Chapter 10 : Keluarga

985 116 55
                                    

"Kakak?" Aku sedikit kaget mendengar suara lelaki dari belakangku, aku terdiam sesaat karena merasa mengenali suara itu.

Aku menengok kebelakang, mendapati sosok Eren dan perempuan yang menemaninya waktu pertama kali bertemu.

Karena Reflek, aku berdiri dengan terburu-buru.

"..Eren?" Panggilku pelan kebingungan.

Kenapa Eren juga ada di sini? Dan perempuan itu?

Sepertinya ini bukan sekedar kebetulan.

Eren berjalan mendekat kearahku, tetapi perempuan yang bersamanya berjalan ke arah lain.

Perempuan itu berjalan ke arah seoarang gadis kecil berambut pirang yang memakai baju lusuh dan kotor, gadis kecil itu membawa-bawa ember kayu kecil.

Aku terlalu fokus melihat perempuan dan gadis kecil itu berinteraksi sampai tidak sadar Eren ternyata sudah ada di sampingku.

"Perempuan itu namanya (y/n) kak." Ucap Eren seakan memberi jawaban dari pertanyaan yang terlihat dalam tatapanku.

"Oh begitu." Jawabku bingung ingin merespon apa, aku menggaruk kecil daerah belakang kupingku karena gugup.

"Kenapa kamu bisa ada disini Eren? Apa ini mimpi?" Tanyaku pada Eren bingung karena ini adalah situasi yang tidak biasa.

"Hmm ini bukan mimpi, tapi kenyataan. Kita berada di tempat yang bernama Path. Tempat ini menghubungkan seluruh bangsa Eldia yang ada di muka bumi ini. (y/n) yang memanggilmu kesini. Sebaiknya kita menunggu dia selesai berbicara dengan ibunya untuk mendengarkan penjelasan darinya." Jelas Eren panjang lebar sambil tersenyum kepadaku.

Mendengar penjelasan Eren mengingatkanku kepada Pak Ksaver, pemilik Beast Titan sebelumnya.

Dia sempat bilang kalau Bangsa Eldia saling terhubung satu sama lain. Mungkin yang ia maksud adalah tempat ini.

Ternyata penilitiannya selama ini benar ada..

Aku rindu denganmu, Ayah.

"Pakaian yang bagus. Itu cocok denganmu kak." Ucap Eren sambil tertawa kecil melihatku.

Setiap kali mendengar Eren memanggilku kakak, rasanya hatiku menjadi hangat dan airmataku ingin mengalir keluar tanpa izin.

"Terimakasih pujiannya Eren. Jika kamu mau celana ini masih ada banyak dirumahku. Berkunjunglah, nanti aku kasih beberapa jika kamu mau." Ucapku sambil mengusap pelan kedua mataku, menghapus air mata yang nyaris keluar.

Eren tertawa, "Tidak, Terimakasih."

"Aku senang bisa bertemu denganmu dan berbicara seperti ini kak." Lanjut Eren sambil tersenyum.

Matanya yang hijau berkilau seperti permata yang indah menatap langsung kedalam mataku.

Aku hanya bisa terdiam mendengarnya, rasanya hatiku hangat tapi sakit? Apa perasaan ini yang selama ini aku cari? Kasih sayang keluarga yang sebenarnya?

"Eren, jika kita berpelukan disini apa kekuatan kita akan aktif?"

"Kurasa tidak." Jawab Eren sambil membentangkan tangannya, menerima izinku untuk memeluknya.

Aku memeluk Adik-ku erat lalu Eren memelukku balik. Aku menutup mataku, menikmati tiap detik yang berlalu.

Apa berlebihan jika aku berharap bisa terus memiliki hubungan yang baik dengan Adik-ku satu-satunya?

Sudah tidak tertahan lagi, air mataku mengalir menghangatkan pipiku yang dingin.

Eren melepas peluknya perlahan, kali ini aku mengusap kasar kedua mataku dengan terburu-buru, agar Eren tidak melihat tangisanku.

Masa iya baru ketemu udah nangis aja? Aku akan dianggap kakak yang payah olehnya.

"Kakak, kamu menangis?" Tanya Eren sambil tertawa kecil, tetapi Eren juga meneteskan air mata dari kedua matanya.

"Enggak." Jawabku langsung dengan tegas, masih sambil mengusap kedua mataku.

"Aku juga senang bertemu denganmu lagi Eren." Lanjutku lalu tersenyum yang di balas senyum juga oleh Eren.

Eren lalu memalingkan wajahnya ke arah lain, lalu aku melihat kemana arah matanya memandang.

Ternyata (y/n) sedang berdiri melihat kita berdua tidak jauh dari tempat Aku dan Eren berdiri.

Matanya yang indah melebar memandang ke arahku, saat sadar kita berkunci pandang, ia memalingkan wajahnya yang merah padam.

Itu reaksi yang wajar saat melihat dua pria dewasa saling berpelukan lalu menangis berdua.

Kulihat dia tiba-tiba melepas sweater coklatnya, memperlihatkan lekukan badannya yang jelas dalam balutan kain putih yang ia kenakan, kulit tangannya yang mulus serta garis leher yang menggoda.

Dia berjalan mendekat sambil menunduk, tanpa melihat kearahku.

Aku akui pemandangan barusan agak canggung untuk dilihat, tapi apa aku semenjijikkan itu sampai dia tidak ingin melihat diriku yang tampan ini?

Saat sampai di hadapanku, (y/n) memberiku sweater coklatnya. Lalu aku sadar, selama ini aku hanya mengenakan boxer pendek, astaga malunya.

"M-maaf." Ucapku reflek mengambil sweaternya untuk menutupi bagian bawahku. Wajahku memerah karena malu.

"Tidak apa-apa, aku menikmati pemandangannya." Ucap (y/n) tanpa basa-basi, membuat jantungku berhenti karena mendengarnya.

Eren tertawa kencang menyaksikan interaksiku dan (y/n) barusan.

"Kalian serasi." Ucap Eren sambil menghapus airmata dari matanya karena tawa kencangnya barusan.

"Terima kasih." Jawab (y/n) sambil tersenyum kepada Eren, lalu melihat ke arahku.

"Aku senang kamu menikmatinya (y/n)." Ucapku sambil tersenyum, membalas kalimatnya tadi sambil mengabaikan ucapan Eren. (y/n) menatapku malu-malu.

Pipinya merah seperti buah apel yang matang dan manis, membuatku ingin menggigitnya.

(y/n) jelas menaruh perasaan kepadaku, tapi dia sangat blak-blakan dan tidak menolak perasaan itu sama sekali.

Biasanya aku akan merasa ilfil dan tidak nyaman, tapi menurutku (y/n) lucu dan aku tidak keberatan dengannya.

Kusimpulkan bahwa dia jatuh cinta pada saat kali pertama kita ketemu waktu itu.

"Romantis sekali, jatuh cinta pada pandangan pertama." Gumamku pelan tanpa sengaja mengeluarkan isi pikiranku.

"Ah.. tentang itu.. Boleh aku menyentuhmu Zeke?" Tanya (y/n) dengan wajah polosnya. Sekali lagi jantungku ingin copot rasanya.

"Aku tau diriku terlalu tampan hingga kamu tidak bisa menahannya, kamu juga menyukaiku dengan tulus, tapi kurasa ini terlalu cepat, (y/n)." Tolakku dengan nada sedih.

Eren yang sedang diam jadi tertawa lagi.

"Kak, dia ingin menyentuhmu bukan untuk itu. Melainkan, dia ingin memperlihatkan ingatannya kepadamu." Jelas Eren, membantu meluruskan kesalah pahaman yang sedang terjadi dihadapannya.

Mataku bolak-balik melihat ke arah Eren dan (y/n) yang menunduk malu, rona kemerahan sekarang mencapai telinganya.

"...Sekali lagi, aku minta maaf (y/n)." Ucapku malu sambil menutup wajahku dengan telapak tanganku agar mereka berdua tidak melihat ekspresi wajahku.

Biasanya aku tidak segugup ini dan bisa mempertahankan sikap yang tenang saat bersama orang lain, tapi entah kenapa di depan mereka berdua aku menjadi lebih santai dari pada biasanya.

(Y/n) menggelengkan kepalanya pelan, perbedaan tinggi badanku dengannya yang jauh lebih pendek daripadaku membuatnya terlihat jauh lebih imut dan rapuh.

Aku mengulurkan tangan yang tadinya menutupi wajahku ke (y/n) untuk membiarkan dia menyentuhnya.

(Y/n) meraih uluran tanganku, saat kami berdua bersentuh, aku merasa seperti aliran listrik mengalir ke sekujur badanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Connection (Zeke Yeager x Reader x Levi Ackerman)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang