hampir setiap hari datang ke café tersebut. "Caramel latte dong, less ice ya Jen."
"Oke, gapake brownies?" tanya Jeno kepada Ryujin sedang mengambil selembar uang didompetnya, "enggak. Nanti aja." Jawab Ryujin yang dibalas anggukan oleh Jeno.
Setelah melakukan kegiatan jual-beli dengan Jeno, Ryujin melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Yeji dan Lia berada. Tempat paling pojok belakang pilar, sebelah jendela. Itulah tempat favorite mereka bertiga. Itu menjadi meja paling tidak terlihat, karena tertutupi oleh pilar dan berada di pojok. Maka dari itu jarang sekali ada yang memakai meja itu kecuali mereka bertiga.
Kini mereka bertiga telah berkumpul dan membahas apa saja yang ada, seperti perempuan pada umumnya. Membahas hal yang tidak penting, dari gossip kampus maupun dari teman lama yang beredar, make up, skincare, dan cowok. Mereka cukup lama mengobrol disana, hingga tidak sadar sepasang mata terlihat menatap kearah mereka. Tidak, cowok tersebut tidak menatap kearah mereka bertiga melainkan salah satu dari mereka bertiga.
Drrdtt drrdt
Yeji memberhentikan ceritanya sejenak disaat mendengar ponselnya berdering dan langsung mengangkatnya, "halo?" ucap Yeji pelan.
Raut muka Yeji seketika berubah, mendengar apa yang orang diseberang saja bicarakan. Ryujin dan Lia yang menyadari perubahan ekspresi Yeji menatap Yeji seakan meminta penjelasan.
Sekitar 5 menit Yeji mengobrol dengan orang tersebut, akhirnya percakapan via telepon itu diakhiri dengan helaan nafas berat Yeji. "Siapa?"
Yeji tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Lia, bahkan tidak tau kemana arah pandang Yeji sekarang. Tanpa menunggu penjelasan Yeji, Ryujin langsung mengambil ponsel Yeji yang ada di genggamannya sedikit kasar dan mencari tahu siapa orang yang barusan menelpon sahabatnya.
"Lo ada masalah apa sama kak Yeonjun?" Sekarang berganti Ryujinlah yang bertanya kepada Yeji disaat dia menemukan nama kak Yeonjun di histori telepon paling atas di ponsel Yeji. Sahabatnya itu menggeleng pelan, Ryujin tau jika Yeji tidak ingin bercerita seperti ini pasti ada apa-apa.
Tanpa banyak bicara, Ryujin mengangkat tubuhnya dan berjalan keluar dari café tersebut. Namun sebelum benar-benar pergi meninggalkan café itu Ryujin sempat mengirimkan Lia pesan untuk menjaga Yeji dan jangan pergi terlebih dahulu sebelum dia kembali. Ryujin melangkahkan kakinya kearah fakultas hukum, yang mana itu adalah fakultas asal Yeonjun.
Sesaat setelah Ryujin menginjakan kakinya di koridor utama fakultas hukum tersebut langsung disambut dengan pemandangan Yeonjun yang sedang memasukan ponselnya kedalam saku, dan berjalan kearah dimana teman-temannya berada. Ryujin yang melihat itu langsung mempercepat langkahnya untuk mengikuti Yeonjun. Disaat Yeonjun telah bergabung dengan teman-temannya, Ryujin langsung memberhentikan langkahnya.
Itu seperti seseorang yang sangat dia kenal, dengan perlahan dia berjalan kearah meja kantin yang sedang ditempati oleh Yeonjun dan teman-temannya sambil menajamkan penglihatannya. Menyadari siapa orang itu, Ryujin langsung membalikan badannya dan berhenti sejenak.
Dan disinilah perang batin terjadi antara otak dan hati seorang Shin Ryujin. Bagimana bisa dia akan melabrak seseorang didepan sang pujaan hati, bagaimana jika dia langsung ilfeel dengannya. Itulah yang ada dipikiran Ryujin sehingga ragu untuk melangkahkan kakinya kesana. Tapi dia perlu tahu masalah apa yang sudah dibuat sama Yeonjun.
Butuh waktu sedikit lama bagi Ryujin untuk menentukan jalan mana yang dia pilih, akhirnya dia memilih untuk membantu sahabatnya lebih dahulu. Hal ini dibuktikan dengan dia yang sudah sampai didepan Yeonjun dan teman-temannya. "Yeonjun, gue mau ngomong."
Yeonjun menaikan salah satu alisnya seperti sedang mengejek Ryujin. Tidak biasanya Ryujin bersikap pelan ke dia seperti saat ini, biasanya Ryujin akan langsung membentak, menendang, dan memukul dia. Ini bukanlah hal biasa buat Yeonjun. "Lo tuli apa gimana? Gue mau ngomong sama lo." Ryujin berdecak pelan.
"Tinggal ngomong disini." Jawab Yeonjun dengan muka tengilnya itu.
Ryujin yang melihat ketengilan Yeonjun mulai tidak bisa menahan amarahnya, tapi dia tidak bisa langsung mengeluarkan emosinya ketika ada pujaan hati melihat kearahnya. Akhirnya Ryujin hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan, 'sabar Jin..' ucapnya dalam hati.
"Oke kalau itu mau lo."
"Lo habis ngapain Yeji?"
Yeonjun sedikit gelapan mendengar pertanyaan Ryujin yang sepertinya Ryujin tahu sesuatu yang telah terjadi antara dia dan Yeji. "Jawab gue, Yeonjun!" geram Ryujin yang sudah tidak menunjukan wajah bersahabatnya.
Masa bodoh dengan Soobin yang ada didepannya, karena setan seperti Yeonjun tidak bisa diperlakukan secara manis untuk saat ini. "Lo lupa, lo udah janji ke gue." Ryujin terus menggertak Yeonjun untuk mengungkapkan sudah ada kejadian apa yang telah dia lewatkan.
Yeonjun menegang, dan mulai mengeluarkan suaranya "Sahabat lo yang baik hati itu, kayak jalang ngerti gak?" Ryujin terkejut mendengar apa yang telah Yeonjun katakan barusan. Dia tidak habis pikir gimana ceritanya seorang Yeonjun berbicara seperti itu tentang sahabatnya didepan dia. "Lo gak tau? Dia di anter jemput sama Jaemin." Ryujin lebih terkejut lagi mendengarnya.
Yeji? Jaemin? Sungguh Ryujin gak bisa berfikir dengan jernih sekarang, "dianter jemput bukan berarti dia selingkuh. Selingkuh bukan berarti dia jalang bego."
Plak
Ryujin mendaratkan tamparannya dengan sempurna di pipi Yeonjun, didepan Soobin dan teman-teman yang lain. Beruntung sekarang fakultas hukum sedang sepi, jadi tidak terlalu jadi tontonan yang lain. Setelah tamparan yang diberikan Ryujin, Yeonjun langsung berdiri dan mengayunkan tangannya keatas untuk memberikan tamparan balik kepada Ryujin. Tapi, sebelum tangan Yeonjun mendarat dengan sempurna di pipi Ryujin sudah ada tangan yang menahan tangan Yeonjun.
Ryujin terkejut melihat seseorang yang berada didepannya sekarang melindungi Ryujin dari Yeonjun. "Cukup bang." Yeonjun menarik tangannya kasar dan pergi meninggalkan Soobin dan Ryujin begitu saja diikuti dengan teman-temannya yang lain.
Melihat Ryujin tidak berkutik sekalipun Soobin memukul bahu Ryujin pelan untuk menyadarkan Ryujin kembali. Merasakan bahunya dipukul pelan, Ryujin mengerjapkan matanya gugup dan mundur beberapa senti dari Soobin. Melihat Ryujin yang memundurkan sedikit badannya, membuat Soobin memegang tangannya lembut.
"Gak papa?" tanya Soobin dengan tetap memegang tangan Ryujin lembut, Ryujin mengangguk pelan dan tersenyum menandakan bahwa dia baik-baik saja. Ryujin menarik pelan tangannya gugup, dan pergi meninggalkan Soobin begitu saja.
"Ryu!" teriakan Soobin cukup membuat Ryujin memberhentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya menghadap Soobin yang sudah lumayan jauh dari tempat dia berdiri. Melihat Ryujin berhenti, Soobin tersenyum dan berlari pelan kearah Ryujin.
"Kok kabur?" Ryujin makin gugup setelah mendengar perkataan lembut Soobin, dia tidak pernah mengharapkan kejadian seperti ini sebelumnya. Bukankah ini terlalu berlebihan untuk Ryujin? Tapi bagaimanapun dia sangat beruntung hari ini dan sangat menyukainya.
"Ha? Hng anu, kebelet pipis." Setelah mengatakan hal bodoh seperti itu Ryujin berlari keluar meninggalkan fakultas itu dan menuju kearah café dimana teman-temannya masi menunggunya.
Soobin yang melihat sikap Ryujin tadi tertawa pelan, "ada ya orang lucu kayak gitu."
