"Semuanya terlihat sama, diam atau pun tidak, aku selalu salah."
°°°
Pagi sekali, Naya sudah sampai disekolah. Naya sengaja ke sekolah pagi sekali karena Naya harus melaksanakan piket kelasnya.
Naya melengkungkan senyuman manisnya. Dia merasa damai sekarang.
Sambil terus melangkah menuju kelasnya, Naya sempat melirik ke arah Mading, dan disana terlihat ada brosur pendaftaran pemilihan perwakilan lomba olimpiade Matematika untuk tingkat nasional.
"Waw, gue harus ikut!" ujarnya sambil menatap binar ke arah Mading. Bukan tanpa alasan Naya ingin mengikuti pemilihan calon peserta olimpiade untuk mewakili sekolahnya, alasannya selain menambah pengalaman ia juga sempat tergiur akan tulisan di bagian bawah brosur, yang tertulis siapa saja yang mewakili sekolahnya lalu memenangkan olimpiade matematika tingkat nasional itu, maka dia akan mendapatkan hadiah dari pihak sekolah yaitu berupa gratis bayar SPP selama 6 bulan atau setara dengan satu semester.
Setelah melihat mading itu, Naya segera bergegas menuju kelasnya. Sesampainya di kelas, Naya langsung menyimpan tasnya, lalu mengambil sapu untuk membersihkan kelas.
Oh betapa damainya Naya sekarang, seandainya setiap saat dia hanya sendirian di sekolah mungkin ia akan selalu mendapatkan kedamaian, tapi itu tetaplah hal yang sangat tidak mungkin terjadi, karena sekolah adalah tempat umum, mana ada sekolah yang berpenghuni satu orang? Iya kan?
Sambil sesekali bersenandung ria, Naya melanjutkan acara menyapunya, namun pada saat sampai dekat pintu, Naya menghentikan aktivitas menyapunya karna ada kaki seseorang yang ada tepat di depan nya.
Terlihat disana, sepatu hitam dengan sedikit warna abu-abu tua di bagian bawahnya, melihat tidak ada pergerakan dari orang di depan nya, lantas Naya mulai menaikan pandangannya.
Deg!
Bagai tersambar petir di siang bolong, Naya sedikit terkejut akan orang yang ada dihadapannya kini. Kembali menormalkan ekspresi wajahnya, lantas Naya kembali melanjutkan menyapunya, tanpa menghiraukan keadaan orang itu.
"Cocok sih, pagi-pagi udah jadi babu aja," ujar Langit, lalu berjalan menuju bangkunya.
Mendengar ucapan Langit, Naya sedikit kesal, namun apa boleh buat, ia tidak mau membuat keributan.
Langit itu tampan, namun sayang semua kelakuannya bernilai minus, itu yang ada di benak Naya. Luarnya saja berlian namun isinya sampah.
Tak lama setelah itu, para siswa/siswi mulai berdatangan masuk ke kelas. Jam menunjukkan pukul 07.10 pertanda bel masuk akan berbunyi lima menit lagi.
Tak ingin membuang waktu, Naya mulai mengeluarkan buku Biologinya, "biologi ada tugas gak sih?" batin Naya, mencoba mengingat-ingat akan tugas biologinya. Bagai ada lampu kuning yang menyala terang di atas kepalanya, akhirnya Naya mengingat apa tugas pelajaran biologi dan dia sudah mengerjakannya, lalu pada pertemuan kali ini Naya akan melakukan presentasi.
Bu Tika guru Biologi kelas 12 IPA 2, dia terkenal akan ketegasannya, dia tidak segan-segan untuk menghukum setiap muridnya yang melakukan pelanggaran, seperti tidak mengerjakan tugas, tidak memakai pakaian yang rapi, dan lainnya.
Presentasi tiap kelompok murid terus berlanjut, sampai tiba sekarang saatnya kelompok Naya. Kelompok Naya terdiri dari si licik Rossa dan Nindi, sahabatnya Rossa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA
Novela JuvenilPLAK!!! Suara tamparan keras yang menghantam pipi seorang gadis yang tengah meringkuk di atas dinginnya lantai toilet. Gadis itu tak melawan, dia hanya diam sambil menatap nanar pada lantai, dia Naya Rivera. "ANJ**G! gak guna lo!" maki seorang siswi...