"Suruh mereka keluar, sekarang!" titah Malik kepada Lea. Jari telunjuknya mengarah ke arah luar jendela kamar. Sorot matanya tajam, tidak berkedip sedikitpun dan Malik benar-benar marah saat ini. Kali pertama untuk Lea, melihat kemarahan Malik Hakim.
"Tapi,-"
"Kamu benar-benar keterlaluan, Lea!" kini jari telunjuk Malik berpindah menunjuk tepat di depan hidung Lea. Suaranya tertahan geram, sebelah tangannya berkacak pinggang. "Bisa-bisanya kamu mengundang laki-laki masuk ke dalam rumah ini." sambungnya, lalu berbalik arah dengan frustasi.
"Tapi aku sudah ijin sama kamu semalam, Lik, kalau hari ini ada syut,-"
"Kamu bilang bahwa akan ada beberapa pria yang datang dan masuk ke dalam rumah kita? Enggak, kan!" Malik, menyela "Aku lagi enggak ada dirumah, Le, dan kamu seenaknya memasukkan beberapa pria ke dalam rumah ini."
"Ada Anantha juga kok, Lik." Lea masih mencoba membela diri,
Malik kembali menatapnya dengan geram. Ia maju beberapa langkah kembali ke hadapan Lea, dan bersiap menghakimi. "Kamu bilang penilaianku sama kamu itu rendah, tapi buktinya hal sepele seperti ini saja kamu bahkan tidak tahu. Tidak boleh memasukkan pria lain kerumah disaat suami kamu itu tidak ada. Paham, kamu!" suara Malik meninggi, membuat Lea menutup matanya spontan karena terkejut.
"Mau kamu yang usir mereka atau aku yang keluar dan mengusir mereka dari sini?" lanjut Malik, berapi-api.
Lea, menelan ludah dan menahan getaran di tubuhnya karena rasa takut. "Biar aku," sahutnya pelan, dan berjalan tehuyung keluar kamar.
Baru 5 hari mereka menempati rumah baru yang dibeli Malik secara kredit bank syariah. Masalah pertama pun timbul. Susah Payah Lea menjelaskan kepada Anantha dan kru lain untuk kembali pulang dan merapikan semua alat yang sudah terpasang. Anantha, tahu bahwa ada yang tidak beres pada sahabatnya itu.
"Kalian rebut?" tanyanya.
Lea, membuang wajah ke samping menghapus airmata dengan cepat.
"Perlu Gue bawa Sakura keluar sebentar sampai urusan kalian berdua reda?"
Lea, mengangguk pelan. Anantha pun merayu Sakura untuk ikut bersamanya keluar ketika semua kru pria telah pergi dari rumah itu. Hari ini Lea, ada beberapa syuting endorse untuk beberapa produk, karena hampir 2 minggu ia mangkir dari jadwal yang seharusnya. Ia sibuk membantu menata rumah Malik Hakim.
"Kamu memang ijin semalam, tapi penjelasan kamu itu tidak lengkap. Andai aku tahu bahwa ada pria yang akan datang, tentu tidak akan aku beri ijin Le." Malik Hakim, sudah lebih tenang sekarang. Pria itu menghampiri Lea ke teras rumah.
"Aku sudah bekerja sama dengan mereka hampir 5 tahun Lik, enggak ada apa-apa. Lagipula ada Anantha juga,"
Malik menghembuskan nafas panjang. Sulit sekali rasanya memberitahu Lea mana yang tidak boleh dilakukan. "Antara pria dan wanita yang bukan mahramnya itu bisa menimbulkan fitnah, Le. Berapa lama pun kalian berteman. Aku juga mau minta kamu berhenti jadi model iklan,"
Lea, seketika menatap Malik dengan marah. Ia bangkit dan menghentakkan kakinya ke lantai. Dengan suara yang mulai tinggi Lea mengatakan "Sudah cukup yah kamu ngatur-ngatur aku selama ini. Kamu enggak berhak,-"
"Aku berhak!" sela Malik, "Aku berhak atas semua hidup kamu. Aku berhak mengatur-ngatur kamu." Balas Malik tidak mau kalah. "Aku itu suami kamu, Azalea. Aku yang bakal dituntut kelak di akherat. Aku yang bakal ditanya pertanggung jawaban atas kamu, kita nikah itu sah secara agama dan Negara. Kamu masih punya iman soal akherat kan Le?"
Bibir Lea bungkam, air mata yang sejak tadi ditahannya pun akhirya jatuh di hadapan Malik. Dadanya berdebar kencang, naik dan turun. Lea benar-benar kesal akan sikap Malik Hakim yang ia pikir terlalu mendominasi hidupnya sekarang.
Emosi Malik mereda saat ia lihat Lea menangis tanpa suara. Pria itu mencoba meraih tangan Lea, yang kemudian ditepis oleh wanita itu. "Gue benci sama Lo, Lik!" ujar Lea penuh penekanan dan berlari masuk ke dalam kamar.
Malik, mengusap kepalanya dengan frustasi. Entah bagaimana seharusnya ia membimbing Lea. Apakah ia terlalu keras? Apakah ia terlalu kolot? Entahlah. Yang jelas sekarang hubungan mereka kembali mundur satu langkah. Disaat Lea, sudah dapat berbicara dengan bahasa sopan kepadanya. Kini wanita itu kembali berkata dengan kasar.
-------Bersambung----
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA AZALEA, SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAYSTORE
RomanceMalik Hakim, tidak menyukai perempuan serampangan, urakan, sembrono seperti Lea. Perempuan yang pernah menembaknya dulu saat di sekolah. Takdir seolah mempermainkan keduanya dengan terus mempertemukan Malik Hakim dengan Lea, dalam posisinya sebagai...