Aku masih tak percaya harus menjalani kisah ini. Takdir? Ya, mungkin ini memang skenario dari Sang Mahakuasa. Dari mana aku harus memulai kisah ini. Sebelum mengenalmu, aku merasa baik-baik saja. Walau hatiku sepi dan sedang mencari pengisinya.
Aku tak akan menghakimi dirimu. Aku juga enggan menyalahkan hatiku. Diam-diam hati ini gembira ketika memikirkanmu. Sejak kapan? Aku bertanya pada diriku. Sejak kapan rasa ini memulai tumbuh dalam hati. Bahkan aku pun tak menaruh benih di sana. Apakah ini rasanya cinta? Ah, aku hanya sebatas mengagumimu.
Kian hari makin tumbuh rasaku ini. Tersirami dengan perilakumu. Makin tambah hari makin tampak jelas siapa kamu. Dari sisi jalan pikiranmu maupun kepandaianmu yang setiap saat kamu tunjukkan. Membuat rasa ini makin tumbuh. Apa salah aku mengagumimu? Itu pun aku hanya mengikutimu lewat media Online. Bagaimana jadinya jika kamu di depanku? Melihatmu bertutur kata dengan lembut. Di sela dengan senyum manismu. Aku pun taktahu seperti apa parasmu? Seperti apa indahnya bola matamu, senyumanmu, tutur katamu. Foto profilmu yang tidak menampakan wajahmu, membuatku semakin tertarik denganmu. Itu membuktikan bahwa kamu wanita yang mampu menjaga diri kamu. Wanita yang mempunyai malu. Dan aku suka itu. Semoga dugaanku benar. Karena aku yakin. Getaran rasa ini seperti memberitahu semua itu.
Lewat media Online itu aku yakin bahwa kamu orang baik dan istimewa. Dari bahasa pesanmu selalu lembut menyentuh kalbu. Entah apa yang membuatku seyakin itu. Seperti kamu gambarkan senyuman lewat bahasa pesanmu. Aku dapat merasakan itu.
Sekali lagi aku coba menyadarkan diri. Merenungi rasa ini. Sepertinya tak pantas aku memiliki rasa ini. Tak sebanding rasanya jika aku menaruh rasa padamu. Lancang sekali. Saat aku sadar siapalah aku ini. Jika diibaratkan, aku bumi dan kamu semesta. Pantaskah rasaku ini? Namun, bukankah setiap manusia berhak untuk memiliki rasa buat siapa saja.
Bahagia sekali hati ini setiap kali berbalas pesan dalam satu grup denganmu. Walaupun hanya canda, aku bisa merasakan kamu tersenyum di sana. Saat ini aku masih menyembunyikan rasaku. Sesekali ingin aku mengirim pesan pribadi kepadamu. Sekedar bertanya kabar? Bukan, mana mungkin aku langsung menunjukkan rasaku. Seperti memberi perhatian padamu. Walaupun sebenarnya memang aku memperhatikanmu. Melalui update statusmu, bahkan aku tahu sesekali tubuhmu sedang dalam kondisi tidak baik. Ya, tanpa kamu tahu. Telah aku panjatkan doa untuk kesehatan dan juga kelancaran segala urusanmu.
Mengapa seperti ini kisahku? Aku yang sudah lama tak menaruh hati kepada wanita. Dengan sebentar saja mengenalmu bisa menumbuhkan rasa yang sedalam ini. Aku takut rasa ini tak tersampaikan. Membuatku gagal lagi membangun sebuah hubungan. Seperti halnya yang sudah-sudah aku lewati kemarin. Meninggalkan trauma mendekam dalam hati. Namun sejak mengenalmu waktu itu, mampu menepis trauma dalam hatiku. Kamu seperti tabib yang selama ini aku cari. Apakah kamu jawaban dari doaku selama ini? Seorang yang dikirim Tuhan untuk tempatku berlabuh. Mungkinkah kita bersatu dalam satu ikatan nantinya, siapa yang tahu? Siapa yang tahu ujung kisah ini. Bahkan aku baru memulainya.
Sedangkan kita terpisah jarak yang sangat jauh. Kalau diberi pilihan oleh Tuhanku. Aku lebih memilih untuk lahir dekat dengan kota asalmu. Tapi mana mungkin kita bisa meminta seperti itu bukan. Semua sudah kuasa Tuhan. Sama seperti rasaku padamu ini. Akankah menjadi kisah yang indah atau hanya menambah daftar luka baru dalam hati.
Tampaknya harapku sudah terlalu jauh. Bahkan untuk aku yang belum sepenuhnya tahu tentang kamu. Asal usulmu, orang tuamu maupun keluargamu. Sebagian orang mempermasalahkan semua itu. Tapi tidak dengan rasaku ini. Mengapa? Kalau dengan mengenalmu yang hanya melalui media online saja aku bisa yakin sedalam palung samudra. Lantas untuk apa aku mempermasalahkan semua itu. Rasa cinta memang terkadang membuat kita buta. Aku yang semula ragu dengan rasa ini dan sadar siapalah aku ini. Tak sebanding bila diukur dengan apa pun melawan kamu. Namun, rasaku ini tidak berpikir tentang semua itu. Tidak menjadikan penghalang untuk terus bertahan menyimpan rasa ini. Bukankah di hadapan Tuhan semua sama? Aku yakin kamu setuju denganku kali ini. Dan itu yang aku yakini selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk perempuan di balik inspirasiku
RomanceMungkin kisah ini adalah salah satu cara Tuhan menjawab doa-doaku. Dengan mengenalmu, sudah banyak sekali pengetahuan yang aku pelajari darimu. mulanya hanya itu. Aku ingin belajar tentang duniamu. Namun tanpa sadar mulai muncul rasa suka kepada kam...