Lea, berdiri tepat di depan kelas IPA 1 menunggu Malik Hakim datang dengan goodie bag berwarna biru muda di tangannya. 2 hari lalu pria itu meminjamkan sweaternya dan menyelamatkan Lea dari rasa malu. Kini, ia sudah mencuci bersih sweater tersebut dengan pewangi tambahan.
Malik Hakim, akhirnya tiba dan berjalan mendekat. Pria itu terlihat santai dengan kedua tangan masuk ke dalam saku jaket. Lea, tersenyum lebar dengan wajah merona yang dibalas Malik dengan memicingkan mata. Wanita itu terlanjur jatuh cinta kepadanya.
“Nih, sweaternya. Sudah Gue cuci bersih plus dikasih pewangi juga.” Ujar Lea, dengan binary-binar di wajahnya.
“Oh, oke.” Jawab Malik Hakim datar, lalu berjalan masuk ke dalam kelas. Lea, sedikit kecewa dengan reaksi datar dari Malik yang ia dapatkan. Tapi wanita itu mampu menghibur dirinya sendiri. Ia mengangkat bahu cuek dan tetap tersenyum. Membuat rambut panjangnya bergoyang kekiri dan kekanan saat ia berjalan kembali ke kelasnya sendiri.
***
Kini, pria yang bahkan tidak pernah bersikap baik kepadanya dahulu, sedang duduk di hadapan penghulu dan juga Bapak. Dengan jas berwarna hitam, dan kopiah hitam. Lea, kembali mengingat saat Malik Hakim melakukan ritual yang sama seperti hari ini. Hanya saja bedanya ia mengenakan setelan beskap putih ketika ia menikah dengan Seruni.
“Gimana perasaan Lo, sekarang Le?” Anantha, bertanya sambil terus sesekali merapikan hiasan rambut Lea, atau sesekali mengelap keringat yang mengucur di dahi sang pengantin.
Bertindak sebagai tukang rias dadakan sekaligus free, alias gratis. Anantha melakukan tugasnya dengan baik. Mendandani Lea, ketika menjadi pengantin adalah keinginannya sejak dulu. Meski wanita itu bahkan sudah berpuluh-puluh kali menjadi tukang rias Lea kala wanita itu harus shooting endorse atau iklan tv.
Karena dari begitu banyak orang yang mengenal dekat dirinya. Hanya Lea dan Ghaitsa lah yang mendukung impiannya menjadi seorang make up artist. Si anak jenius yang menyasar ke bidang seni.
“Perasaan jadi pengantin atau karena menikah sama si Malik?”
“Dua-duanya,”
Lea, mengangkat bahu “Enggak ada. Perasaan Gue sudah mati sejak 5 tahun lalu!”
“Malik tahu yang sebenarnya soal Jingga?” Ghaitsa yang sejak tadi diam angkat bicara. Lea dan Anantha menatapnya secara bersamaan.
“Enggak perlu tahu juga, Sa.” Tukas Lea.
Dan suara Malik Hakim pun mulai berkumandang dari mic yang dipegang olehnya. Anantha, Ghaitsa juga Lea bersamaan menyimak pria itu. Bersamaan menahan nafas mereka seketika. Hingga Malik menyebut dengan lantang.
“Saya terima, nikah dan kawinnya Azalea Murdaningrum binti Prambudi Mahadewa dengan mas kawin tersebut tunai.”
Lea, menelan ludah.
Ghaitsa membuang nafas lega
Anantha, memandangi Lea seraya tersenyum “Si pemilik kuncinya sudah pulang, Le.”
Iya, karena sejak kejadian sweater 15 tahun silam. Malik Hakim lah si pemilik kunci dari hati Lea yang tertutup rapat. Hanya pria itu yang mampu membukanya kembali.
***Lea, duduk di depan meja rias. Membersihkan wajahnya dari sisa-sisa make up serta merapikan rambutnya yang ia rasa begitu kaku sepanjang hari ini. Rambutnya disasak ketika mereka melakukan acara adat Jawa dan itu membuatnya sebal.
“Kenapa rambutnya dipotong?” Tanya Malik, saat pria itu berhasil menutup pintu kamar.
“Ribet merawatnya,” sahut Lea singkat lalu bangkit dari meja rias dan aik ke atas ranjang. Mengecek ponselnya sejenak sebelum ia menarik selimut ke atas dan tidur membelakangi Malik.
“Kamu masih marah karena keputusanku ini?” Malik Hakim kembali membuka percakapan.
Tidak ada jawaban dari Lea.
“Lea,-“
“Bukannya kamu selalu semaunya sendiri!” akhirnya Lea, bersuara meski posisinya tetap membelakangi Malik. “Semaunya pergi lalu kembali datang. Semaunya memutuskan tanpa memikirkan perasaanku. Bukannya sejak dulu begitu?”
“Aku hanya memikirkan kesehatan Bapak saat ini, Le!” elak Malik membela diri.
Lea, tertawa mengejek “Apa almarhum Uni, tahu kalau aku pernah meyatakan cinta sama kamu dan berakhir mengenaskan saat kamu memutuskan tinggal di atap yang sama denganku?”
“Itu masa lalu buatku Le, dan Seruni tidak perlu tahu tentang itu.”
Lea, akhirnya berbalik dan menatap manik mata Malik “Tapi aku tidak nyaman, Lik. Bagaimana kalau saat itu Uni, tahu? Karena itu aku memutuskan keluar dari rumah ini.”
“Kamu selalu memutuskan sesuatu tanpa memikirkan perasaan orang lain, Lik.” Sambung Lea. “Seperti hari ini!” Lea, kembali berbalik dan menutup selimut hingga ke atas kepalanya.
----------------Bersambung-------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA AZALEA, SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAYSTORE
Storie d'amoreMalik Hakim, tidak menyukai perempuan serampangan, urakan, sembrono seperti Lea. Perempuan yang pernah menembaknya dulu saat di sekolah. Takdir seolah mempermainkan keduanya dengan terus mempertemukan Malik Hakim dengan Lea, dalam posisinya sebagai...