Hari ini kamu berhasil mengacak-acak pikiranku. Mengusik isi kepala dan membuatku tidak mengerjakan apapun selain memikirkanmu. Bukan aku menyalahkan kamu. Aku sudah berjanji untuk itu. Hanya saja akhir-akhir ini kamu selalu hadir lebih rutin dari biasanya. Apa sebabnya? Aku mencari dengan kembali membuka sebuah grup diskusi tempat kamu, aku dan teman lainnya bersapa canda. Mencoba membaca seluruh pesan dari awal saat kita belum kenal satu sama lain. Ternyata sudah ribuan pesan yang aku lewati untuk menemukan apa yang aku cari. Sayangnya aku tidak menemukan apa yang aku cari itu.
Seingatku, kamu Adalah orang yang sangat mudah bergaul, menemukan teman dan punya karisma. Terbukti dengan teman-teman sangat nyaman berbalas pesan denganmu. Begitu juga denganku yang ingin tahu banyak hal tentang seorang yang sudah menjadi inspirasi banyak orang. Ya, ternyata bukan hanya aku yang menjadikanmu inspirasi. Aku tidak lebih orang baru yang coba menyela kesibukanmu. Di luar sana pasti banyak penggemarmu yang menanti pengetahuanmu. Atau bahkan hanya sekedar menanti balasan pesanmu. Aku kembali teringat saat aku ingin mengenalmu. Saat itu aku pertama kali mengirimkan pesan pribadi padamu. Pertama kali juga aku mencoba mencari perhatianmu.
Sebuah puisi, buah karyaku yang kukirimkan saat itu. Entah kamu menyebutnya puisi atau apa. Bagiku itu adalah puisi. Aku memang masih sangat awam dalam dunia literasi. Beda dengan kamu yang sudah menghasilkan banyak karya. Namun, aku juga belum membaca karyamu. Tapi aku pasti akan membaca karyamu suatu saat nanti.
Oh, iya. Tentang pesan pertamaku yang isinya puisi itu, ternyata kamu tidak langsung membacanya. Parahnya kamu juga tidak menyadari pesanku itu. Tidak mengapa. Aku lebih memilih menunggu balasan daripada menuntut untuk segera membalas pesanku. Entah kamu menganggapnya angin lalu dan membiarkan pesanku tenggelam bertumpuk dengan ribuan pesan penting yang menyibukkanmu. Saat itu aku tak berharap banyak padamu. Aku sadar belum menjadi bagian dari segala kepentingan dan kesibukanmu.
Lama sekali pesanku hanya berwarna centang abu. Aku rutin menengoknya, berharap berubah centang biru. Dan masuk notifikasi pesan darimu. Sayang, kamu belum menyadari ada pesanku yang belum kamu baca. Sedangkan kamu sesekali muncul berbalas pesan dalam grup. Kamu aktif di sana. Lalu bagaimana dengan pesanku yang masih kamu abaikan. Ingin rasanya aku kembali mengirim sebuah pesan kedua, tapi biarlah pesanku kali ini terbengkalai di urutan paling bawah dari daftar pesanmu. Sampai kamu menyadarinya. Walaupun kemungkinannya kecil sekali.
Memang rasanya aku sedikit egois. Aku yang hanya tahu jika kamu orang -yang sangat- sibuk tanpa tahu apa persisnya kesibukanmu. Dan dengan seenaknya aku mengirim pesan yang tak penting bagimu. Pantas saja jika pesanku kamu abaikan. Namun, aku tak ingin menyerah begitu saja untuk mengenalmu lebih jauh. Setidaknya akan kucoba lain hari untuk mengirim pesan kepadamu. Di luar sana pasti banyak juga laki-laki yang ingin mengenalmu lebih dari seorang teman. Sejak saat itu aku memikirkan bagaimana pesanku bisa terbalas olehmu. Ya. Sekedar balasan pesan. Bagiku seperti embusan angin yang menerpa tubuh kala gerah melanda.
Akhirnya, notifikasi pesan yang aku nantikan datang. Saat aku sudah tak mengharapkan balas pesan itu. Seperti sebuah cahaya di ujung kegelapan. Seperti ada bisikan yang memberitahu bahwa pesanku belum terbalas. Kali ini Tuhan berpihak padaku dengan mengarahkan jemari dan hatimu untuk membalas pesanku. Bahkan itu adalah pesanmu yang pertama kali masuk lewat jalur pribadi. Senang rasanya pesanku dibalas orang sibuk sepertimu. Di dalam pesan itu kamu sampaikan permohonan maaf karena baru sadar dan membalas pesanku.
Lucunya, kenapa kamu meminta maaf padaku? Baik sekali. Kesadaranmu atas kesalahan sangatlah peka. Walaupun aku tidak mepedulikan itu. Sejujurnya hatiku geram saat itu. Namun, Biar saja. Aku bukan tipe orang yang suka berdebat hanya masalah sepele. Asal kamu tahu, aku ini tipe orang yang cuek. He he.Selanjutnya kamu kirimkan pesan lagi yang isinya nama kamu. Dan namamu adalah .... Aa, Ingin rasanya menyebut dan menuliskan sebuah nama dalam tulisan ini. Tetapi aku rasa belum saatnya. Sebenarnya aku sudah tahu sejak kamu populer dalam diskusi grup itu. Aku hanya mengiyakan dan aku balas dengan namaku sebagai perkenalan diri. Sejak saat itu aku tambahkan nomormu ke dalam daftar kontak favorit setelah aku menyimpannya.
Dan akhirnya aku berhasil mengenalmu. Meski dari saat itu aku belum lagi mengirim pesan pribadi kepadamu. Kita juga belum intens berbalas pesan secara pribadi. Aku sungkan mengganggu kesibukanmu dengan pesanku. Aku biarkan kamu menyibukkan diri seperti biasanya. Sebelum kamu mengenalku. Meski begitu aku sudah senang bisa mengenalmu. Aku berharap nanti kita bisa berbalas pesan secara intens. Entah bagaimana caranya. Namun aku mengharapkan itu.
*****
Terima kasih kepada semua yang sudah membaca cerita ini. Mohon maaf jika masih banyak kesalahan dalam semua tulisanku. Silakan beri kritik dan saran.
Nantikan cerita selanjutnya. 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk perempuan di balik inspirasiku
RomansMungkin kisah ini adalah salah satu cara Tuhan menjawab doa-doaku. Dengan mengenalmu, sudah banyak sekali pengetahuan yang aku pelajari darimu. mulanya hanya itu. Aku ingin belajar tentang duniamu. Namun tanpa sadar mulai muncul rasa suka kepada kam...