Happy Reading All <3
°°°
"Terkadang seseorang memanfaatkan kelemahan orang lain hanya untuk keuntungan dan kebahagiaan semata."
°°°
"Bangsat!" umpat Langit saat melihat kedua temannya sudah ngacir duluan.
"Toloong." Suara lirih itu kembali itu kembali terdengar. Ingin meninggalkan namun Langit masih ragu, terlalu bodoh untuk mengakui bahwa yang ada didalam gudang adalah hantu seperti yang dipikirkan oleh kedua temannya itu.
Langit lantas melihat kearah bagian kunci pintu dan disana terlihat bahwa pintu sudah digembok.
"Ada orang didalam?" tanya Langit kembali memastikan.
"Iya, to-long," lirih wanita itu.
Mendengar jawaban itu, tak tunggu lama Langit langsung meluncur untuk menemui Bapak penjaga, karena beliau pasti mempunyai semua kunci ruangan.
Ruang demi ruang sudah Langit lewati dan akhirnya ia menemukan Bapak itu.
"Pak, saya minta kunci gudang boleh?" tanya Langit disertai dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
"Buat apa hah? Mau ngerokok?" Curiga Pak Udin, pasalnya ia sudah sering menemukan murid yang ketahuan merokok di sekitaran gudang.
"Aduh Pak, jangan suudzon dulu, ini kondisinya genting Pak, ada orang yang kekunci di gudang pak!" ucap Langit bercampur kesal karena tak habis pikir akan pola pikir Pak Udin.
"Hah?! Serius kamu? Yaudah atuh kenapa gak bilang dari tadi!" ujar Pak Udin, lalu Pak Udin berjalan tergesa agar cepat sampai ke gudang. Sedangkan Langit yang masih cengo mulai tersadar, "kok gue jadi disalahin sih?" Langit lalu mengejar Pak Udin yang sudah sedikit jauh darinya.
Setelah sampai didepan pintu gudang, tak tunggu lama, Pak Udin segera membuka pintu gudang dengan pelan, takutnya orang yang berada di gudang itu berada tepat dibalik pintu.
Pintu Gudang terbuka, nampak gadis yang terlihat sangat mengenaskan. Gadis itu meringkuk di lantai kotor dan lembap gudang. Dengan kondisi kening yang mengeluarkan darah akibat terhantuk paku, ditambah lagi dengan darah di sudut bibirnya, miris.
Pak Udin nampak masih shok akan keadaan gadis itu, pasalnya setelah hampir 5 tahun bekerja di SMA Antariksa, ia baru sekarang melihat ada kejadian di gudang yang semengerikan ini, biasanya Pak Udin hanya akan menemukan murid yang sedang merokok dan membolos.
"Nay," panggil Langit, sambil mengguncang tubuh Naya, mencoba untuk membangunkannya.
"Shhh," rintih Naya, karna guncangan Langit terlalu keras, Langit emang tak berperasaan.
"Bangun." Langit memegang kedua bahu Naya, lalu mencoba mendudukkan Naya.
"Pulang!" Setelah mengucapkan itu Langit kembali berdiri tanpa mau membantu Naya untuk berdiri.
"Hayu neng." Pak Udin lalu membantu Naya untuk berdiri. Naya lantas berpegangan pada tangan Pak Udin, bukan apa-apa, tapi Naya sungguh lemas dengan kondisi badannya sekarang. Apalagi rasa pening dari kepalanya semakin terasa.
Melihat itu entah apa Langit menjadi tak karuan, "biar Langit aja Pak." Langit lalu memegang kedua bahu Naya, lalu mengalungkan sebelah tangan Naya kelehernya.
"Gak usah," cicit Naya, merasa tidak enak atas kelakuan Langit.
"Sok kuat lo!" Langit memapah Naya, namun pada saat dekat pintu gudang Langit menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Pak Udin, "makasih Pak." Setelah mengucapkan itu, Langit kembali melanjutkan langkahnya, membawa Naya ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMANTARA
Teen FictionPLAK!!! Suara tamparan keras yang menghantam pipi seorang gadis yang tengah meringkuk di atas dinginnya lantai toilet. Gadis itu tak melawan, dia hanya diam sambil menatap nanar pada lantai, dia Naya Rivera. "ANJ**G! gak guna lo!" maki seorang siswi...