| 5 | Tekanan bagi Rossa ◡̈

137 51 36
                                    

"Mengahalakan segala cara untuk sebuah tujuan dengan melalui hal kotor, bukanlah sebuah kebenaran."

°°°

Suara dari Pak Abraham selaku guru Fisika terhenti seketika, karena ada suara pengumuman dari speaker sekolah.

"Selamat sore. Mohon perhatian, maap mengganggu waktu belajar kalian, diberitahukan bahwa besok setelah pulang sekolah, akan dilaksanakan pengetesan seleksi untuk peserta lomba Matematika tingkat nasional, untuk itu harap kepada siswa/i yang berminat, harap menyiapkan diri. Sekian, terimakasih."

"Baik anak-anak, apakah dari kelas ini yang berminat untuk mengikuti lomba matematika?" tanya Pak Abraham, sambil mengedarkan pandangannya ke semua muridnya.

Dengan semangat, Rossa langsung mengacungkan tangannya.

"Bagus Rossa, yang lainnya?" tanya Pak Abraham lag. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Naya mengangkat tangannya.

"Sip Naya, ayo yang lainnya mana, apa sudah tidak ada yang minat lagi? Ini kesempatan besar loh, hadiahnya juga lumayan, yakin nih gak mau?" jelas Pak Abraham panjang kali lebar. Disengaja atau tidak, semua murid kecuali Naya dan Rossa, menggelengkan keras kepalanya. Apalagi bagi Langit, matematika sudah seperti neraka, sama-sama identik dengan api dan panas. Ketika belajar matematika, maka langit merasa bahwa otaknya terbakar, terasa panas.

Mendengar Naya mengajukan dirinya untuk ikut dalam pengetesan, membuat kemarahan Rossa seketika memuncak, "lihat aja, cih!" geram Rossa.

Kringgg!

"Baik anak-anak, karna baru saja bel pulang berbunyi, untuk itu bapak akhiri pertemuan kali ini, untuk PR kalian kerjakan so'al latihan di halaman 26, PR dikumpulkan Minggu depan. Ingat! Kerjakan tugasnya, jangan sampai lupa." Setelah mengucapkan itu, Pak Abraham lalu keluar dari kelas 12 IPA 2.

"Bacot!" umpat Langit, setelah itu ia langsung bergegas untuk pulang. Hoho sekolah memang membosankan.

Disisi lain, Naya membereskan semua alat tulisnya, lalu ia masukan ke dalam tas lusuhnya itu.

Hari ini Naya merasa sedikit tenang, karena Rossa dan yang lainnya tidak menganggunya. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama, karna pada saat Naya sampai di depan pintu kelas, tiba-tiba saja ada yang menarik keras tangan Naya.

Melihat orang yang menyeretnya, lantas membuat Naya sedikit ketakutan, ia takut kalau orang yang satu ini akan menghalangi keinginannya.

Brukk!

Punggung Naya membentur keras dinding koridor yang nampak sepi, "aww." Naya meringis pelan.

"Mau caper lo?" tanya Rossa sambil mencengkram kuat pipi Naya.

Kurang paham akan ucapan Rossa, lantas membuat dahi Naya berkenyit antara bingung dan menahan rasa sakit, "maksud?"

Merasa kesal akan Naya, lantas Rossa semakin kuat mencengkram pipi Naya, yang membuat ringisan kesakitan kembali terdengar.

"Juara aja pararel 1, tapi lemot! Kenapa lo ikut seleksi sih?" geram Rossa, lalu menghempaskan wajah Naya kesamping.

"Buat bayar SPP Ros," cicit Naya pelan.

Mendengar alasan Naya, membuat Rossa berdecih, "miskin emang, cuman buat bayar SPP? Gampang, biar gue yang bayar SPP lo, tapi dengan syarat lo harus mengundurkan diri buat seleksi besok!"

Naya lantas menggeleng keras, "enggak Rossa, gue gak mau ngerepotin lo," ujar Naya.

"Salah anjing! Justru dengan lo ikut seleksi lo baru bakal ngerepotin gue!" Rossa mendorong dahi Naya menggunakan telunjuknya.

BUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang